Gemuruh Tasbih Para Malaikat – Nur-ul-Mushthafa

نُوْرُ الْمُصْطَفى
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ

CAHAYA AGUNG BAGINDA NABI BESAR MUHAMMAD S.A.W.
جَمَعَهَا وَ رَتَّبَهَا الْفَقِيْرُ إِلَى اللهِ وَاسِعِ الأَلْطَافِ
الْحَبِيْبُ مُرْتَضَى بْنُ عَبْدِ اللهِ الْكَافُ

Dirangkum Oleh:
Al-Habib Murtadho Bin Abdullah Al-Kaf
Jakarta, 12 Rabi‘ul Awal 1429 H.
20 Maret 2008 M.

Rangkaian Pos: Cahaya Agung Muhammad s.a.w. - Nur-ul-Mushthafa

GEMURUH TASBĪH PARA MALAIKAT

Sesungguhnya dengan keagungan beliau Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. di sisi Allah s.w.t. maka Allah s.w.t. telah memerintahkan kepada para malaikat-Nya yang agung yakni Malaikat Jibrīl, Malaikat Muqarrabīn, Malaikat Karubiyyīn, Malaikat yang selalu mengelilingi ‘Arasy dan lainnya agar serentak berdiri pada saat detik-detik kelahiran Baginda Nabi Muhammad s.a.w. dengan memanjatkan Tasbīh, Tamhīd, Tahlīl. Takbīr dan Istighfār kepada Allah s.w.t.

Semua fenomena keajaiban-keajaiban agung yang terjadi pada saat detik-detik kelahiran Baginda Nabi Muhammad s.a.w. yang diwujudkan oleh Allah s.w.t., semata-mata hanya menunjukkan kepada semua makhluk-makhluk Allah s.w.t. bahwa Baginda Nabi Muhammad s.a.w. adalah makhluk yang paling dicintai-Nya, makhluk yang paling agung dan mulia derajatnya di sisi-Nya.

Dan riwāyat-riwāyat semua yang tersebutkan di atas, bukan sekedar cerita belaka, namun telah kami nukil data-datanya dari kitāb-kitāb para ‘ulamā ahl-us-sunnah wal-jamā‘ah yang sangat akurat dan otentik. Di antaranya adalah Kitāb al-hāwī lil-fatāwī yang dikarang oleh al-imām-usy-syaikhi jalāl-id-dīni ‘abd-ir-rahmān-is-suyūthī yang telah mengarang tidak kurang dari 600 kitāb yang dijadikan marja‘ (pedoman) bagi para ‘ulamā’ ahl-us-sunnah wal-jamā‘ah dalam penetapan hukum-hukum syarī‘at Islam. Bahkan para ‘ulamā’ ahl-us-sunnah wal-jamā‘ah telah sepakat menjuluki beliau dengan gelar “Jalāl-ud-dīn” yakni sebagai pilar keagungan agama Islam.

Bukan hanya dari kitāb beliau saja kami menukil, namun juga dari kitāb-kitāb para ‘ulamā’ ahl-us-sunnah wal-jamā‘ah lainnya yang juga telah disepakati dan dijadikan sumber pedoman oleh para ‘ulamā’. Di antaranya adalah Kitāb dalā’il-un-nubuwwati lil-imām-il-baihaqī, Kitāb dalā’il-un-nubuwwati lil-imāmi abī na‘īm-il-ashfahānī, Kitāb an-ni‘mat-ul-kubrā ‘alal-‘ālam lil-imāmi syihāb-id-dīni ahmad-ibni hajar-il-haitamī, Kitāb sabīlu-ul-iddikāri lil-imāmi quthb-il-ghautsi wad-da‘wati wal-irsyād-il-habībi ‘abdullāh-ibni ‘alawiyy-il-haddād, Kitāb al-ghuraru lil-imām-il-habībi muhammad ibni ‘aliyy ibni ‘alawiyyi khidrin bā ‘alawiyy-il-husainī, Kitāb asy-syifā’ lil-imām-il-qādhī ‘iyādhi abul-fadhl-il-yahshabī, Kitāb as-sīrat-un-nabawiyyati lil-imām-is-sayyid-isy-syaikhi ahmad ibni zainī dahlān-il-hasanī, Kitāb hujjatullāh ‘alal-‘ālamīn lisy-syaikhi yūsuf ibni ismā‘īl-in-nabhānī dan kitāb-kitāb lainnya yang mu‘tamad dan mu‘tabar (diakui dan dijadikan pedoman oleh para ‘ulamā’).

