Kedua: Penyebutan al-Fauqiyyah (ketinggian) tanpa diikuti kata penghubung apapun. Seperti dalam firman Allah:
وَ هُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ.
“dan Dialah Yang Maha Menundukkan di atas hamba-hambaNya.”
(QS. al-An‘ām [6]: 18).
Ketiga: Penjelasan adanya sesuatu yang naik (Malaikat, ‘amal shalih) menuju Allah. Lafazh “naik” yang disebutkan dalam al-Qur’ān dan al-Hadits bisa berupa al-‘Urūj atau ash-Shu‘ūd.
Seperti dalam firman Allah:
مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
“dari Allah yang memiliki al-Ma‘ārij. Malaikat dan ar-Rūḥ naik menuju-Nya.”
(QS. al-Ma‘ārij [70]: 3-4).
Mujāhid (murid Sahabat Nabi Ibnu ‘Abbās) menafsirkan: (yang dimaksud) dzil-Ma‘ārij adalah para Malaikat naik menuju Allah. (Lihat dalam Shaḥīḥ-ul-Bukhārī).
Dalam hadits disebutkan:
يَتَعَاقَبُوْنَ فِيْكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَ مَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَ يَجْتَمِعُوْنَ فِيْ صَلَاةِ الْعَصْرِ وَ صَلَاةِ الْفَجْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِيْنَ بَاتُوْا فِيْكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ – وَ هُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ – فَيَقُوْلُ: كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: تَرَكْنَاهُمْ وَ هُمْ يُصَلُّوْنَ، وَ أَتَيْنَاهُمْ وَ هُمْ يُصَلُّوْنَ.
“Bergantian menjaga kalian Malaikat malam dan Malaikat siang. Mereka berkumpul pada shalat ‘Ashr dan Shalat Fajr. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam bersama kalian, sehingga Allah bertanya kepada mereka – dalam keadaan Dia Maha Mengetahui – Allah berfirman: Bagaimana kalian tinggalkan hamba-Ku? Malaikat tersebut berkata: “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat.”
(HR. al-Imām-ul-Bukhārī dan al-Imāmu Muslim).
Ibnu Khuzaimah asy-Syāfi‘ī menyatakan:
“Di dalam kabar (hadits) telah jelas dan shaḥīḥ bahwasanya Allah s.w.t. di atas langit dan bahwasanya para Malaikat naik menuju-Nya dari bumi. Tidak seperti persangkaan orang-orang Jahmiyyah dan Mu‘aththilah (penolak Sifat Allah).” (Lihat Kitāb-ut-Tauḥīd karya Ibnu Khuzaimah halaman 381).
Keempat: Penjelasan tentang diangkatnya sebagian makhluk menuju Allah.
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’ān:
بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ
“Bahkan Allah mengangkatnya kepada-Nya.”
(QS. an-Nisā’ [4]: 158)
إِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَ رَافِعُكَ إِلَيَّ
“Sesungguhnya Aku mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 55)
Kelima: Penjelasan tentang ketinggian Allah secara mutlak. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’ān, di antaranya:
وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
“dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”
(al-Baqarah [2]: 255).
وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ
“dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(QS. Saba’ [34]: 23).
Keenam: Penjelasan bahwa al-Qur’ān “diturunkan” dari Allah s.w.t. Ini jelas menunjukkan bahwa Allah berada di atas, sehingga Ia menyebutkan bahwa al-Qur’ān diturunkan dari-Nya. Tidaklah diucapkan kata “diturunkan” kecuali berasal dari yang di atas. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’ān, di antaranya:
تَنْزِيْلُ الْكِتَابِ مِنَ اللهِ الْعَزِيْزِ الْكَرِيْمِ
“Kitāb (al-Qur’ān ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. az-Zumar [39]: 1)
تَنْزِيْلٌ مِنَ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
“(Al-Qur’ān) diturunkan dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
(QS. Fushshilat [41]: 2).
تَنْزِيْلٌ مِنْ حَكِيْمٍ حَمِيْدٍ
“(Al-Qur’ān) diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
(QS. Fushshilat [41]: 42).
Ketujuh: Penjelasan tentang kekhususan sebagian makhluk di “sisi” Allah (‘indallāh) yang menunjukkan bahwa sebagian lebih dekat dibandingkan yang lain kepada Allah.
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’ān, di antaranya:
فَإِنِ اسْتَكْبَرُوْا فَالَّذِيْنَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُوْنَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَ النَّهَارِ وَ هُمْ لَا يَسْئَمُوْنَ.
“…. maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.”
(QS. Fushshilat [41]: 38).
وَ لَهُ مَنْ فِي السَّموَاتِ وَ الْأَرْضِ، وَ مَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَ لَا يَسْتَحْسِرُوْنَ.
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.”
(QS. al-Anbiyā’ [21]: 19).
رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ.
“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di Jannah”
(QS at-Taḥrīm [66]: 11)