Barang siapa yang menginginkan setan tidak mempunyai jalan lagi atas dirinya, maka hendaklah dia meluruskan iman, tawakal, dan kehambaan kepada Allah di atas permadani kefakiran, kembali kepada Allah, dan meminta pelindungan kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.” (QS. An-Nahl [16]: 99), Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.” (QS. Al-Isra’ [17]: 65), dan Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.” (QS. Al-A’râf [7]: 200, QS. Fushshilat [41]: 36).
Meluruskan iman adalah dengan cara bersyukur atas nikmat-nikmat, bersabar atas ujian musibah, serta ridha terhadap ketetapan qadha Allah. Dan, kesahihan tawakal ialah dengan cara meninggalkan ego, melupakan makhluk, bergantung kepada Allah Yang Maha Mengusai lagi Mahabenar, dan senantiasa berzikir.
Apabila ada sesuatu menghampirimu yang menghalangimu dari Allah, maka teguh dan kokohlah. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya (memperbanyak zikir dan doa) agar kamu beruntung.” (QS. Al-Anfal [8]: 45)
Sementara itu, meluruskan ‘ubudiyah (kehambaan) adalah dengan cara senantiasa menunjukan kefakiran, kelemahan, ketidakberdayaan, dan kehinaan di depan Allah. Lawan dari sifat-sifat ini adalah sifat-sifat rububiyah (ketuhanan), yaitu apa saja yang menjadi milikmu dan apa yang menjadi hak-hak sifat-Nya.
Karena itu, senantiasa tetaplah dengan sifat-sifatmu dan bergantunglah dengan sifat-sifat Allah. Dan, dalam permadani kefakiran sejati, katakanlah: “Wahai Dzat Yang Mahakaya, siapakah lagi bagi orang yang fakir tempat berharap selain-Mu?”
Dalam permadani kelemahan, katakanlah: “Wahai Dzat Yang Mahakuat, siapakah lagi bagi orang yang lemah tempat berharap selain-Mu?”
Dan, dalam permadani kehinaan, katakanlah: “Wahai Dzat Yang Mahamulia, siapakah lagi bagi orang yang hina ini tempat berharap selain-Mu.”
Niscaya, kamu akan mendapatkan perkenan dan jawaban dengan mudah di genggaman tanganmu. Minta tolonglah kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Siapa yang tercebur ke dalam lumpur syahwat, sementara dirinya tidak dapat membantunya dalam menghias diri dengan sifat-sifat baik, serta kalah dalam upaya melepaskan sifat-sifat buruk, maka kehambaannya dalam dua perkara berikut ini.
Pertama, mengenal nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya berupa keimanan dan tauhid. Karena Dia yang membuatnya cinta kepada-Nya, menghiaskannya di dalam lubuk hatinya, dan membenci lawan-lawan dari anugerah kenikmatan itu berupa kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan.
Lalu, dia berkata, “Tuhanku, Engkau anugerahkan hamba dengan semua ini dan Engkau menyebut hamba orang yang mendapat petunjuk. Maka, bagaimana hamba berputus asa dari-Mu? Engkau yang menopang hamba dengan karunia dan keutamaan- Mu, meskipun hamba ini orang yang melanggar. Maka, hamba mengharap Engkau menerima hamba, meskipun hamba penuh kepalsuan.”
Kedua, selalu berlindung, kembali, dan merasa perlu kepada Allah SWT.
Dan, dia berkata, “Selamatkan.. Selamatkan… Selamatkan hamba dan lepaskanlah hamba [dari segala dosa, malapetaka, dan siksa].”
Dengan demikian, tidak ada jalan bagi orang yang telah dikalahkan oleh takdir-takdir dan terputus dari kehambaan murni kepada Allah kecuali dua perkara ini. Lalu, jika dia menyia-nyiakan keduanya, kesengsaraan akan menghadang dan kejauhan (dari Allah) itu niscaya. Kita berlindung kepada Allah.