Berita Gembira Dalam Kitab-kitab Terdahulu Mengenai Rasulullah – Nurul Yaqin (1/2)

NŪR-UL-YAQĪN
 
Judul Asli:
Nūr-ul-Yaqīn fī Sīrati Sayyid-il-Mursalīn
Penulis: Muhammad al-Khudhari Bek

 
Alih Bahasa: Muhammad Faisal Fadhil
Penerbit: UMMUL QURA
 
(Diketik oleh: Zulfa)

Rangkaian Pos: Berita Gembira Dalam Kitab-kitab Terdahulu Mengenai Rasulullah - Nurul Yaqin

BAB II

BI‘TSAH DAN DAKWAH

PASAL 1

BERITA GEMBIRA DALAM KITĀB-KITĀB TERDAHULU
MENGENAI RASŪLULLĀH

Berita Gembira dari Taurāt Mengenai Rasūlullāh (11)

Allah s.w.t. telah menurunkan kitab Taurāt kepada Nabi Mūsā a.s. yang di dalamnya terkandung syarī‘at-syarī‘at yang sesuai dengan kondisi umat pada masa itu. Kemudian Allah menyebutkan pula di dalamnya tentang para nabi yang kelak akan diutus-Nya berdasarkan pengetahuan-Nya. Di antara berita gembira yang disebutkan di dalam Kitāb Taurāt adalah berita tentang kedatangan Rasūl kita yang mulia yang ditujukan kepada Nabi Mūsā a.s. (22), “Kelak aku akan menjadikan di antara mereka seorang nabi seperti engkau dari kalangan saudara-saudara mereka, dan Aku akan menjadikan kalām-Ku (firman-Ku) melalui mulutnya, kemudian ia berbicara kepada mereka tentang segala hal yang Aku perintahkan. Barang siapa yang tidak menaati sabdanya yang dikatakan atas nama-Ku, maka Aku-lah yang akan menghukumnya. Adapun mengenai nabi yang berani lancang berbuat takabbur dan berkata atas nama-Ku, padahal Aku tidak menyuruhnya, atau berkata atas nama tuhan lainnya maka hendaknya ia dibunuh. Bila engkau ingin membedakan nabi yang benar dan nabi yang palsu, berikut ini adalah pertandanya, ingatlah bahwa apa yang dikatakan nabi atas nama Rabb, padahal Rabb tidak mengatakannya maka ia pendusta yang hanya ingin mengagungkan dirinya. Oleh karena itu, engkau jangan takut terhadapnya.” (33)

Yahūda berkata bahwa yang dimaksud dalam bisyārah (kabar gembira) adalah Yūsya‘ bin Nūn (Yosua) pengganti Nabi Mūsā a.s., padahal mereka masih tetap menunggu nabi lain sewaktu mereka berada di masa al-Masīḥ selain al-Masīḥ itu sendiri. Mereka mengirim utusan (44) kepada Yaḥyā (Yohanes) si pembaptis untuk menanyakan kedudukan dirinya.

Untuk itu mereka mengatakan: “Apakah engkau Elia?” Yaḥyā menjawab: “Bukan.” Mereka bertanya lagi: “ Apakah engkau al-Masīḥ?” Yaḥyā menjawab: “Bukan.” Mereka bertanya lagi: “Apakah seorang nabi?” Yaḥyā menjawab: “Bukan.” Mereka lalu berkata: “Mengapa engkau membaptis jika memang engkau bukan Elia, bukan al-Masīḥ, juga bukan seorang nabi?” Kesaksian ini menunjukkan bahwa Kitāb Taurāt mengatakan berita gembira tentang Elia, al-Masīḥ, dan seorang nabi lainnya yang masih belum datang hingga zaman nabi ‘Īsā a.s.

Kemudian Kitāb Taurāt juga menerangkan sifat Nabi s.a.w. bahwa ia seperti Mūsā a.s., dan itu telah ditulis pula pada akhir Kitāb Ulangan bahwa tidak akan ada lagi seorang nabi yang seperti Nabi Mūsā di kalangan Bani Isrā’īl. Telah disebutkan pula di dalamnya bahwa nabi yang berdusta atas nama Allah harus dibunuh. Hal ini mirip dengan apa yang dikatakan al-Qur’ān melalui firman-Nya dalam Sūrat-ul-Ḥāqqah: 44-46:

وَ لَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ. لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ

Seandainya dia (Muḥammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar kami pegang dia di tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami Potong urat tali jantungnya.

Nabi kita s.a.w. tinggal bersama musuh-musuh besarnya dari kalangan kaum musyrikīn dan orang-orang Yahūdī selama 23 tahun, menyeru mereka untuk beribadah kepada Allah s.w.t. Walaupun demikian, Allah s.w.t. memelihara Nabi s.a.w. dari gangguan mereka, dan menurunkan ketenangan untuk menghapuskan kekhawatirannya. Allah s.w.t. berfirman dalam Sūrat-ul-Mā’idah [5]: 67:

وَ اللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Allah memelihara kamu dari gangguan manusia.”

