Jejak-Jejak Wali Allah | Bab IV | Pandangan Dan Wasiat Imam Syadzili | Etika Uzlah I (2/2)

Jejak-Jejak Wali Allah - Melangkah Menuju Gerbang Kewalian Bersama Syekh Abu Hasan Al-Syadzili
Oleh: Muhammad Ibn Abi-Qasim Al-Humairi
Penerjemah : Saiful Rahman Barito (Mumtaz Arabia)
Penerbit : Erlangga

(lanjutan)

Dan, adapun duduk di atas permadani ketulusan, akuilah dengan sebenar-benarnya sifat-sifat dirimu seperti fakir, tidak berdaya, lemah, dan hina, seraya memandang kepada sifat-sifat-Nya: Mahakaya, Mahakuasa, Mahakuat, dan Mahamulia. Itu adalah sifat-sifat hamba (ubúdiyah) sedangkan ini adalah sifat-sifat Tuhan (rububiyah).

Jujur dan tuluslah dirimu saat bersama sifat-sifatmu itu dan jangan berpindah kepada apa yang bukan milikmu. Karena, jika tidak demikian, maka kamu akan termasuk golongan orang-orang yang gagal dengan pemutarbalik hakikat-hakikat kebenaran.

Dan, berdoalah,

“Wahai Dzat Yang Mahakaya, wahai Dzat Yang Mahakuat, wahai Dzat Yang Mahakuasa, wahai Dzat Yang Mahamulia. Siapa lagi (tempat berharap) bagi orang yang fakir selain Yang Mahakaya? Siapa lagi (tempat berharap) bagi orang yang lemah selain Yang Mahakuat? Siapa lagi (tempat berharap) bagi orang yang tidak berdaya selain Yang Mahakuasa? Dan, siapa lagi (tempat berharap) bagi orang yang hina selain Yang Mahamulia?

Dudukkanlah hamba di atas permadani ketulusan dan busanailah hamba dengan pakaian takwa, yang itu adalah lebih baik dan merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran-Mu. Tutupilah hamba dengan keagungan-Mu dari segala sesuatu dan penuhilah hati hamba dengan cinta kepada-Mu hingga tidak ada lagi keleluasaan tempat bagi selain-Mu. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Semoga selawat dan salam sejahtera selalu Allah curahkan kepada junjungan kita Muhammad, para keluarga, dan para sahabat.”

Nama-nama Kemenangan Ketika Memasuki Masa Uzlah

Maka, berpegang teguhlah di dalamnya, janganlah kamu tergesa-gesa dari setiap urusanmu. Ucapkanlah:

Bismillah, wa billah, wa minallah, wa ilallah, wa ‘alallah fal yatawakalil mutawakkilan (Dengan nama Allah, dengan Allah, dari Allah, dan kepada Allah. Dan, kepada Allahlah bertawakal orang-orang yang tawakal.)”

Ini adalah nama-nama ridha dan kelapangan hati, termasuk yang menolakkan untukmu kesempitan dalam uzlah:

Hasbiyallah, Amantu billah, wa radhitu billah, tawakaltu ‘alallah, wa la quwwata illa billah (Cukuplah Allah bagiku, aku beriman kepada Allah, aku ridha kepada Allah, aku bertawakal kepada Allah, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan Allah.)”

Dan, ucapkanlah dalam sebagian doa dan munajatmu,

Wahai Dzat yang Kursi-Nya meliputi langit dan bumi, yang tidak merasa berat memelihara keduanya, Mahatinggi lagi Mahabesar. Dengan pemeliharaan-Mu, hamba memohon kepada-Mu keimanan yang menenangkan hati dari kegelisahan atas rezeki dan ketakutan terhadap makhluk.

Dengan kekuasaan-Mu, dekatkanlah hamba dengan kedekatan yang membuat-Mu menghapus segala hijab penghalang sebagaimana Engkau menghapuskannya dari Ibrahim kekasih pendamping-Mu, sehingga dia tidak membutuhkan Jibril, utusan-Mu, maupun memintanya dari-Mu, dan pun Engkau menghalanginya dengan sekat yang menyelamatkan-nya dari api musuhnya. Bagaimana tidak terhalang dari mudharat musuh, orang yang Engkau jauhkan dirinya dari kepentingan makhluk-makhluk hidup. Sekali-kali tidak. Sungguh hamba memohon kepada-Mu agar sudi mencukupi hamba dengan kedekatan-Mu, hingga hamba tidak memandang dan merasakan lagi kedekatan sesuatu maupun kejauhannya dari hamba. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *