H. Kehilangan dan Perolehan
Ketahuilah bahwa kehilangan dan perolehan silih berganti datang kepada kita seperti pergantian siang dan malam. Dan, perputaran perkara ini pada empat perkara: jadilah orang yang bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah jika kamu memperoleh nikmat, ridha kepada Allah jika kehilangan, mencurahkan karunia jika kamu diberi rezeki, dan berserah kepada Allah dalam setiap perkara yang ingin kamu capai. Allah berfirman, “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: ‘Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi AlKitab dan kepada orang-orang yang ummi: ‘Apakah kamu (mau) masuk Islam? Jika mereka masuk Islam, Sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba hamba-Nya.” (QS. Ali ‘Imrân [3]: 20).
Dan janganlah kamu menjadi ahli ibadah yang berat (mengerjakan), orang zuhud yang melawan, orang maksiat yang membangkang, maupun orang mengada-ada yang ingkar. Jika telah melangkah dengan empat perkara yang pertama, maka kamu sudah masuk ke dalam sanjungan Allah SWT dengan firman-Nya, “(lagi) yang mensyukuri nikmat nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nahl [16]: 121)
Imam Syadzili r.a. berkata: Wali itu dipelihara pada empat tempat; dari lintasan hati dan bisikan pada waktu shalat, pada waktu berdoa, berlindung kepada Allah, dan saat datang kesusahan-kesusahan dan waktu kelapangannya. Di tempat-tempat ini, tidak ada yang terlintas di hati mereka dan tidak terkait dengan sesuatu pun selain Allah SWT.
Mereka terjaga dan terpelihara kecuali dari empat macam: akhirat dan lawannya, mengingat para wali dan lawan mereka, mengingat ketaatan dan lawannya, dan hakikat-hakikat iman dan lawannya. Ini dipelihara dari seluruh bisikan kecuali dari empat ini, karena di dalamnya mengandung faedah-faedah pengamalan kehambaan murni berupa bangkit dari lawannya. Bagaimana tidak demikian, sedangkan risalah-risalah Tuhan kita melalui lisan Nabi kita, Muhammad SAW, dipenuhi dengan penyebutan itu semuanya.
Maka, jangan kamu melawan sedikit pun dalam persoalan ini. Berikanlah hak etika pada apa yang melintas di hatimu, berpegang teguh dan tawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tawakal.
Dan kamu harus bertakwa pada tiga kedudukan: takwa tekad, takwa tuntutan, dan takwa perpindahan dalam ahwâl (kondisi) dan tempat-tempat.
Tawakal adalah kepala amal, dan zuhud adalah asasnya. Penjelasan takwa tekad adalah bahwa kamu bertekad pada sisi kebaikan untuk melakukannya dan pada sisi keburukan untuk tidak melakukannya. Kemudian, kamu menuntut dirimu pada waktu kedua dengan takwa yang diperbaharui untuk melaksanakan ketaatan sebagaimana tekadmu dan meninggalkan dosa sebagaimana tekadmu. Kemudian, hal-hal akan menghampirimu dalam ahwal (kondisi-ed.) yang lahir seperti kemuliaan dan kehinaan, kekayaan dan kefakiran, sehat dan sakit, malang dan nikmat, dan lain-lain. Juga ahwal yang batin, seperti kesempitan dan kelapangan, takut dan harap, dan lain-lain.
Termasuk juga: kesombongan dan tawadhu’, takut fakir dan aman, dan seluruh lawan-lawannya. Maka, kamu memberikan hak takwa dalam ahwal, sifat-sifat, dan dalam perpindahan dari negeri ke negeri, dari tempat ke tempat, dan lain-lain. Perhatikan firman Allah SWT, “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalâq [65]:2-3), “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:4), “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 5)
Laksanakanlah dengan pemahaman dan tempatkan setiap takwa pada kedudukannya, niscaya kamu melihat keajaiban-keajaiban dari rahasia-rahasia Allah. Siapa yang tawakal kepada Allah, Dia mencukupkan untuknya. Siapa yang zuhud terhadap dunia, Allah mencintainya. Dan, siapa yang Allah cintai, niscaya Allah mencukupkannya, melindunginya, dan menempatkannya di dalam naungan-Nya, pemeliharaan-Nya, keamanan-Nya, dan pertahanan-Nya.
Sedangkan siapa yang hidup jauh dari ingat kepada Yang Mahakasih meski dalam satu napas atau dua napas, satu masa atau dua masa, satu saat atau dua saat, Kami limpahkan setan baginya untuk menjadi pendampingnya. Sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.
Kemudian beliau r.a. berkata: Siapa yang ingin suatu dosa tidak memudaratkannya, hendaklah dia mengucapkan, “Aku berlindung kepada-Mu dari siksa pada hari dibangkitkannya hamba-hamba-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari kesegeraan siksa dan dari buruknya perhitungan karena sesungguhnya Engkau Mahasegera membalas dan Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tuhanku, hamba telah menzalimi diri sendiri begitu banyak, ampunilah hamba dan berilah tobat kepada hamba. Tidak ada tuhan kecuali Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.“