Definisi Ushul Fiqh – Terjemah Syarah al-Waraqat

Ushul Fiqh
Terjemah Syarah al-Waraqat
 
Judul (Asli): Syarh al-Waraqat
(Penjelasan dan Tanya Jawab Ushul Fiqh)
 
 
Penyusun: Darul Azka, Nailul Huda, Munawwir Ridlwan
 
Penerbit: Santri salaf press.

USHŪL FIQH DAN PEMBAGIANNYA

Definisi Ushūl Fiqh

 

(وَ.أُصُوْلُ الْفِقْهِ) أَيِ الَّذِيْ وُضِعَ فِيْهِ هذِهِ الْوَرَقَاتُ (طُرُقُهُ) أَيْ طُرُق الْفِقْهِ (عَلَى سَبِيْلِ الْإِجْمَالِ) كَمُطْلَقِ الْأَمْرِ وَ النَّهْيِ وَ فِعْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ الْإِجْمَاعِ وَ الْقِيَاسِ وَ الْاِسْتِصْحَابِ مِنْ حَيْثُ الْبَحْثُ عَنْ أَوَّلِهَا بِأَنَّهُ لِلْوُجُوْبِ وَ الثَّانِيْ بِأَنَّهُ لِلْحُرْمَةِ وَ الْبَاقِيْ بِأَنَّهَا حُجَجٌ وَ غَيْرِ ذلِكَ مِمَّا سَيَاتِيْ مَعَ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ.
بِخِلَافِ طُرُقِهِ عَلَى سَبِيْلِ التَّفِصِيْلِ نَحْوُ: أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَ لَا تَقْرَبُوا الزِّنَى وَ صَلَاتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي الْكَعْبَةِ كَمَا أَخْرَجَهُ الشَّيْخَانِ وَ الْإِجْمَاعِ عَلَى أَنَّ لِبِنْتِ الْاِبْنِ السُّدُسُ مَعَ بِنْتِ الصُّلْبِ حَيْثُ لَا مَعَصِّبَ لَهُمَا وَ قِيَاسِ الْبِرُّ عَلَى الْأَرُزِ فِي امْتِنَاعِ بَيْعِ بَعْضِهِ بِبَعْضٍ إِلَّا مِثْلًا بِمِثْلٍ يَدًا بِيَدٍ كَمَا رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَ اسْتِصْحَابِ الطَّهَارَةِ لِمَنْ شَكَّ فِي بَقَائِهَا، فَلَيْسَتْ مِنْ أُصُوْلِ الْفِقْهِ وَ إِنْ ذُكِرَ بَعْضُهَا فِيْ كُتُبِهِ تَمْثِييْلًا.
(وَ كَيْفِيَّةُ الْاِسْتِدْلَالِ بِهَا) أَيْ بِطُرُقِ الْفِقْهِ مِنْ حَيْثُ تَفْصِيْلُهَا عِنْدَ تَعَارُضِهَا لِكَوْنِهَا ظَنِّيَّةٌ مِنْ تَقْدِيْمِ الْخَاصِّ عَلَى الْعَامِ، وَ الْمُقَيِّدِ عَلَى الْمُطْلَقِ وَ غَيْرِ ذلِكَ.
وَ كَيْفِيَّةُ الْاِسْتِدْلَالِ بِهَا تَجُرُّ إِلَى صِفَاتِ مَنْ يَسْتَدِلُّ بِهَا وَ هُوَا الْمُجْتَهِدُ.
فَهذِهِ الثَّلَاثَةُ هِيَ الْفَنُّ الْمُسَمَّى بِأُصُوْلِ الْفِقْهِ لِتَوَقُّفِ الْفِقْهِ عَلَيْهِ.

Ushūl fiqh yang merupakan isi pembahasan kitab al-Waraqat ini yaitu dalīl-dalīl fiqh ijmāli (global), seperti Mutlaknya, amr, nahi, perbuatan Nabi s.a.w., ijma‘, qiyas, dan istishḥāb, dari sisi pembahasan bahwa dalīl yang pertama (mutlaknya amr) menunjukkan wajib, yang kedua menunjukkan haram, dan yang lain sebagai ḥujjah hukum, serta hal-hal lain yang akan diterangkan setelah ini bersama keterangan yang terkait.

Beda halnya dalīl fiqh tafshīli (terperinci), seperti:

1). (أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ) “dirikanlah shalat”,

2). (وَ لَا تَقْرَبُوا الزِّنَى) “jangan mendekati zina”,

  1. Nabi s.a.w. shalat di dalam Ka‘bah (HR. Bukhārī-Muslim),

4). Ijma‘ bahwa cucu perempuan dari anak laki-laki bersama dengan anak perempuan kandung mayit mendapat bagian seperenam, jika tidak ada waris lain yang menjadikan ‘ashabah pada keduanya,

5). Pengqiyasan beras pada gandum dalam hal larangan menjual sebagian dengan sebagian yang lain, kecuali sama timbangannya, dan diserah-terimakan langsung, sebagaimana hadits riwayat Imām Muslim,

6). Meneruskan hukum suci bagi orang yang ragu-ragu dalam kesuciannya. (Semua 1-6) bukan termasuk ushūl fiqh, meskipun sebagian disebutkan dalam kitab ushūl sebagai contoh.

Dan termasuk ushūl fiqh yaitu teori pengambilan dalīl, ya‘ni dalīl ijmāli dari sisi perinciannya, ketika ada pertentangan, karena dalīl tersebut bersifat zhann. Hal ini berupa mendahulukan dalīl khāsh dari dalīl ‘ām, dalīl muqayyad dari dalīl yang muthlaq (mutlak), dan lain-lain.

Teori pengambilan dalīl di atas, menuntut kriteria orang yang melakukannya, ya‘ni mujtahid.

Ketiga pembahasa inilah cabang ‘ilmu yang disebut ushūl fiqh, karena fiqh tergantung pada ketiganya.

Penjelasan:

Ushūl fiqh yaitu disiplin ‘ilmu yang mencakup tiga pembahasan:

  1. Dalīl-dalīl fiqh yang global (ijmāli).
  2. Teori pengambilan dalīl ijmāli dari sisi perincitannya, bukan dari sisi kaidah umumnya.
  3. Syarat-syarat seorang mujtahid.

Ada dua macam dalīl fiqh:

  1. Dalīl ijmāli (global), contoh amr menunjukkan wajib secara hakikat dan lain-lain.
  2. Dalīl tafshīli (terperinci), contoh, QS. an-Nisā’: 23:

وَ لَا تَقْرَبُوا الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَ سَاءَ سِبِيْلًا.

Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Dalīl ini merupakan dalīl juz’i (tafshīli), karena telah berkaitan dengan permasalahan khusus, yaitu zina dan juga telah menunjukkan hukum khusus, yaitu haramnya zina.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *