Himbauan Untuk Merayakan Maulid Baginda Nabi Muhammad s.a.w. – Nur-ul-Mushthafa (1/2)

نُوْرُ الْمُصْطَفى
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ

CAHAYA AGUNG BAGINDA NABI BESAR MUHAMMAD S.A.W.
جَمَعَهَا وَ رَتَّبَهَا الْفَقِيْرُ إِلَى اللهِ وَاسِعِ الأَلْطَافِ
الْحَبِيْبُ مُرْتَضَى بْنُ عَبْدِ اللهِ الْكَافُ

Dirangkum Oleh:
Al-Habib Murtadho Bin Abdullah Al-Kaf
Jakarta, 12 Rabi‘ul Awal 1429 H.
20 Maret 2008 M.

Rangkaian Pos: Keutamaan Maulid Baginda Nabi Muhammad s.a.w. & Himbauan Untuk Merayakannya - Nur-ul-Mushthafa

KEUTAMAAN MAULID BAGINDA NABI MUHAMMAD S.A.W. DAN HIMBAUAN BAGI UMAT ISLAM UNTUK MERAYAKANNYA.

 

Dengan adanya seluruh data-data yang konkret dan akurat tersebut di atas, maka perlu diketahui, bahwa sesungguhnya kelahiran Beliau Baginda Rasūlullāh s.a.w. adalah suatu nikmat yang paling agung yang Allah s.w.t. anugerahkan khusus untuk kita semua umat Islam. Berkat jasa-jasa Beliau semata, kita telah dipilih oleh Allah s.w.t. untuk mendapati berbagai limpahan Rahmat Belas Kasih Sayang Allah s.w.t. di dunia, di alam barzakh, di padang mahsyar dan di akhirat kelak. Sungguh hanya karena syafā‘at Beliau semata, kita kelak bisa mendapati segala kebahagiaan, kenikmatan, kedamaian, kelezatan, kesenangan yang abadi dan kedudukan yang tinggi di surga Allah s.w.t. yang kekal abadi selama-lamanya. Intinya, segala anugerah dan kenikmatan yang kita dapati, baik di dunia maupun di akhirat, semata-mata adalah berkat permohonan Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad s.a.w. kepada Allah s.w.t.

Maka, sungguh benar-benar sangat pantas dan wajar sekali, serta alangkah mulianya apabila kita yang sebagai umat yang sangat dicintainya dengan bangga dan senang hati setulus-tulusnya mengagungkan dan merayakan Maulid Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Dan juga saling berlomba dalam kebajikan (dengan mengorbankan waktu, tenaga, fikiran dan materi) dengan tulus ikhlas untuk menyelenggarakan dan menyiarkan maulid Baginda Nabi Muhammad s.a.w. serta menyambut, menghormati dan menjamu tamu-tamu agung Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. Adakah kebajikan yang lebih utama dan lebih mulia daripada menjamu dan menghormati tamu-tamu Rasūlullāh Muhammad s.a.w. ?

Maka, sungguh sangat mulia dan indah sekali bila perayaan maulid tersebut benar-benar dilaksanakan dengan tulus ikhlas demi mengikuti anjuran dan prilaku para ‘ulamā’ shālihīn, sebagai wujud ungkapan rasa syukur yang agung kepada Allah s.w.t. serta sebagai ta‘zhīm (penghormatan) dan cinta yang tulus sejati kepada junjungan dan pemimpin agung kita Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w.

Dan sungguh sangat indah sekali apabila seorang ayah/orang tua senantiasa memperhatikan anak-anaknya dengan memahamkan kepada anak-anaknya tentang keutamaan-keutamaan Baginda Nabi Muhammad s.a.w. serta keutamaan-keutamaan wali-wali Allah s.w.t. agar anak-anaknya mencintainya serta senantiasa condong untuk meneladaninya. Dan juga mengajak mereka untuk menghadiri perayaan Haul seorang Waliyyullāh, serta menghadiri perayaan Isrā’ Mi‘rāj dan Maulidnya Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad s.a.w., agar terlimpahkan Rahmat (Belas Kasih Sayang) Allah s.w.t. kepada mereka sehingga kelak menjadi anak-anak yang shālih yang taat kepada Allah s.w.t. dan Rasūl-Nya serta berbakti kepada kedua orang tuanya.

Dan bagi ibu-ibu rumah tangga hendaklah senantiasa mempelajari sīrah/sejarah Baginda Nabi Muhammad s.a.w. serta sīrah/sejarah istri-istrinya dan putri-putrinya Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. yang sangat suci mulia, dan mengajarkan semua itu kepada putri-putrinya sehingga benar-benar mengenal Baginda Nabi Muhammad s.a.w. beserta keluarganya dan mencintainya sampai dijadikan idolanya serta ketagihan untuk selalu bershalawat kepada Beliau Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Karena sesungguhnya orang yang bershalawat satu kali saja kepada Baginda Nabi Muhammad s.a.w., maka Allah s.w.t. akan melimpahkan sepuluh Rahmat-Nya kepada orang tersebut. Dan jika Rahmat Allah s.w.t. terus-menerus melimpah, maka bisa dipastikan bahwa si anak gadis tersebut akan mendapati taufīq dan hidayah dari Allah s.w.t. sehingga tumbuh menjadi “mar‘at-ush-shālihīn” (wanita shālihah) yang senantiasa taat kepada Allah s.w.t. dan Rasūl-Nya, patuh pada orang tuanya dan selalu berbakti kepada suaminya.

Oleh sebab itulah, setelah kita mengetahui keutamaan-keutamaan Baginda Nabi Muhammad s.a.w. di Sisi Allah s.w.t., maka demi untuk mengungkapkan ketulusan cinta kita yang sesungguhnya kepada Baginda Nabi Muhammad s.a.w., serta kebanggaan kita sebagai umat yang dikasihinya, dan sebagai wujūd rasa syukur kita kepada Allah s.w.t. atas anugerahnya yang paling agung ini, maka kita panggil saudara-saudara Muslim kita untuk berkumpul di suatu majelis suci nan terhormat yang di situ dibacakan maulid agung Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. Kita bacakan sīrah/sejarah perjalanan kehidupannya yang indah laksana mutiara yang tiada duanya. Kita lantunkan kasidah-kasidah dan puji-pujian yang mulia untuknya dengan hati dan jiwa yang meluap penuh dengan pengagungan dan kerinduan yang memuncak kepada Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad s.a.w. dengan suasana yang penuh khidmat, ta‘zhīm, berpakaian sopan nan rapi serta memakai minyak wangi, bukhūr atau wangi-wangian yang semerbak harum baunya, sehingga kita benar-benar bisa hudhūr merasakan bahwa kita benar-benar telah bersimpuh dan menghadap di depannya. Dan al-hamdulillāh, para habā’ib dan ‘ulamā’ kita telah menghadiahkan kepada kita rangkuman karangan mereka berupa kitāb-kitāb maulid yang sangat indah dan agung sekali yang di dalamnya tercantum berbagai macam kemuliaan dan keagungan Baginda Nabi Muhammad s.a.w. di Sisi Allah s.w.t. yang disertai dengan data-data dari ayat-ayat Kitāb Suci al-Qur’ān dan hadis-hadis Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. Di antaranya adalah:

* مَوْلِدُ شَرَفِ الأَنَامِ Maulidu syaraf-il-anām,

* مَوْلِدُ الدِّيْبَعِيْ Maulid-ud-diba‘ī lil-imāmi ‘abd-ir-rahmān-id-diba‘ī,

* مَوْلِدُ سِمْطِ الدُّرَرِ Maulidu simth-id-durari lil-habīb-al-‘arifi billāhi ‘aliyy-ibni muhammadin-il-habsyī,

* مُوْلِدُ الضِّيَاءِ اللاَّمِعِ Maulid-udh-dhiyā’-il-lam‘i lil-habīb-idh-dhiyā’-illāhi ‘umar-ibni-hāfizh,

Dan kitāb-kitāb maulid lainnya. Yang mana apabila kita baca salah satu saja dari kitāb-kitāb maulid tersebut, insyā’ Allah, kita akan mendapati keberkahan dan limpahan Rahmat Belas Kasih Sayang Allah s.w.t. berkat Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad s.a.w.

Sesungguhnya para awliyā’ dan ‘ulamā’ shālihīn telah menganjurkan kepada kita agar melestarikan bacaan Kitāb Maulid tersebut pada acara-acara pengantin (saat akan dilaksanakan akad nikah), pada acara khitan, pada saat mau perpindahan rumah, dan pada acara “walīmat-ut-tasmiyah” yakni memberi nama pada seorang bayi yang telah lahir, agar acara tersebut dilimpahi keberkahan oleh Allah s.w.t.