Apakah Allah tidak mampu melakukan hal itu, padahal Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, (Maha Kuasa) untuk menurunkan ‘adzāb kepada siapa yang menisbatkan kepada-Nya sesuatu yang tidak Dia katakan? Dan Dia-lah yang berfirman dalam Sūrat-usy-Syūrā [42]: 24:

أَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا فَإِنْ يَشَأِ اللهُ يَخْتِمْ عَلَى قَلْبِكَ وَ يَمْحُ اللهُ الْبَاطِلَ وَ يُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ إِنَّهُ عَلِيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ

Bahkan mereka mengatakan: “Dia (Muḥammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah”. Maka jika Allah menghendaki niscaya Dia mengunci mati hatimu; dan Allah menghapuskan yang bāthil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimatNya (al-Qur’ān). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Bisyārah ini telah memberitahukan kepada kita tentang tanda-tanda yang dengannya kita dapat mengetahui kebenaran tentang Nabi s.a.w. dan siapa yang mendustakannya. Bisyārah seperti ini pemberitahuan tentang sesuatu yang akan terjadi kelak.

Selain itu, Nabi Muḥammad s.a.w. juga memberitakan tentang banyak hal dan hal-hal tersebut benar terjadi seperti yang beliau beritakan. Di antara berita-berita tersebut ada yang tidak dinalar dengan perasaan atau perkiraan. Misalnya, pemberitaan bahwa bangsa Romawi akan menang setelah sebelumnya dikalahkan oleh bangsa Persia hingga hampir saja mereka berhasil menduduki Konstantinopel, ibukota kerajaan mereka. Dengan demikian, pemberitaan tersebut adalah bahwa bangsa Romawi akan membalas kekalahan mereka dalam bidh‘a (beberapa) tahun, dan kemenangan Romawi itu tidak akan terjadi kecuali dari sisi Allah. Oleh karena itu, sebagian kaum musyrikīn Quraisy sangat heran dengan berita tersebut, sampai Abū Bakar ash-Shiddīq r.a. bertaruh untuk (kebenaran) berita itu, dan Allah s.w.t. merealisasikan berita tersebut sehingga ash-Shiddīq r.a. berhak (menang) atas taruhan tersebut. Ini baru sedikit dari banyak hal yang penjelasannya akan kita baca nanti, in syā’ Allāh.

Al-Qādhī ‘Iyādh mengatakan dalam kitāb asy-Syifā’ bahwa ‘Athā’ bin Yasār pernah bertanya kepada sahabat ‘Amr bin al-‘Āsh r.a. tentang sifat Rasūlullāh s.a.w., lalu ‘Amr pun menjawab: “Ya, demi Allah, sesungguhnya Nabi s.a.w. telah disebutkan sifat-sifatnya dalam Kitāb Taurāt sesuai dengan sebagian sifatnya yang disebutkan di dalam al-Qur’ān Sūrat-ul-Aḥzāb [33]: 45:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَ مُبَشِّرًا وَ نَذِيْرًا

Hai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.”

Al-Qādhī ‘Iyādh meriwayatkan hal yang serupa dari shahabat ‘Abdullāh bin Salām r.a. (55). Dahulu ‘Abdullāh bin Salām adalah pemimpin orang Yahūdī tetapi ia tidak dibutakan oleh jabatannya hingga meninggalkan agama yang lurus. Demikian pula dari Ka‘ab al-Aḥbār pada sebagian jalur hadits: “Tidak bersuara keras di pasar-pasar dan tidak pernah pula mengatakan hal-hal yang tidak senonoh. Aku selalu membimbingnya kepada setiap perbuatan yang indah (baik). Aku memberinya semua akhlāq yang mulia. Aku jadikan ketenangan sebagai pakaiannya, kebajikan sebagai lambangnya, ketaqwāan sebagai jiwanya, hikmah sebagai perkataannya, jujur dan menepati janji sebagai wataknya, pemaaf dan berbuat makruf sebagai akhlāqnya, adil sebagai perjalanan hidupnya, perkara yang hak sebagai syarī‘atnya, hidāyah sebagai imamnya, Islām sebagai agamanya dan Aḥmad sebagai namanya. Aku memberinya hidāyah setelah tersesat; Aku megajarinya setelah sebelumnya bodoh; Aku mengangkat sebutannya sesudah ia tidak terkenal; Aku meninggikan derajatnya sesudah ia tidak dianggap; Aku memperbanyak pengikutnya sesudah sedikit; Aku membuatnya berkecukupan sesudah berpecah belah; Aku merukunkan hati-hati yang bertentangan melaluinya, kecendrungan yag berbeda-beda dan bangsa yang bermacam-macam; dan Aku menjadikan umatnya sebagai umat yang paling baik di antara umat manusia.”

Nabi Mūsā a.s. memberitakan tentang sifat Nabi s.a.w. dalam Kitāb Taurāt, Mūsā menuturkan firman Allah s.w.t. sebagai berikut:

Dia adalah orang yang jujur lagi terpercaya, hamba-Ku yang bernama Aḥmad adalah pilihan-Ku, tempat kelahirannya di Makkah, dan tempat hijrahnya adalah Madīnah atau Thayyibah dan umatnya adalah orang-orang yang selalu memuji Allah setiap saat.

Catatan:

  1. 1). Al-Jawāb-ush-Shaḥīḥ karya Ibnu Taimiyyah (1/340).
  2. 2). HR. Muslim (2277).
  3. 3). Pasal kedua kitab Ulangan.
  4. 4). Pasal pertama; kitab injil Yohanes, ayat: 46.
  5. 5). Namanya sebelum masuk Islām adalah al-Ḥushain. Mendapat kabar gembira masuk surga dari Rasūlullāh.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *