Fiqh Tradisionalis – Bab III Shalat – Membaca Basmalah dalam Surat Al-Fatihah

Rangkaian Pos: Bab Shalat - Fiqh Tradisionalis

Membaca Basmalah dalam Surat al-Fâtihah

Soal:

Bagaimana hukum membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim) dalam Surat al-Fatihah ketika shalat? Dan kalau wajib, apakah harus dikeraskan bacaannya?

Jawab:

Membaca Surat al-Fatihah merupakan rukun shalat, baik dalam shalat fardhu maupun shalat sunnah. Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi SAW:

عن عبادة بن الصامت يبلغ به النبي صلى الله عليه وسلم لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب (صحيح مسلم ، ٥٩٥).

Dari ‘Ubadah bin al-Shamit, Nabi SAW menyampaikan padanya bahwa tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca surat al-Fatihah.” (Shahih Muslim, [595]).

Sementara basmalah merupakan ayat dari Surat al-Fatihah. Maka tidak sah jika seseorang shalat ketika membaca surat al Fâtihah ia tidak membaca basmalah. Hal ini didasarkan kepada firman Allah SWT:

ولقد آتيناك سبعا من المثاني والقرآن العظيم . (الحجر ، ۸۷)

Dan sungguh Kami telah berikan kepadamu (Nabi Muhammad) tujuh ayat yang berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung.” (QS. al-Hijr, 87). Yang dimaksud dengan tujuh ayat yang berulang-ulang adalah Surat al-Fatihah, karena al-Fatihah itu terdiri dari ayat yang dibaca secara berulang-ulang pada tiap-tiap raka’at shalat. Dan ayat yang pertama adalah basmalah. Dalam sebuah Hadits disebutkan:

عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم . الحمد لله رب العالمين ام القرآن وأم الكتاب والسبع المثاني  (سنن ابي داود ، رقــــم).

“Dari Abi Hurairah RA, beliau berkata, “Rasûlullah SAW bersabda, “Alhamdu lillahi rabbil ‘aalamin merupakan induk al-Qur’an, pokoknya al-Kitab, serta Surat al-Sab`u al-Matsani.” (Sunan Abi Dawud,[1245]).

Berdasarkan dalil ini, Imam Syafi’i RA mengatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari ayat yang tujuh dalam
surat al-Fatihah. Jika ditinggalkan, baik seluruhnya maupun sebagian, maka raka’at shalatnya tidak sah.

قال الشافعي بسم الله الرحمن الرحيم الأية السابـعة فإن تركها أو بعضها لم تحجزه الركعة التي تركها فيها . (الأم ، ج ۱ ص ۱۲۹)

Imam Syafi’i RA mengatakan bahwa basmalah merupakan salah satu dari tujuh ayat dalam surat al-Fatihah. Apabila ditinggalkan atau tidak dibaca sebagian ayatnya, maka raka’atnya tidak cukup.” (Al-Umm, juz I, hal 129).

Karena merupakan bagian dari al-Fatihah, maka basmalah ini juga dianjurkan untuk dikeraskan ketika seseorang membaca al-Fatihah dalam shalatnya. Berdasarkan Hadits Nabi SAW:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يجهر بالبسملة . (صحيح البخاري ، رقم ٣٤٥١).

“Dari Abi Hurairah RA, Bahwa Rasûlullah SAW (selalu) mengeraskan suaranya ketika membaca basmalah (dalam shalat).” (Shahih al Bukhari [3451]).

Menjelaskan Hadits ini, ‘Ali Nâyif Biqa’i dalam tahqiq kitab Idza Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi karangan al-Subkî menjelaskan:

قال ابن خزيمة في مصنفه فأما الجهر ببسم الله الرحمن الرحيم فقد صح. وثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم بإسناد متصل لاشك ولا ارتياب عند أهل المعرفة بالأخبار في صحة سنده والتصاله فذكر هذا الحديث. ثم قال فقد بان وثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يجهر ببسم الله الرحمن الرحيم في الصلاة. (معنى قول الإمام المطلبي إذا صح الحديث فهو مذهبي، تحقيق على نايف بقاعی: ص ١٦١).

“Ibn Khuzaimah berkata dalam kitab Mushannaf-nya, “(Pendapat yang menyatakan sunnah) mengeraskan basmalah merupakan pendapat yang benar. Ada Hadits dari Nabi SAW dengan sanad yang muttashil (urutan perawi Hadits yang sampai langsung kepada Nabi Muhammad SAW), tidak diragukan, serta tidak ada keraguan dari para ahli Hadits tentang shahih serta muttashil-nya sanad Hadits ini. Kemudian Ibn Khuzaimah berkata, “Telah jelas, dan telah terbukti bahwa Nabi SAW (dalam Hadits yang menyatakan) mengeraskan bacaan basmalah dalam shalat.” (Ma’na Qawl al-Imam al Muththalibi Idza Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi, 161).

Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa basmalah merupakan sebagian surat dari al-Fatihah, sehingga harus dibaca manakala membaca al-Fatihah dalam shalat. Dan juga basmalah disunnahkan untuk dikeraskan sebagaimana sunnahnya mengeraskan (ayat-ayat-ed.) al-Fatihah dalam shalat jahriyyah (shalat yang dianjurkan untuk mengeraskan/memperdengarkan suara, terutama bila berjamaah, yaitu shalat wajib subuh, magrib, isya dan shalat sunnah lainnya yang dianjurkan untuk diperdengarkan bacaanya-ed.)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *