(lanjutan)
Pada saat yang sama (1968-1975) Kiai Sahal juga menjadi ketua II LP Ma’arif cabang Pati. Karirnya di NU terus menanjak. Jabatannya yang pernah diemban di organisasi kaum pesantren ini secara berturut-turut adalah: Wakil Rais Syuriyah PCNU Patí (1975-1985), Wakil Ketua Rabithah Ma’ahıd Islami/RMI Jawa Tengah (1977-1978), Katib Syuriyah PWNU Jawa Tengah (1980-1982), Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (1982-1985), Koordinator Karesidenan LP Ma’arif Cabang Pati (1988-1990), Rais Syuriyah PBNU (1984-1989, 1989-1994, 1994-1999).
Lalu Kiai Sahal menduduki posisi puncak di organisasi ini, yakni sebagai Rais Am Syuriyah PBNU, sebuah jabatan yang pernah disandang oleh Hadratusy Syaikh KH. Hasyım Asy’ari. Kiai Sahal terpilih sebagai Rais Am Syuriyah PBNU sejak Muktamar NU ke-30 di Lirboyo Kediri tahun 1999 (masa khidmah 1999-2004), Muktamar NU ke-31 di Solo tahun 2004 (masa khidmah 2004-2009), dan Muktamar NU ke-32 di Makassar tahun 2010 (masa khidmah 2009-2014).
Di Majelis Ulama Indonedia (MUI), Kiai Sahal menjadi Ketua Umum MUI Jawa Tengah tahun 1991- 1999, dan menjadi Ketua MUI Pusat sejak tahun 1999 hingga sekarang. Jadi, tokoh ini menduduki dua jabatan tertinggi organisasi di tingkat nasional, yakni sebagai Rais Am Syuriyah PBNU dan Ketua Umum MUI Pusat.
Jabatan lainnya adalah sebagai wakil ketua P3M Jakarta (1983-1990), ketua Dewan Syariah Nasional (2000-2005), anggota pleno Pimpinan Pusat Rabithatul Ma’ahidil Islamiyah (RMI), anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN) dan ketua Dewan Pengawas Syari’ah pada Asuransi Jiwa Bersama Putra (sejak 2002).
TERUS MENGAJAR
Di bidang pendidikan, Kiai Sahal juga memiliki segudang pengalaman. Selama belajar di Pesantren Sarang, Rembang (1958-1961), Kiai Sahal telah dipercaya Kiai Zubair Dahlan untuk mengajar para santri. Mengajar di Kajen telah dilakoni Kiai Sahal sejak pulang dari tanah suci.
Meskipun tidak pernah kuliah, Kiai Sahal juga mengajar di perguruan tinggi. Tahun 1974 hingga 1976 Kiai Sahal mengajar di Fakultas Tarbiyah Uncok Pati, tahun 1982 hingga 1985 menjadi dosen di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, menjadi dosen terbang di Universitas Islam Malang (Unisma) Malang, anggota Dewan Penyantun Universitas Diponegoro Semarang, dan sejak tahun 1989 menjadi rektor di Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara.
Puncaknya, pada tanggal 18 Juni 2003 yang bertepatan dengan 17 Rabiul Tsani 1424, Kiai Sahal menerima gelar doktor honoris causa dalam bidang Ilmu Fikih dan Pengembangan Pesantren dengan judul pidato “Fiqh Sosial Upaya Pengembangan Madzhab Qauli dan Manhaji”.
Kiai Sahal juga pernah beberapa kali melakukan kunjungan ke luar negeri. Pada tahun 1983 atas sponsor USAID, Kiai Sahal berkunjung ke Filipina dan Korea Selatan untuk studi komparatif pengembangan masyarakat, lalu ke Jepang untuk meninjau pusat Islam. Pada tahun 1984 atas sponsor P3M, Kiai Sahal melakukan kunjungan ke Srilanka dan Malaysia untuk studi komparatif pengembangan masyarakat. Pada tahun 1987 atas sponsor Dar al-Ifta’ Riyadl, Kiai Sahal memimpin delegasi NU berkunjung ke Arab Saudi. Lalu pada tahun 1992 atas sponsor BKKBN Pusat, Kiai Sahal melakukan dialog di Mesir. Lima tahun kemudian, 1997, Kiai Sahal berkunjung ke Malaysia dan Thailand untuk keperluan BPPN. Dalam tahun yang sama juga dilakukan kunjungan ke Mesir dan Cina.
Dalam suatu kesempatan, Kiai Sahal pernah menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke Cina. Pada malam hari Kiai Sahal pernah naik kereta api. Dia lihat sekelilingnya orang-orang sedang tidur karena kelelahan. Mereka yang tidak tidur sedang asyik membaca koran atau buku. Kebetulan Kiai Sahal tidak mengantuk dan tidak membawa buku bacaan, sedangkan koran yang dijual berbahasa Cina yang tidak dipahami Kiai Sahal. Akhirnya pengasuh Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati ini hanya diam saja, menunggu kereta sampai tujuan.
Tujuan Kiai Sahal menceritakan pengalamannya ini adalah untuk menunjukkan minat baca yang tinggi di kalangan masyarakat Cina, sedangkan kita bangsa Indonesia masih malas-malasan untuk membaca. Kita seharusnya meniru bangsa Cina dalam hal semangat membaca.
KARYA TULIS
Kiai Sahal termasuk ulama yang produktif. Menurut Mujamil Qomar, dosen STAIN Tulungagung, hingga 1993 Kiai Sahal telah menghasilkan 107 buah tulisan, baik buku maupun makalah, baik berbahasa Arab maupun Indonesia.
Kiai Sahal pernah menjadi kolumnis di majalah Aula milik PWNU Jawa Timur (1988-1990) dan di harian Suara Merdeka sejak tahun 1991. Karyanya dalam bahasa Arab adalah Al-Fawaid al-Najibah bi Syarh al-Fawaid al- Najibah (diterbitkan oleh Mathba’ah Muassasah Nur al- Salam Pati, 1959), Al-Tsamrah al-Hajainiyyah fi Ishthilahat al- Fiqhiyyah (diterbitkan oleh Mathba’ah Mathali al-Falah Pati, 1960), Al-Bayan al-Mulamma’an Alfazh al-Luma’ (diterbitkan Thoha Putra Semarang, 1999), Infitah al- Wajadain, Washilah al-Shibyan ila I’tiqad ma’a al-Rahman, I’anah al-Ashhab, Luma’ al-Hikmah ila Musalsalat al- Muhimmat, dan Thariqah al-Hushul ‘ala Ghayah al-Wushul (diterbitkan Diantama Surabaya, 2000). Yang terakhir ini merupakan hasyiyah atas Ghayah al-Wushul karya Abu Yahya Zakariya al-Anshari.
Ghayah al Wushul adalah syarh atas Lubb Ushul, kitab ushul fiqih tingkat menengah atas yang ditulis oleh penulis yang sama. Kemampuan menulis dalam bahasa Arab diperoleh Kiai Sahal karena sejak kecil telah mengenal pesantren dan pernah tinggal di Mekkah ketika belajar kepada Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al- Fadani.
Adapun buku-buku berbahasa Indonesia tulisan Kiai Sahal yang telah diterbitkan adalah Nuansa Fiqh Sosial (diterbitkan LKIS Yogyakarta, 1994, dan telah mengalami cetak ulang berkali-kali), Pesantren Mencari Makna (diterbitkan Pustaka Ciganjur Jakarta, 1999), Telaah Fikih Sosial: Dialog dengan KH. MA. Sahal Mahfudh (Suara Merdeka Semarang, 1997), dan Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh: Solusi Problematika Umat (diterbitkan Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur bekerjasama dengan Penerbit Ampel Suci Surabaya, 2003). Buku-buku ini adalah kumpulan makalah berbagai seminar maupun …
(bersambung)