Hamzah Masuk Islam – Dakwah Menuju Petunjuk – Nurul Yaqin (2/3)

NŪR-UL-YAQĪN
 
Judul Asli:
Nūr-ul-Yaqīn fī Sīrati Sayyid-il-Mursalīn
Penulis: Muhammad al-Khudhari Bek

 
Alih Bahasa: Muhammad Faisal Fadhil
Penerbit: UMMUL QURA
 
(Diketik oleh: Zulfa)

Rangkaian Pos: Dakwah Menuju Petunjuk - Nurul Yaqin

Orang lainnya yang disiksa karena masuk Islām ialah Abū Bakar ash-Shiddīq. Tatkala tekanan yang dilancarkan oleh kaum musyrikin terhadap dirinya kian bertambah keras, ia bertekad untuk berhijrah dari Makkah ke Ḥabsyah. Kemudian ia berangkat untuk melaksanakan niatnya itu. Ketika sampai di suatu daerah yang dikenal dengan nama Bark-ul-Ghimād (331), ia bertemu dengan Ibnu Daghnah. Ia seorang pemimpin kabilah yang besar, yaitu Kabilah al-Qārah.

Ibnu Daghnah bertanya kepadanya: “Ke mana engkau hendak pergi, hai Abū Bakar?”

Abū Bakar menjawab: “Kaumku telah mengusirku. Karena itu, aku ingin mengembara di bumi untuk menyembah Rabb-ku.”

Ibnu Daghnah berkata: “Orang seperti dirimu ini tidak boleh diusir. Sesungguhnya engkau adalah orang yang selalu membantu orang miskin, menyambung tali silaturahmi, membantu orang-orang lemah (fakir-miskin), memuliakan tamu, dan menolong orang-orang mendapatkan haknya. Aku akan menjadi pelindungmu. Sekarang kembalilah dan sembahlah Rabb-mu di negerimu.”

Kemudian Abū Bakar kembali dan Ibnu Daghnah berangkat pula mendampinginya. Ibnu Daghnah berkeliling mengunjungi orang-orang terkemuka dari Kabilah Quraisy seraya mengatakan kepada mereka: “Orang yang seperti Abū Bakar tidak boleh diusir. Apakah kalian akan mengusir orang yang selalu membantu orang miskin, menyambung tali silaturahmi, membantu orang-orang lemah (fakir-miskin), memuliakan tamu, dan menolong orang-orang mendapatkan haknya?”

Tak seorang pun yang berani menentang jaminan yang diberikan oleh Ibnu Daghnah. Lalu mereka berkata: “Perintahkanlah Abū Bakar supaya ia menyembah Rabb-nya di dalam rumahnya. Silakan ia shalat sesukanya dan silakan membaca ayat-ayat yang ia sukai, tetapi jangan menyakiti kami dengan itu dan jangan pula memperkenalkan (ibadahnya) kepada khalayak. Karena sesungguhnya kami khawatir wanita-wanita dan anak-anak kami akan terhasut olehnya.”

Kemudian Ibnu Daghnah menyampaikan hal tersebut kepada Abū Bakar r.a. Kemudian Abū Bakar r.a. berdiam di rumahnya, menyembah Rabb-nya dan ia tidak memperkenalkan (kepada khalayak) shalat dan bacaan al-Qur’ān selain di dalam rumahnya sendiri. Sesuai dengan permintaan mereka. Lama kelamaan Abū Bakar r.a. berpikir untuk membangun sebuah mushala di halaman rumahnya, lalu ia wujudkan niatnya itu. Sejak saat itu ia mulai melakukan shalat dan membaca al-Qur’ān di mushala tersebut.

Setiap kali Abū Bakar r.a. shalat dan membaca al-Qur’ān, kaum wanita orang-orang musyrik dan anak-anak mereka datang mengerumuninya karena merasa takjub dengan apa yang dilakukan oleh Abū Bakar r.a., dan mereka merasa senang dengan apa yang dilakukannya. Shahabat Abū Bakar r.a. adalah orang yang mudah menangis bila membaca al-Qur’ān. Orang-orang terkemuka kabilah Quraisy terkejut melihat hal tersebut, lalu mereka mengirimkan utusan kepada Ibnu Daghnah.

Setelah utusan kaum Quraisy menemui Ibnu Daghnah, mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah melindungi Abū Bakar atas jaminanmu dengan syarat ia menyembah Rabb-nya di dalam rumahnya saja. Namun, ternyata ia telah melanggarnya. Ia membangun mushala di halaman rumahnya dan berterang-terang dengan shalat dan bacaannya di dalam mushala. Sesungguhnya kami khawatir wanita-wanita dan anak-anak kami terhasut olehnya. Apabila ia mau menyembah Rabb-nya di halaman rumahnya saja, ia boleh melakukan hal itu. Apabila ia enggan dan bersikeras untuk berterang-terangan (dengan ibadahnya) maka mintalah ia untuk mengembalikan jaminanmu. Sesungguhnya kami tidak suka melanggar janji yang telah engkau berikan, dan kami tidak menyetujui Abū Bakar berterang-terangan (dengan ibadahnya).”

Ibnu Daghnah pun menemui Abū Bakar, lalu berkata: “Engkau tentunya mengetahui perjanjian yang aku buat untuk menjamin keamananmu. Sebaiknya engkau mencukupkan dengan (persyaratan) itu, atau engkau kembalikan jaminanku kepadaku. Sesungguhnya aku tidak suka orang-orang ‘Arab mendengar bahwa aku melanggar janji yang kubuat untuk seseorang (untuk memberikan perlindungan kepadanya).”

Abū Bakar menjawab: “Aku kembalikan kepadamu perlindunganmu, dan aku rela dengan perlindungan dari Allah.” (342)

Hal inilah yang menjadi penyebab Abū Bakar r.a. menerima perlakuan yang menyakitkan dari kaum musyrikīn.

Kesimpulannya, tidak ada seorang pun dari kaum Muslimīn yang selamat dari penganiayaan kaum musyrikīn. Namun, semua itu hancur luluh di hadapan kebesaran dan keteguhan iman mereka. Sesungguhnya mereka masuk Islām bukan karena tujuan duniawi yang menyebabkan mereka dengan mudah dapat dijadikan murtad kembali. Mereka adalah orang-orang yang mendapat taufīq dari Allah, oleh karenanya mereka menemukan hakikat keimanan hingga mereka memandang segala sesuatu yang menghambatnya terasa mudah.

Ketika orang-orang kafir Quraisy melihat bahwa penganiayaan tidak memberikan hasil apa-apa, bahkan setiap kali kaum Muslimīn mendapat tekanan maka keimanan mereka semakin bertambah kuat, maka mereka sepakat untuk mengadakan musyāwarah di antara mereka. Lalu berkatalah kepada mereka seseorang yang dikenal dengan nama ‘Utbah bin Rabī‘ah al-Absyamī, dari Bani ‘Abd-isy-Syams, orang yang ditaati di kalangan kaumnya: “Hai orang-orang Quraisy bolehkah aku mendatangi Muḥammad, kemudian aku berbicara kepadanya untuk menawarkan beberapa hal? Mudah-mudahan ia mau menerima sebagian daripadanya, kemudian kita berikan hal tersebut, lalu dia mencegah dirinya dari kita.” Mereka menjawab: “Hai Abū-l-Walīd (panggilan ‘Utbah), berangkatlah dan bicarakan hal tersebut kepadanya.”

‘Utbah pun pergi menemui Rasūlullāh s.a.w. yang saat itu sedang menjalankan shalat.

Lalu ‘Utbah berkata: “Hai anak saudaraku, sesungguhnya engkau di kalangan kami seperti yang telah engkau ketahui sendiri; termasuk orang yang memiliki nasab dan kedudukan terhormat. Sesungguhnya engkau telah mendatangi kaummu dengan membawa perkara yang besar. Engkau telah memecah belah persatuan mereka, membodoh-bodohkan orang pandai mereka, dan mencela tuhan-tuhan mereka serta agama mereka, dan engkau telah ingkar terhadap nenek moyang mereka. Sekarang dengarlah perkataanku, aku menawarkan kepadamu beberapa hal agar engkau mempertimbangkannya. Barangkali saja engkau mau menerima sebagian daripadanya.”

Rasūlullāh s.a.w. menjawab: “Silakan kau katakan, hai Abū-l-Walīd, aku akan mendengarkannya.”

Abū-l-Walīd berkata: “Hai anak saudaraku, jika dengan apa yang engkau bawa itu engkau menghendaki harta benda, kami akan mengumpulkannya dari harta benda kami untukmu sehingga engkau akan menjadi orang yang paling kaya di antara kami. Jika engkau menghendaki kedudukan, kami akan menjadikanmu pemimpin kami sehingga kami tidak berani memutuskan suatu perkara tanpa restu darimu. Jika engkau menghendaki kerajaan, kami akan menjadikanmu sebagai raja kami. Jika hal (waḥyu) yang datang kepadamu itu adalah gangguan dari jinn yang engkau tidak mampu mengusirnya dari dirimu, kami akan mencari seorang tabib untukmu, dan untuk itu kami siap mengorbankan harta kami sampai kami menyembuhkanmu dari gangguannya. Karena boleh jadi seseorang tidak mampu mengalahkan pengganggunya selain harus diobati.”

Kemudian Rasūlullāh s.a.w. berkata: “Apakah sudah selesai perkataanmu, wahai Abū-l-Walīd?

Abū-l-Walīd menjawab: “Ya.”

Rasūlullāh s.a.w. berkata kepadanya: “Sekarang engkau dengarkan aku.” Lalu Rasūlullāh s.a.w. membacakan ayat-ayat pertama dari Sūratu Fushshilāt:

حم. تَنْزِيْلٌ مِّنَ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَعْلَمُوْنَ. بَشِيْرًا وَ نَذِيْرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَ. وَ قَالُوْا قُلُوْبُنَا فِيْ أَكِنَّةٍ مِّمَّا تَدْعُوْنَا إِلَيْهِ وَ فِيْ آذَانِنَا وَقْرٌ وَ مِنْ بَيْنِنَا وَ بَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُوْنَ. قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيْمُوْا إِلَيْهِ وَ اسْتَغْفِرُوْهُ وَ وَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِيْنَ. الَّذِيْنَ لَا يُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَ هُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُوْنَ. إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ. قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُوْنَ بِالَّذِيْ خَلَقَ الْأَرْضَ فِيْ يَوْمَيْنِ وَ تَجْعَلُوْنَ لَهُ أَنْدَادًا ذلِكَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ. وَ جَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَ بَارَكَ فِيْهَا وَ قَدَّرَ فِيْهَا أَقْوَاتَهَا فِيْ أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِّلسَّائِلِيْنَ. ثُمَّ اسْتَوى إِلَى السَّمَاءِ وَ هِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَ لِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِيْنَ. فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِيْ يَوْمَيْنِ وَ أَوْحَى فِيْ كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَ حِفْظًا ذلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ. فَإِنْ أَعْرَضُوْا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِّثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَ ثَمُوْدَ. إِذْ جَاءَتْهُمُ الرُّسُلُ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا تَعْبُدُوْا إِلَّا اللهَ قَالُوْا لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لَأَنْزَلَ مَلآئِكَةً فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُوْنَ

Ḥā mīm. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitāb yang dijelaskan ayat-ayatnya, ya‘ni bacaan dalam bahasa ‘Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. Mereka berkata: ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)’. Katakanlah: ‘Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan ber‘amal shāliḥ, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya’. Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutlah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam’. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ‘Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati dan terpaksa’. Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati’. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewaḥyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling maka katakanlah: ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ād dan Tsamūd. Ketika para rasūl datang kepada mereka dari depan dan belakang mereka (dengan menyerukan): ‘Janganlah kamu menyembah selain Allah’. Mereka menjawab: ‘Kalau Tuhan kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikatNya maka sesungguhnya kami kafir kepada waḥyu yang kamu diutus membawanya’.” (QS. Fushshilāt [41]: 1-14)

Catatan:

  1. 33). Nama tempat yang terletak di belakang kota Makkah, jarak perjalanan 5 malam, yaitu dekat dengan pantai.
  2. 34). HR al-Bukhārī (2297, 2398, 2399, 4781, 5371 dan 6731).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *