Dan al-imām-ul-hāfizhu abul-fidā’-ibni katsīr dalam kitābnya al-bidāyatu wan-nihāyah juz 1 hal. 263 menyebutkan tentang ilham yang diberikan Allah s.w.t. kepada Ibunda tercinta Baginda Rasūlullāh s.a.w. Sayyidah Āminah binti Wahab:
قَالَ الإِمَامُ ابْنُ كَثِيْرٍ فِي الْبِدَايَةِ وَ النِّهَايَةِ الْجُزْءُ الأَوَّلُ ص: 263
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: فَكَانَتْ آمِنَةُ أُمُّ رَسُوْلِ اللهِ (ص) تَحَدَّثَتْ أَنَّهَا أُتِبَتْ حِيْنَ حَمَلَتْ بِرَسُوْلِ اللهِ (ص) فَقِيْلَ لَهَا: إِنَّكِ قَدْ حَمَلْتِ بِسَّيِّدِ هذِهِ الأُمَّةِ – فَإِذَا وَقَعَ فَسَمِّيْهِ مُحَمَّدًا فَإِنَّ اسْمَهُ فِي التَّوْرَاةِ أَحْمَدُ يَحْمَدُهُ أَهْلُ السَّمَاءِ وَ أَْهَلُ الأَرْضِ وَ اسْمُهُ فِي الإِنْجِيْلِ أَحْمَدُ يَحْمَدُهُ أَهْلُ السَّمَاءِ وَ أَهْلُ الأَرْضِ وَ اسْمُهُ فِي الْقُرْآنِ مُحَمَّدٌ.
Yang artinya kurang lebih:
“Sesungguhnya Ibunda tercinta Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. berkata: Tatkala aku mengandung putraku tercinta (Baginda Rasūlullāh s.a.w.), datang seorang utusan Allah s.w.t. (malaikat) kepadaku, dia berkata: Wahai Āminah, (beruntunglah engkau) engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak menjadi Junjungan dan Pemimpin seluruh umat manusia. Maka, apabila telah lahir kelak, berilah beliau nama “Muhammad”. Karena di Kitāb Suci Taurāt dan Injīl beliau adalah bernama Ahmad, insan sempurna yang dipuji oleh seluruh penghuni langit dan bumi. Dan di Kitāb Suci al-Qur’ān beliau bernama Muhammad.”
Imām syihāb-ud-dīni ahmad-ubnu hajar-il-haitam-isy-syāfi‘ī di kitābnya an-ni‘mat-ul-kubrā ‘alal-‘ālamīn hal. 61 telah menyebutkan:
Bahwa sesungguhnya pada bulan kesembilan kehamilan Sayyidah Āminah (bulan Rabī‘-ul-Awwal), saat hari-hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad sudah semakin dekat, Allah s.w.t. semakin melimpahkan berbagai macam anugerahnya kepada Sayyidah Āminah, mulai malam tanggal satu hingga malam tanggal 12 bulan Rabī‘-ul-Awwal malam kelahiran Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w.:
- Pada malam tanggal 1, Allah s.w.t. melimpahkan segala kedamaian dan ketenteraman yang luar biasa kepada Sayyidah Āminah, sehingga beliau merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
- Pada malam tanggal 2, datang seruan berita gembira kepadanya bahwa sebentar lagi dirinya akan mendapati anugerah agung yang luar biasa dari Allah s.w.t.
- Pada malam tanggal 3, datang seruan memanggil kepadanya: “Wahai Āminah, sudah dekat saatnya Engkau akan melahirkan Nabi Agung Rasūlullāh Muhammad s.a.w. yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah s.w.t.
- Pada malam tanggal 4, Sayyidah Āminah mendengar beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan sangat jelas sekali.
- Pada malam tanggal 5, Sayyidah Āminah mimpi bertemu dengan Nabiyyullāh Ibrāhīm a.s. Khalīlullāh.
- Pada malam tanggal 6, Sayyidah Āminah melihat cahaya Rasūlullāh s.a.w. memenuhi segala penjuru alam semesta.
- Pada malam tanggal 7, Sayyidah Āminah melihat para malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira, sehingga kebahagiaan dan kedamaiannya semakin memuncak.
- Pada malam tanggal 8, Sayyidah Āminah mendengar seruan memanggil di mana-mana, suara tersebut sangat jelas mengumandangkan: “Berbahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat saat kelahiran Nabi Agung Kekasih Allah s.w.t. Pencipta alam semesta.”
- Pada malam tanggal 9, Allah s.w.t. semakin mengucurkan limpahan Belas Kasih Sayang-Nya kepada Sayyidah Āminah, sehingga tidak ada sedikit pun rasa sedih, susah atau sakit dalam diri dan jiwa Sayyidah Āminah.
- Pada malam tanggal 10, Sayyidah Āminah melihat tanah Khā’if dan Minā ikut bergembira ria menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad s.a.w.
- Pada malam tanggal 11, Sayyidah Āminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Nabi Besar Muhammad s.a.w.
Maka, pada malam 12, bulan Rabī‘-ul-Awwal, langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikit pun, saat itu Sayyid ‘Abdul-Muthallib sedang bermunajat kepada Allah s.w.t. di sekitar Ka‘bah, dan Sayyidah Āminah sendirian di rumah, tanpa ada seorang pun yang menemaninya, tiba-tiba beliau Sayyidah Āminah melihat tiang rumahnya terbelah, dan perlahan-lahan muncul empat wanita yang sangat anggun nan cantik jelita dan diliputi cahaya yang memancar berkemilauan serta semerbak harum wewangian memenuhi seluruh ruangan. Tiba-tiba wanita pertama datang dan berkata kepada Sayyidah Āminah:
“Sungguh, berbahagianlah engkau wahai Āminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung junjungan alam semesta Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Kenalilah olehmu, sesungguhnya aku ini adalah Hawwā’ Ibunda seluruh umat manusia. Aku diperintahkan Allah s.w.t. untuk menemanimu…”
Kemudian Ibu Hawwā’ duduk di samping kanan Sayyidah Āminah. Dan mendekat lagi wanita yang kedua kepada Sayyidah Āminah untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya:
“Sungguh, berbahagialah engkau wahai Āminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Baginda Nabi Muhammad s.a.w., seorang Nabi Agung yang dianugerahi Allah s.w.t. kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya. Nabi Agung yang ilmunya sebagai sumber seluruh ilmunya para Nabi dan para kekasihnya Allah s.w.t. Nabi Agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan ketahuilah olehmu wahai Āminah, sesungguhnya aku ini adalah Sarah istri Nabiyullāh Ibrāhīm a.s., aku diperintahkan Allah s.w.t. untuk menemanimu.”
Kemudian Sayyidah Sarah duduk di sebelah kiri Sayyidah Āminah. Maka, wanita ketiga pun kemudian mendekat dan menyampaikan berita gembira kepadanya:
“Sungguh, berbahagialah engkau wahai Āminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Kekasih Allah s.w.t. yang paling agung, dan insan sempurna yang paling utama mendapati pujian dari Allah s.w.t. dan dari seluruh makhluk-Nya. Perlu engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan Allah s.w.t. untuk menemanimu.”
Kemudian Sayyidah Asiyah binti Muzahim tersebut duduk di belakang Sayyidah Āminah. Sejenak Sayyidah Āminah semakin kagum, karena wanita yang ke empat adalah lebih anggun berwibawa dan memiliki kecantikan luar biasa. Kemudian mendekat kepada Sayyidah Āminah untuk menyampaikan kabar gembira:
“Sungguh, berbahagialah engkau wahai Āminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad s.a.w. yang dianugerahi Allah s.w.t. berbagai macam mukjizat yang sangat agung dan sangat luar biasa. Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk beliau semata segala bentuk Shalawat (Rahmat Ta‘zhīm) Allah s.w.t. dan Salam Sejahtera-Nya yang sempurna. Ketahuilah olehmu wahai Āminah, sesungguhnya aku adalah Maryam Ibunda Nabiyyullāh ‘Īsā a.s. Kami semua ditugaskan Allah s.w.t. untuk menemanimu demi menyambut kehadiran Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w.
Kemudian Sayyidah Maryam Ibunda Nabiyullāh ‘Īsā a.s. duduk mendekatkan diri di depan Sayyidah Āminah. Maka, keempat wanita suci mulia nan agung di sisi Allah s.w.t. tersebut kemudian merapat dan mengelilingi diri Ibunda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. Sayyidah Āminah Binti Wahab, sehingga Ibunda Rasulullāh s.a.w. semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan dalam jiwanya, Kebahagiaan dan keindahan yang dialami oleh Ibunda Rasūlullāh s.a.w. saat itu, tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Dan peristiwa demi peristiwa yang sangat agung, semakin Allah s.w.t. limpahkan demi penghormatan besar kepada Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w.
Keajaiban berikutnya adalah Sayyidah Āminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya saling berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah Āminah dan mereka memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah s.w.t. dengan berbagai macam bahasa yang berbeda-beda.
Detik berikutnya adalah Sayyidah Āminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh beliau berbagai macam bintang-bintang di angkasa raya sangat indah berkilauan yang saling beterbangan di langit ke segenap penjuru angkasa yang sangat cerah dipenuhi cahaya.
Maka, detik berikutnya adalah Allah s.w.t. perintahkan kepada Malaikat Ridhwān penjaga surga agar mengomando semua bidadari surga supaya berdandan rapi cantik jelita dan memakai segala macam bentuk perhiasan kain sutera dengan bermahkotakan emas, intan permata yang gemerlapan dan menebarkan wewangian surga yang harum semerbak ke segala arah demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad s.a.w.