Hati Senang

Biografi 7 Rais Am PBNU – KH. M.A. Sahal Mahfudh (1/4)

7 Rais Am PBNU oleh: M. Solahudin Penerbit: Nous Pustaka Utama Kediri, Jawa Timur

Rais Am Syuriyah PBNU ke-7

DR. KH. Μ.A. SAHAL MAHFUDH

Kiai Sahal atau Mbah Sahal, itulah panggilan akrabnya. Dialah satu-satunya Rais Am Syuriyah PBNU yang mendapat gelar doktor honoris causa (HC). Meskipun lahir dan dibesarkan di pesantren, Mbah Sahal juga seorang akademisi. Keaktifan Mbah Sahal menghadiri diskusi atau seminar di kampus seperti kesibukannya mengikuti kegiatan bahtsul masa’il di pesantren.

TENTANG DESA KAJEN

Kajen adalah nama sebuah desa di wilayah Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah. Desa ini kira-kira terletak 18 km sebelah utara kota Pati. Luasnya hanya sekitar 63 hektar. Hampir seluruh tanahnya adalah pekarangan sehingga tidak ada tempat untuk bercocok tanam. Hanya ada sekitar 4 hektar tegalan yang terselip di antara rumah penduduk. Tidak adanya area pertanian ini menjadikan penduduk di sekitar ini lebih menggantungkan hidupnya pada perdagangan, usaha jasa, menjadi buruh pabrik atau buruh tani di desa lain. Jika ingin bercocok tanam, penduduk Kajen harus menyewa lahan di desa lain.

Tidak adanya lokasi pertanian ini juga menjadi sebab sepinya orang yang mencalonkan diri menjadi lurah atau kepala desa. Biasanya, di desa lain, pilihan lurah menjadi pesta demokrasi yang ditunggu-tunggu rakyat desa. Namun ini tidak terjadi di Desa Kajen karena tidak adanya “bengkok” untuk lurah terpilih. Bengkok adalah tanah yang disediakan bagi lurah. Maka, lurah di Desa Kajen mendapat gaji bulanan, bukan bengkok seperti lurah pada umumnya. Karena itu, menjadi lurah di Desa Kajen menjadi semacam kerja sampingan’.

Di desa ini terdapat makam Syaikh Ahmad al-Mutamakkin (w. 1740)1, seorang kiai kharismatik abad ke-18 yang masih leluhur dari Kiai Sahal Mahfudh. Syaikh Ahmad al-Mutamakkin inilah yang menjadi leluhur dari para kiai pengasuh pesantren di Desa Kajen. Meskipun tidak mempunyai pesantren seperti yang kita kenal sekarang, Syaikh Ahmad al-Mutamakkin mempunyai banyak murid.

Syaikh Ahmad al-Mutamakkin memiliki 3 anak, yaitu Nyai Alfiyah Godeg, Kiai Bagus, dan Kiai Endro Muhammad. Nyai Alfiyah dan Kiai Endro tetap di Kajen dan menurunkan banyak kiai. Adapun Kiai Bagus berdakwah di Jawa Timur dan menurunkan banyak kiai besar.

Ada salah seorang cucu Syaikh Ahmad al- Mutamakkin yang bernama Kiai Ismail. Pada akhir abad ke-19, Kiai Ismail mendirikan pesantren di dekat Masjid Jami’. Inilah pesantren pertama di Desa Kajen yang disebut Pondok Pesantren Tengah yang kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren Roudlotul Ulum. Lalu pada awal abad ke-20 mulai banyak berdiri pesantren. Kiai Nawawi (guru KH. A. Muchit Muzadi Jember) mendirikan Pondok Kulon Banon yang kemudian dikenal dengan nama Taman Pendidikan Islam Indonesia. Tahun 1902 Kiai Siroj mendirikan Pondok Wetan Banon yang kemudian dikenal dengan nama Salafiyah. Banon adalah tembok besar yang menjadi kompas bagi masyarakat Kajen untuk membedakan posisi satu pesantren dengan pesantren lainnya.

Berikutnya tahun 1910 Kiai Abdus Salam (kakek Kiai Sahal Mahfudh) yang merupakan adik Kiai Nawawi mendirikan Pondok Pesantren Polgarut yang kelak dikenal dengan nama Pondok Pesantren Maslakul Huda Polgarut Utara/PMH Putra (sekarang diasuh oleh Kiai Sahal) dan Polgarut Selatan/PMH Pusat. PMH Pusat ini pernah diasuh oleh KH. Abdullah Salam (paman Kiai Sahal), seorang kiai kharismatik dari Kajen. Dapat disimpulkan ada 3 bani yang berpengaruh besar di Desa Kajen, yaitu Bani Siroj, Bani Nawawi dan Bani Salam.

