Jejak-Jejak Wali Allah | Bab IV | Pandangan Dan Wasiat Imam Syadzili | Etika Uzlah II

Jejak-Jejak Wali Allah - Melangkah Menuju Gerbang Kewalian Bersama Syekh Abu Hasan Al-Syadzili
Oleh: Muhammad Ibn Abi-Qasim Al-Humairi
Penerjemah : Saiful Rahman Barito (Mumtaz Arabia)
Penerbit : Erlangga

Etika Uzlah (Kedua)

Ketahuilah bahwa penyakit-penyakit uzlah pada kalangan awam yang bertujuan melangkah kepada Allah SWT di atas jalan makrifat dan istiqamah di jalan tempuh ilmu kepada Allah itu ada empat perkara:

1. Keterikatan diri dengan sebab-sebab;

2. Kecenderungan dan kenyamanan hati kepada sudut tertentu dalam usaha perolehan;

3. Akal merasa cukup dengan apa yang tercapai dari upaya kedekatan;

4. Bisikan-bisikan musuh berupa angan-angan yang menghalangi dari maksud dan tujuan.

Ketahuilah juga bahwa penyakit-penyakitnya pada kalangan khawash (orang-orang istimewa) ada empat:

1. Akrab dan nyaman dengan bisikan;

2. Percakapan diri dengan kembali kepada manusia;

3. Penentuan batas waktu, dan ini adalah tanda kebangkrutan;

4. Menerima bisikan-bisikan jin atas prasangkanya yang biasa diterima dari indra.

Bagi setiap penyakit tersebut ada solusinya dalam jihad dan kesungguhan dengan mengembalikan kepada prinsip dasar tauhid dan makrifat dan meletakkannya di atas jalan istiqamah.

Maka, apabila ada sesuatu menghampirimu dari sudut keterikatan diri dengan asbab atau kecenderungan hati kepada sudut tertentu dalam upaya perolehan, kembalikanlah ia kepada prinsip dasar makrifat (pengenalan) terhadap ketentuan-ketentuan awal tentang apa yang telah Allah bagikan untuknya dan berlakukan padanya. Dan katakan kepadanya, “Apakah kamu membuat perjanjian di sisi Allah bahwa kamu tidak diberi rezeki kecuali dengan sebab ini dan dari sudut ini?”

Sempitkanlah ruang geraknya dengan makrifat dan tenggelamkan di samudera tauhid. Dan, katakan, “Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi.” Dan, demikianlah mereka mengatakan, “Tenggelamkan dunia di dalam samudera tauhid sebelum ia menenggelamkan dirimu.”

Jika suatu sifat datang kepadamu dari sudut kecukupan akal dengan apa yang tercapai untuknya baik ilmu, amal, cahaya, petunjuk, atau percakapan dengan halus, maka janganlah kamu lalai dari perkara pendahulu dan penutup (khatimah). Jangan pula melupakan perbuatan Yang Maha Esa lagi Maha Memilih yang melakukan apa yang Dia kehendaki, dan Dia tidak peduli dengan kebaikan-kebaikan orang yang menghadap maupun keburukan-keburukan orang yang berpaling.

Jika muncul kepadamu bisikan-bisikan musuh yang menghalangi maksud dan tujuan dari tiga sudut:

1). adakalanya dari sudut akhirat,

2). adakalanya dari sudut perkara-perkara (rayuan) yang lembut, kedudukan-kedudukan, dan ahwal, serta

3). kedudukan-kedudukan dan ahwal dalam derajat-derajat tingkatan.

Semua itu menghalangi maksud dan tujuan, sedangkan maksud dan tujuan itu adalah penghambaan murni dan wujud al Haqq tanpa sebab intervensi dari makhluk.

Maka, Allah SWT menuntutmu bahwa dirimu adalah hamba bagi-Nya dan kamu senang bahwa bagimu ada Tuhan.

Dengan demikian, apabila engkau telah menjadi hamba bagi-Nya, maka Dialah Tuhanmu. Apabila Dia adalah Tuhan bagimu sekiranya kamu ridha terhadap-Nya, maka engkau adalah hamba-Nya. Dia tidak membiarkan dirimu kepada selain-Nya dalam jalan hakikat-hakikat kebenaran. Maka, bagaimana lagi dengan angan-angan. Ketahuilah dengan baik persoalan ini, mantapkan dan kuasai baik-baik, minta tolonglah kepada Allah, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Apabila kamu telah berada dalam tingkatan khawash yang bertujuan melangkah kepada Allah, di dalam uzlah-mu kamu dihampiri bisikan (waswás) yang menyerupai ilmu dari jalan ilham dan kasyf (penyingkapan) dari sudut pengilusian, maka janganlah kamu terima. Akan tetapi, kembalikanlah kepada kebenaran yang dijelaskan di dalam kitab Allah dan sunah rasul-Nya.

Dan, ketahuilah bahwa yang menghampirimu itu, seandainya memang benar adanya sedangkan kamu mengajukannya kepada kebenaran dengan kitab-nya dan sunnah Rasul-Nya, maka tidak ada beban bagimu dalam hal itu. Karena, kamu mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah menjamin keterpeliharaan bagiku pada sudut kitab dan sunah dan tidak menjaminkannya bagiku pada sudut kasyf, ilham, dan musyahadah.”

Maka, bagaimana mungkin kamu terima hal itu dari jalan ilham sedangkan kamu tidak menerimanya dengan pengajuan kepada kitab dan sunnah. Lalu, apabila kamu pun tidak menerimanya kecuali dengan keduanya, maka bagaimana bisa kamu nyaman dan akrab dengan bisikan-bisikan yang memberi ilusi? Peliharalah persoalan ini agar kamu memiliki bukti nyata dari Tuhanmu, dan data-data pendukung datang mengiringi hal itu. Bukti nyata itu tidak ada kesalahan padanya dan tidak pula bermasalah. Segala puji bagi Allah.

Jika dalam uzlah-mu muncul godaan percakapan diri dengan bisikan kembali kepada manusia untuk memperlihatkan kepada mereka apa yang kamu lakukan, maka sebenarnya engkau telah bersama mereka, tidak keluar dari mereka sedikit pun. Dan janganlah kamu teperdaya dengan menjauhi hal itu sedangkan hatimu masih tetap bersama mereka.

Karena, sesungguhnya siapa saja yang melarikan diri kepada Allah, niscaya Dia memberikan tempat kepadanya. Sifat melarikan diri kepada-Nya adalah dengan kebencian atas bisikan-bisikan menyesatkan dan kecintaan atas sifat al-Haqq adalah dengan kembali, berlindung, dan berpegang teguh. Dan, siapa yang berpegang teguh kepada Allah, sungguh dia diberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Apabila godaan penghalang di batas tepian merambahmu, Lawanlah secara sungguh-sungguh dengan benteng-benteng yang memungkinkan menurut ilmu, yang mengandung hal-hal yang mungkin diperbolehkan adanya. Lalu, palingkan semangat cita-citamu kepada-Nya dengan ketakwaan agar Dia memberikan jalan keluar untukmu dan melimpahkan rezeki yang tidak terkira olehmu.

Dan, apabila suara-suara halus al Haqq (kebenaran) menggodamu, maka penyakit-penyakitnya adalah penyaksian indrawi atas hakikat-hakikat keajaiban. Janganlah engkau menanggapi hal tersebut, karena itu akan membuatmu seperti orang yang bodoh. Jangan pula kamu mencari tahu tentang hal itu dengan akalmu. Dan, jadilah kamu ketika kedatangannya sebagaimana dirimu sebelum kemunculannya sampai Allah al Haqq mengurusi kepastian dan penjelasannya. Dan sungguh Dia melindungi orang-orang yang saleh.

Buah Uzlah (Seklusi)

Buah uzlah adalah keberuntungan memperoleh anugerah- anugerah karunia, yaitu empat perkara: tersingkapnya tirai penutup (pengenalan terhadap hakikat-ed.), turunnya rahmat, terwujudnya cinta, dan lisan kejujuran dalam kata.

Allah SWT berfirman, “Maka, ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Ya’qub. Dan, masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi.” (QS. Maryam [19]: 49)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *