Jahl (bodoh) dan Pembagiannya – Terjemah Syarah al-Waraqat

Ushul Fiqh
Terjemah Syarah al-Waraqat
 
Judul (Asli): Syarh al-Waraqat
(Penjelasan dan Tanya Jawab Ushul Fiqh)
 
 
Penyusun: Darul Azka, Nailul Huda, Munawwir Ridlwan
 
Penerbit: Santri salaf press.

Jahl (bodoh) dan Pembagiannya:

 

(وَ الْجَهْلُ تَصَوُّرُ الشَّيْءِ) أَيْ إِدْرَاكُهُ (عَلَى خِلَافِ مَا هُوَ بِهِ فِي الْوَاقِعِ) كَإِدْرَاكِ الْفَلَاسِفَةِ أَنَّ الْعَالَمَ وَ هُوَ مَا سِوَى اللهِ تَعَالَى قَدِيْمٌ وَ بَعْضُهُمْ وَصَفَ هذَا الْجَهْلَ بِالْمُرَكَّبِ، وَ جَعَلَ الْبَسِيْطَ عَدَمَ الْعِلْمِ بِالشَّيْءِ، كَعَدَمِ عِلْمِنَا بِمَا تَحْتَ الْأَرَضِيْنَ وَ بِمَا فِيْ بُطُوْنِ الْبِحَارِ، وَ عَلَى مَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ لَا يُسَمَّى هذَا جَهْلًا.

Bodoh yaitu menggambarkan sesuatu, maksudnya ialah menemukan sesuatu tidak sesuai dengan keadaan nyata yang ada, seperti menemukannya kaum filosof bahwa alam semesta, ya‘ni perkara selain Allah s.w.t. bersifat qadīm (dahulu). Sebagian ‘ulamā’ menamakan kebodohan ini dengan jahl murakkab. Dan menjadikan definisi jahl basīth ialah tidak mengetahui (sama sekali) terhadap sesuatu, seperti tidak tahunya kita atas benda di perut bumi dan yang ada di dasar laut. Hal ini menurut keterangan mushannif tidak dinamakan jahl.

Penjelasan:

Kebalikan dari ‘ilmu adalah jahl (bodoh). Terbagi dua:

  1. Jahl murakkab (kebodohan bertingkat) yaitu menggambarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Contoh: pengetahuan para ahli filsafat bahwa alam bersifat qadīm (dahulu tanpa permulaan). Pengetahuan mereka tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, karena kenyataan sebenarnya alam bersifat ḥādits (tercipta baru). Ditandai dengan perubahan dan sifat-sifat yang nampak pada alam. Jahl semacam ini disebut murakkab (bertingkat), karena pelakunya selain tergolong bodoh, juga tidak menyadari bahwa dirinya bodoh (tidak sadar bahwa penemuannya salah).
  2. Jahl basīth, yaitu tidak adanya pengetahuan sama sekali atas sesuatu. Seperti tidak hahu tentang isi perut bumi dan dasar lautan. Dan jenis ini bukan tergolong jahl, apabila berpijak dari definisi pengarang.

Pertanyaan:

Apa sebab penamaan jahl dengan nama jahl murakkab?

Jawab:

Karena pelakunya meyakini sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini merupakan kebodohan atas sesuatu tersebut. Ditambah ia meyakini bahwa keyakinannya itu sesuai dengan kenyataan, hal ini menjadi kebodohan lain (tingkat kedua).

Referensi:

(بِالْمُرَكَّبِ) وَ إِنَّمَا سُمِّيَ مُرَكَّبًا لِأَنَّ صَاحِبَهُ يَعْتَقِدُ الشَّيْءَ عَلَى خِلَافِ مَا هُوَ عَلَيْهِ فَهذَا جَهْلٌ بِذلِكَ الشَّيْءِ وَ يَعْتَقِدُ أَنَّهُ يَعْتَقِدُهُ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ فَهذَا جَهْلٌ أَخَرُ تَرَكَّبَا مَعًا (النَّفَحَاتُ صــ 25).

(Perkataan pengarang: jahl murakkab), kebodohan ini disebut dengan jahl murakkab (kebodohan yang berganda), karena pelakunya meyakini atas sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini merupakan kebodohan atas sesuatu tersebut. Ditambah ia meyakini bahwa keyakinannya itu sesuai dengan kenyataan, hal ini juga merupakan kebodohan lain. Kedua jenis kebodohan ini tersusun secara bersamaan.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *