Jejak-Jejak Wali Allah | Bab IV | Pandangan Dan Wasiat Imam Syadzili | Meniru Wali-wali Allah SWT

Jejak-Jejak Wali Allah - Melangkah Menuju Gerbang Kewalian Bersama Syekh Abu Hasan Al-Syadzili
Oleh: Muhammad Ibn Abi-Qasim Al-Humairi
Penerjemah : Saiful Rahman Barito (Mumtaz Arabia)
Penerbit : Erlangga

F. Meniru (Menyerupai dengan) Wali-wali Allah SWT

Ketahuilah bahwa jika kamu ingin mendapatkan bagian dari apa yang didapatkan oleh para wali Allah, kamu mesti menolak manusia secara menyeluruh, kecuali orang yang menunjukkanmu kepada Allah dengan isyarat yang benar dan amal-amal yang tetap, tidak bertentangan dengan (ketentuan) Kitab maupun sunah.

Dan, berpalinglah dari dunia secara total. Jangan kamu menjadi orang yang berpaling darinya agar ia memberikan sesuatu. Akan tetapi, jadilah kamu hamba Allah. Dia telah memerintahkan kepadamu agar menolak musuh-Nya. Setelah itu, jika kamu sudah melaksanakan dua perkara ini yaitu berpaling dari dunia dan bersikap zuhud terhadap manusia, maka tegaklah bersama Allah dengan muraqabah, dan senantiasalah bertobat dengan pemeliharaan, istighfar, dan kembali kepada-Nya (penuh penyesalan), serta senantiasalah tunduk kepada hukum-hukum-Nya dengan istiqamah.

Penjelasan keempat perkara ini adalah: kamu berdiri tegak sebagai hamba Allah dalam perkara yang kamu lakukan dan kamu tinggalkan, lalu kamu mengawasi hatimu di dalam kerajaan ini dari melihat sesuatu dari selain-Nya. Dan jika kamu melakukan itu, suara-suara halus al Haqq menyerumu dari cahaya-cahaya kemuliaan: sesungguhnya kamu telah dibutakan dari jalan lurus. Dari mana bagimu berdiri tegak bersama Allah sedangkan kamu sendiri mendengarkan firman Allah SWT, “Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab [33]: 52)

Maka, di sana kamu disadarkan karena rasa malu oleh sesuatu yang membawamu kepada tobat dari sesuatu yang kamu sangka suatu kedekatan (ibadah). Lalu, kamu menekuni tobat dengan pemeliharaan terhadap hatimu bahwa kamu tidak bersaksi akan hal itu, sehingga kamu kembali ke tempat yang kamu telah dikeluarkan darinya.

Setelah itu, jika ini sudah benar darimu, maka suara-suara halus al Haq juga berseru kepadamu dari sisi al Haqq: “Tobat itu bukanlah darimu, tetapi adalah tobat pengembalian dari-Nya. Dan, kesibukanmu dengan perkara yang merupakan sifatmu adalah tirai penutup dari maksud dan tujuanmu.” Maka di sini kamu memandangi sifat-sifatmu lantas kamu memohon perlindungan kepada Allah darinya dan segera beristigfar serta kembali kepada-Nya dengan penuh penyesalan. Dengan demikian, istigfar ini adalah memohon penutupan dari sifat-sifatmu dengan kembali kepada sifat-sifat-Nya.

Jika kamu telah memiliki sifat ini, yakni sifat istigfar dan kembali dengan penyesalan, maka Dia menyerumu dari kedekatan, “Tunduklah kamu kepada ketetapan-ketetapan-Ku, jauhkan dirimu dari penggugatan terhadap-Ku, dan selalu istiqama- lah bersama kehendak-Ku dengan menolak kehendakmu. Inilah bentuk rububiyah yang mengalahkan ubudiyah. Jadilah kamu hamba yang dikuasai, tidak kuasa melakukan sesuatu pun.

Karena, ketika Aku melihat darimu kekuatan, Aku yang mewakilkanmu untuk melakukannya, sedangkan Aku Maha Mengetahui segala sesuatu.” Jika telah sahih bagimu bagian ini dan konsisten terhadapnya, maka dari sana kamu telah menengok rahasia-rahasia yang hampir tidak pernah kamu dengarkan dari seorang pun di alam raya ini.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *