PANDANGAN, WASIAT, DAN PERKATAAN IMAM SYADZILI MENGENAI TASAWUF DAN ILMU-ILMU LAIN
A. Tasawuf Umum
Imam Syadzili berkata, “Seorang sufi mempunyai empat sifat: berakhlak dengan akhlak Allah, berdampingan dengan perintah perintah Allah, meninggalkan pemenangan terhadap ego karena malu kepada Allah, dan senantiasa lapang hati dengan ketulusan fana’ bersama Allah.”
Dan, beliau r.a. juga berkata, “Dalil itu terbagi menjadi tiga bagian: dari jalan akal, dari jalan karamah (kemuliaan), dan dari jalan sir. Dan, jalan ketiga ini untuk para nabi dan sebagian orang-orang shiddiq. Sedangkan dalil karamah adalah bagi para wali Allah, dan dalil akal untuk para alim ulama. Sebagian dari ahli hikmah (orang bijak) berkata, “Makrifat dari Allah datang dalam dua sisi: satu sisi dari jalan anugerah murni dan sisi yang lain dari jalan usaha yang sungguh-sungguh.”
Syekh r.a. berkata, “Adapun dari anugerah murni, maka adalah seperti suatu kaum yang Allah memulai mereka dengan kemurahan-Nya. Karena itu, dengan karamah dan kemurahan-Nya mereka sampai pada ketaatan kepada-Nya. Sedangkan dari jalan usaha yang sungguh- sungguh, adalah mereka yang dengan ketaatan kepada-Nya dapat mencapai kemurahan dan karamah-Nya.”
1. Keyakinan dan Makrifat
Beliau r.a. berkata, “Keyakinan adalah nama (atau sebutan) untuk pencapaian hakikat-hakikat tanpa ada keraguan maupun tirai penutup (hijab-ed.), sedang makrifat adalah penyingkapan ilmu-ilmu disertai tirai penutup. Maka, apabila tabir itu tersingkap, kita menyebutnya yakin. Dengan demikian, para ahli hakikat itu majdzúb dan para ahli makrifat itu tercabut dari dirinya. Maka, makrifat makrifat itu adalah pusaka-pusaka simpanan dan cahaya-cahaya adalah pandangan-pandangan penerangan.
Makrifat adalah keluasan, tauhid adalah ketulusan, hikmah adalah penyampaian, dan cahaya adalah penjelasan. Objek pengetahuan itu terdiri dari dua bentuk: anugerah-anugerah dan perolehan- perolehan usaha. Dan, perolehan itu terdiri dari dua bentuk: satu bentuk dari jalan pendengaran dan bentuk lain dari jalan analisis (pandangan).”
2. Tanda-tanda Quthub
Beliau r.a. berkata, “Seseorang yang memiliki derajat quthub memiliki lima belas karamah. Karena itu, siapa saja yang mengklaimnya atau sebagian darinya, hendaknya dia menunjukkannya.
Ia ditopang dengan madad (kukuhan) rahmat,
pemeliharaan,
tobat (kembali kepada-Nya),
keterwakilan,
dan madad para malaikat penyandang ‘Arasy.
Disingkapkan untuknya hakikat Dzat dan liputan sifat-sifat.
Dia diberikan kemuliaan dengan karamah penetapan (hukum) dan pemilahan antara wujud dan keterpisahan, yang pertama dari yang pertama, dan yang tercerai darinya, keterpisahan dan apa yang tersebar padanya, hukum apa yang sebelum dan yang sesudah, hukum apa yang tidak sebelum dan tidak sesudah, dan ilmu permulaan, yaitu ilmu yang meliputi segala yang mengetahui dan setiap yang diketahui mulai dari sir pertama hingga puncak akhirnya.
Kemudian, ia kembali kepadanya.”
3. Ilmu Hakiki
Beliau r.a. berkata, “Ilmu hakiki (sejati) itu adalah yang tidak dijejali oleh kontra-kontra, bukti-bukti penguat dengan penafian bandingan-bandingan semisal, dan yang berlawannya, seperti ilmu Rasul, shiddiq, dan wali.
Siapa yang memasuki medan ini, dia seperti orang yang tenggelam di dalam laut dan dihantam oleh deburan-deburan ombaknya. Maka, adakah lawan yang menjejalinya atau menemuinya, atau memperkenankannya atau melihatnya?
Siapa yang tidak memasuki medan ini, dia membutuhkan firman-Nya, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. As-Syûra [42]: 11)
4. Jalan Tempuh
Beliau r.a. berkata: “Jalan (tasawuf) itu adalah menuju kepada Allah dengan empat perkara.
Siapa yang melewatinya, maka dia termasuk ke dalam golongan shiddiqin-muhaqqiqin (sejati).
Siapa yang melewati tiga darinya, maka dia termasuk golongan para wali Allah yang didekatkan dengan-Nya.
Siapa yang melewati dua darinya, maka dia termasuk golongan syuhada yang penuh yakin.
Dan, siapa yang melewati satu darinya, maka ia termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang saleh.” Empat perkara itu adalah sebagai berikut.
Pertama, zikir: Permadaninya adalah amal saleh dan buahnya adalah cahaya.
Kedua, tafakur: Permadaninya adalah kesabaran dan buahnya adalah ilmu pengetahuan.
Ketiga, kefakiran: Permadaninya adalah syukur dan buahnya adalah ditambah nikmat.
Keempat, cinta: Permadaninya adalah benci dunia dan buahnya adalah keterhubungan dengan kekasih.