Dari keturunan Syaikh Ahmad al-Mutamakkin atau 3 bani tersebut akhirnya lahir para kiai yang mengasuh beberapa pesantren di Desa Kajen. Ada 34 pesantren di Desa Kajen, yaitu Pesantren Maslakul Huda/PMH Putra (KH. M.A. Sahal Mahfudh), Pesantren Matholi’ul Huda/PMH Pusat (KH. Nafi’ Abdullah), Pesantren Manba’ul Ulum (Kiai Anis Fuad), Pesantren As-Salafiyah (KH. Faqihuddin Baedlowie), Pesantren As-Salafiyah Hajroh (Nyai Shofiyah), Pesantren Ar-Roudloh (KH.Asnawi Rohmat), Pesantren Al-I’anah (Nyai Hj. Umi Kulsum), Pesantren Roudlotut Thohiriyah (KH. Muadz Thohir), Pesantren Riyadlul Ma’la Al-Amin/RIMΑ (ΚΗ. M. Muhibbi Hamzawie), Pesantren Nurul Huda/PNH (KH. Rohmat Nur), Pesantren Roudlotul Ulum/PRU (KH. Fayumi Munji dan Nyai Hj. Yuhanidz Fayumi), Pesantren Kauman (KH. Umar Hasyim), Pesantren Asrama Pelajar Islam Kauman/APIK (KH. Dzakwan dan KH. Ahmad Djunaidi), Pesantren Al-Hikmah/Permata (KH. M. Ma’mun Muzayyin), Pesantren Sawah Jero (Kiai Abdul Baqi’), Pesantren Pesarean (Kiai Nur Hadi), Taman Pendidikan Islam Indonesia/TPII/Kulon Banon (KH. Muzammil Thohir), Masyaul Fadli (KH.Badrussalam), Pesantren Al-Husna (Nyai Hj. Mahmudah Nafi’), PMH Timur (Kiai Mudzir Shodiq), Pesantren Al-Masyithoh (Nyai Hj. Zuyyinah Ali), Pesantren Al-Badi’iyah (Nyai Hj. Nafisah Sahal), Pesantren Al-Kautsar (KH. Ah. Zaki Fuad), Pesantren Darussalam (KH. Ah.Minan), Pesantren Mabdaul Huda/Buludana (KH. Ma’mun Mukhtar), Syukron Al-Hidayah Ngemplak Kidul (KH. Muadz Syukron), PMH Romo Ngemplak Kidul (Kiai Subakir), Pesantren Draunnajah Ngemplak Kidul (KH. Muslih Ar.), Pesantren Bustanut Tholibin Waturoyo (KH. Mawardi), Pesantren Sirojul Huda Waturoyo (Kiai Aly Fatah), Pesantren Nurwiyah Cebolek (Kiai Aly Mahmudi), Pesantren Jannatul Huda Cebolek (Kiai Masrur), Pesantren Al-Inayah Cebolek (Nyai Hj. Musyarofah), dan Pesantren Mansajul Huda Cebolek (KH. Abdullah Rifa’i).

(bersambung)

Catatan:

  1. Ada beberapa pendapat tentang silsilah Syaikh Ahmad al- Mutamakkin. Di antaranya ada yang berpendapat dia masih keturunan Nabi Muhammad s.a.w.. Silsilah lengkapnya adalah Ahmad al-Mutamakkin bin Sumahadinegara bin Sunan Benawa bin Abdurrahman Basyiyan bin Sayyid Umar bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ahmad bin Sayyid Abu Bakar Basyıyan bin Sayyid Muhammad Asadullah bin Sayyid Husain al-Turabi bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad al-Faqih al-Muqaddam bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad Shahib al-Murbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasim bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Imam Ubaidullah bin Imam Ahmad al-Muhajir ila Allah bin Imam Isa al- Naqib bin Imam Muhammad al-Naqib bin Imam Alwi al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain bin Fathimah al-Zahra binti Nabi Muhammad s.a.w. Lihat Zainul Milal Bizawie, Perlawanan Kultural Agama Rakyat: Pemikiran dan Paham Keagamaan Syekh Ahmad al- Mutamakkin dalam Pergumulan Islam dan Tradisi (1645-1740) (Yogyakarta: Samha, 2002), hlm. 104.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.