Dan seyogianya pula kita jangan tergesa-gesa untuk berprasangka buruk kepada saudara-saudara kita kaum muslimin yang tidak menghadiri acara maulid Nabi Muhammad s.a.w., justru hendaknya kita berprasangka baik kepada mereka. Mungkin mereka ada kesibukan lain yang menghalangi untuk menghadirinya, atau ada kemungkinan mereka belum mengetahui keutamaannya. Maka di sinilah tugas kita untuk memberi tahu tentang keutamaannya agar mereka bisa mendapati apa yang kita dapati dari keutamaan-keutamaan maulid tersebut.

Kecuali bagi orang-orang yang terang-terangan ingkar dengan acara maulid Nabi Muhammad s.a.w., maka hal itu sangat berbahaya sekali baginya, dikhawatirkan dia tidak mendapatkan Rahmat dari Allah s.w.t. Karena Rahmat Allah s.w.t. semua di alam semesta, datangnya adalah semata-mata melalui Baginda Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana Firman Allah s.w.t.:

وَ مَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً للْعَاَلَمِيْنَ (الأنبياء: 107)

Yang artinya kurang lebih:

“Sesungguhnya tidaklah Kami (Allah s.w.t.) mengutusmu (wahai Nabi Muhammad s.a.w.) melainkan untuk (menjadi) Rahmat (Belas Kasih Sayang) bagi alam semesta.” (al-Anbiyā’: 107).

Dan bagi para panitia yang bertugas mulia untuk menyelenggarakan acara Maulid Nabi Muhammad s.a.w., maka demi untuk membahagiakan Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w., sungguh sangat mulia sekali apabila mereka menyediakan juga tempat yang khusus bagi kaum wanita, sehingga mereka (para wanita) tidak berkumpul/berdesakan dengan laki-laki serta tidak dipandang oleh laki-laki yang bukan muhrimnya. Karena hal ini (kumpulnya laki-laki dan wanita yang bukan muhrimnya) adalah sangat mengecewakan Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w.

Dan hendaknya pula panitia tersebut tidak menerima sumbangan selain yang jelas-jelas diberikan dengan sukarela. Karena sumbangan yang diberikan dengan ikhlas maka akan menjadi barakah dan obat. Sebaliknya jika sumbangan tersebut datangnya dari orang yang terpaksa maka akan menjadi racun dan penyakit, apalagi kalau sumbangan tersebut dari uang haram.

Sementara bagi para kaum wanita yang berhalangan hadir, juga bisa ikut andil dan ambil bagian dalam acara maulid tersebut, dengan membikin berbagai makanan, kue-kue dan minuman yang sekedarnya (tidak berlebihan/memaksakan di luar batas kemampuannya), dan diniati untuk menjamu kepada tamu-tamunya Rasūlullāh s.a.w. Karena mereka tidak hadir pada perayaan maulid, kecuali demi untuk mengagungkan dan cinta kepada Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w.

Dan bagi panitia yang betul-betul mencintai Baginda Nabi Muhammad s.a.w. dengan setulus-tulusnya, hendaknya menyempurnakan acara tersebut dengan memanggil seorang ‘ālim yang shālih agar memberikan penjelasan khusus tentang keagungan dan kemuliaan Rasūlullāh Muhammad s.a.w., sehingga mau‘idhah-mau‘idhahnya bisa benar-benar bermanfaat bagi umat, khususnya pada generasi muda Islam agar mereka bisa benar-benar mengenal dengan sesungguhnya kepada keagungan pribadi Rasūlullāh Muhammad s.a.w., sampai kepribadian Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. melekat di hati mereka dan mereka hanya mengidolakan Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. dalam kehidupannya, sampai tergerak hatinya untuk bersemangat dan tulus meneladani serta mengikuti prilaku Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. dalam menuju kepada keridaan Allah s.w.t. Maka, apabila hal itu tidak dilakukan oleh Dā‘i (penceramah) tersebut, apalagi kalau pidatonya dipenuhi dengan senda gurau yang bisa menghilangkan karisma keagungan maulid Nabi Besar Muhammad s.a.w., sungguh hal itu akan mengecewakan Baginda Nabi Muhammad s.a.w. dan para hādhirīn (tamu-tamu Rasūlullāh s.a.w.), yang jauh-jauh hadir semata-mata hanya ingin mengenal sīrah/sejarah Baginda Nabi Muhammad s.a.w.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *