Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī meneruskan pembahasan dengan menjelaskan tentang sesuatu yang tidak rusak di waktu antara tiupan sangkakala yang pertama dan kedua.
Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:
عَجْبُ الذَّنَبْ كَالرُّوْحِ لكِنْ صَحَّحَا | الْمُزَنِيُّ لِلْبِلَى وَ وَضَّحَا. |
“‘Ajb-udz-dzanab sama seperti ruh. Akan tetapi, al-Muzanī telah menshaḥīḥkan fanā’-nya dan dia pun memberikan penjelasan.”
‘Ajb-udz-dzanab adalah tulang ekor (atau silet kodok, brutu jika dinisbatkan pada hewan), hukumnya seperti rūḥ tentang ketidakbinasaannya. Akan tetapi, Syaikh Imām Ismā‘īl bin Yaḥyā al-Muzanī membenarkan pendapat yang menyatakan bahwa ‘ajb-udz-dzanab juga akan hancur, beliau juga telah menerangkan kebenaran pendapat tersebut.
‘Ajb-udz-dzanab adalah tulang kecil yang ada di akhir deretan punggung. Orang awam menyebutnya silet kodok (dubur katak atau tulang ekor). ‘Ajb-udz-dzanab seperti rūḥ, maksudnya tidak rusak bersama jasad. Hal ini berdasarkan hadits Rasūlullāh s.a.w. yang diriwayatkan oleh Imām Bukhārī dan Muslim:
لَيْسَ مِنَ الْإِنْسَانِ شَيْءٌ إِلَّا يُبْلَى إِلَّا عَظْمًا وَاحِدًا وَ هُوَ عَجْبُ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Tidak ada sesuatu dari manusia yang tidak hancur kecuali satu tulang yaitu ‘ajb-udz-dzanab. Darinya akan diciptakan makhluq pada hari Kiamat.” (HR. Bukhārī-Muslim). (157).
Dan juga disebutkan dalam hadits riwayat Imām Muslim:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ يَأْكُلُهُ التُّرَابُ إِلَّا عَجْبَ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ وَ مِنْهُ يُرَكَّبُ.
“Setiap manusia akan dimakan oleh tanah kecuali ‘ajb-udz-dzanab, darinya manusia akan diciptakan dan darinya manusia akan disusun kembali.” (HR. Muslim).
Ketahuilah! Saat ditiupnya sangkakala yang pertama, semua manusia dan makhluq di dunia ini akan mati termasuk malaikat Izrā’īl. Kemudian turunlah hujan yang berbentuk seperti air mani selama 40 hari, sehingga bermuncullah manusia sebagaimana jamur yang keluar dari dalam tanah, yang terlihat pertama adalah bagian kepalanya, semuanya tumbuh dari ‘ajb-udz-dzanab yang berubah menjadi seperti biji. Mereka bermunculan sesuai dengan keadaan saat mereka mati. Ada yang berupa kerbau, sapi, anjing dan babi. Setelah itu Allah memerintahkan malaikat Isrāfīl untuk meniup sangkakala untuk kedua kalinya. Kemudian mereka bangkit dan hidup kembali sebagaimana yang telah disebutkan. Itulah hikmah tidak binasanya ‘ajb-udz-dzanab.
Adapun menurut Imām al-Muzanī, ‘ajb-udz-dzanab adalah rusak, hancur lebur menyatu dengan tanah. Allah s.w.t. Maha Berkuasa untuk menghidupkan manusia kembali tanpa diawali dari biji ‘ajb-udz-dzanab. Pendapat ini berdasarkan firman Allah s.w.t:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ.
“Setiap yang ada di bumi akan binasa (baik hewan maupun manusia.)” (QS. ar-Raḥmān [55]: 26).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa rusaknya semua manusia juga menetapkan rusaknya bagian dari anggota tubuhnya.