Bagi para ‘ulamā’ shālihīn ahl-us-sunnah wal-jamā‘ah telah sepakat untuk berdiri pada saat bacaan Maulid Nabi Muhammad s.a.w. telah tiba pada mahall-ul-qiyām (detik-detik kelahiran Baginda Nabi Muhammad s.a.w.). Mereka serentak berdiri demi mengikuti jejak para Malaikat, jejak arwah para Nabi dan jejak arwah para Wali untuk ta‘zhīm (mengagungkan) dan memuncakkan rasa cinta yang agung kepada Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Mereka luapkan rasa syukur yang memuncak ke hadirat Allah s.w.t. atas nikmat/anugerah paling agung yang telah Allah s.w.t. limpahkan dengan mengutus Kekasih-Nya sebagai Rahmat (Belas Kasih Sayang-Nya) untuk seluruh alam semesta. Mereka panjatkan puji-pujian yang agung kepada Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. dengan bahasa sastra yang indah dan suara merdu yang dipenuhi dengan rasa rindu dan cinta yang tulus mulia kepada Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w.

Maka, sungguh sangat mulia sekali bagi kita sebagai umat yang sangat dicintainya untuk mengikuti jejak para ‘ulamā’ shālihīn dengan serentak berdiri pada saat Mahall-ul-Qiyām demi menyambut kedatangan Kekasih Allah s.w.t. yang sangat mulia, Junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad s.a.w. Sebagai wujūd ta‘zhīm dan kecintaan yang sangat tulus dari kita kepada Beliau Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. Bukankah Beliau adalah Nabi kita yang sangat kita cintai…?

Bukankah Beliau adalah yang kelak akan memberi pertolongan kepada kita sehingga selamat dari siksaan Allah s.w.t. yang sangat pedih…? Bukankah Beliau adalah yang akan memberi syafā‘at kepada kita sehingga kita bisa memperoleh keridaan Allah s.w.t. yang agung dan masuk ke dalam surga-Nya yang dipenuhi dengan segala kenikmatan, keindahan dan kebahagiaan yang kekal abadi selama-lamanya….? Karena Beliau Rasūlullāh Muhammad s.a.w. adalah Kekasih Allah s.w.t. yang mana Allah s.w.t. telah berjanji untuk tidak menolak segala permintaan Beliau dan akan mengabulkan segala Permohonannya. Dan janji ini telah ditetapkan Allah s.w.t. dalam Kitab Suci al-Qur’ān, Sūrat adh-Dhuhā ayat 5:

وَ لَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (الضُّحَى 5)

Yang artinya kurang lebih:
“Dan (sesungguhnya) kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu (Nabi Muhammad s.a.w.), lalu (hati) kamu menjadi puas.”
(Sūrat adh-Dhuhā 5)

Sungguh sangat beruntung kita sebagai umat Islam yang benar-benar mencintai Baginda Nabi Muhammad s.a.w. dengan setulusnya. Maka, pada saat tiba ajal kita nanti, Baginda Nabi Muhammad s.a.w. yang sangat kita cintai akan menolong kita dengan memohon kepada Allah s.w.t. agar ditetapkan iman kita, diampuni segala dosa-dosa kita yang pernah kita lakukan dan diberi kemudahan menghadapi sakarat-ul-maut. Bukan sekadar itu saja, bahkan pada saat menghadapi pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir di alam barzakh, Beliau akan menolong kita. Dan berkat pertolongannya, seketika Allah s.w.t. akan menjadikan kuburan kita sebagai “raudhatun min riyādh-il-janān”, yakni sebagai taman di antara taman-taman surga. Begitu pula pada saat di padang Mahsyar, kita akan dipersilakan untuk meminum air telaganya dan bertemu dengan Beliau Baginda Nabi Besar Muhammad Rasūlullāh s.a.w. beserta para ahli baitnya, para sahabatnya, dan juga bersama para wali Allah s.w.t., para orang-orang shālihīn dan bersama pula dengan orang-orang mukmin yang mencintainya. Dan seketika itu kita mendapati rasa aman. Tinggal menunggu saat tiba waktunya untuk masuk surga bersama Rasūlullāh s.a.w., secara berbondong-bondong memasuki surga Allah s.w.t. yang dipenuhi dengan segala kenikmatan, keindahan, kedamaian, dan kebahagiaan yang kekal abadi selama-lamanya.

Bahwa sesungguhnya, besarnya perhatian Baginda Rasūlullāh Muhammad s.a.w. kepada kita, dan agungnya ketulusan mahabbah (Belas Kasih Sayang) nya yang sempurna kepada kita, sehingga kita bisa mendapati limpahan Rahmat (Belas Kasih Sayang) Allah s.w.t. dan ampunan-Nya, adalah sangat banyak sekali data-data/dalilnya disebutkan dalam Kitāb Suci al-Qur’ān, al-Hadīts serta kitāb-kitāb para ‘ulamā’ ahl-us-sunnah wal-jamā‘ah. Sebagian di antara dalīl-dalīl tersebut adalah firman Suci Allah s.w.t. dalam Kitāb Suci al-Qur’ān-ul-Karīm, Sūrat at-Taubah ayat 128:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Yang artinya kurang lebih:
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasūl (Nabi Muhammad s.a.w.) dari kaum kalian sendiri, (sungguh sangat) berat terasa olehnya (segala) penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
(Sūrat at-Taubah 128).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *