Hati Senang

Abud-Darda’ r.a. – Hilyat-ul-Auliya’ wa Thabaqat-ul-Ashfiya’ (4)

حلية الأولياء وطبقات الأصفياء
Ḥilyat-ul-Auliyā’i wa Thabaqāt-ul-Ashfiyā’
(Perhiasan para Wali dan Tingkatan-tingkatan Orang-orang yang Suci.)

Oleh: Al-Imam Abu Nu’aim al-Ashfahani r.h.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ الْعَبَّاسِ، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ الْحَرْبِيُّ، ثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ شَيْخٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: «أُحِبُّ الْمَوْتَ اشْتِيَاقًا إِلَى رَبِّيْ، وَ أُحِبُّ الْفَقْرَ تَوَاضُعًا لِرَبِّي، وَ أُحِبُّ الْمَرَضَ تَكْفِيْرًا لِخَطِيْئَتِيْ»

  1. ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Abbās menceritakan kepada kami, Ibrāhīm al-Ḥarbī menceritakan kepada kami, ‘Alī bin Ja‘d, Syu‘bah mengabarkan kepada kami, dari ‘Amr bin Murrah, dari seorang lelaki tua (syaikh), dari Abud-Dardā’, dia berkata: “Aku menyukai kematian karena merindukan Tuhanku. Aku menyukai kemiskinan karena tawadhu‘ kepada Tuhanku. Dan aku menyukai sakit untuk melebur dosa-dosaku.

حَدَّثَنَا أَبِيْ، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا أَبُو الرَّبِيْعِ الرِّشْدِيْنِيُّ، ثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِيْ يَحْيَى بْنُ أَيُّوْبَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيْدَ، عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ هِلَالٍ، أَنَّ أَبَا الدَّرْدَاءِ، كَانَ يَقُوْلُ: «يَا مَعْشَرَ أَهْلِ دِمَشْقَ، أَلَا تَسْتَحْيُوْنَ؟ تَجْمَعُوْنَ مَا لَا تَأْكُلُوْنَ، وَ تَبْنُوْنَ مَا لَا تَسْكُنُوْنَ، وَ تَأْمَلُوْنَ مَا لَا تَبْلُغُوْنَ، قَدْ كَانَ الْقُرُوْنُ مِنْ قَبْلِكُمْ يَجْمَعُوْنَ فَيُوْعُوْنَ، وَ يَأْمَلُوْنَ [ص: 218] فَيُطِيْلُوْنَ، وَ يَبْنُوْنَ فَيُوْثِقُوْنَ، فَأَصْبَحَ جَمْعُهُمْ بُوْرًا، وَ أَمَلُهُمْ غُرُوْرًا، وَ بُيُوْتُهُمْ قُبُوْرًا، هذِهِ عَادٌ قَدْ مَلَأْتَ مَا بَيْنَ عَدَنَ إِلَى عُمَانَ أَمْوَالًا وَ أَوْلَادًا، فَمَنْ يَشْتَرِيْ مِنِّيْ تَرِكَةَ آلِ عَادٍ بِدِرْهَمَيْنِ؟»

  1. Ayahku menceritakan kepadaku, Ibrāhīm bin Muḥammad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Abur-Rabī‘ ar-Risydīnī menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, Yaḥyā bin Abī Ayyūb menceritakan kepada kami, dari Khālid bin Yazīd, dari Sa‘īd bin Abī Bilāl, bahwa Abud-Dardā’ berkata: “Wahai penduduk Damaskus! Tidakkah kalian malu? Kalian mengumpulkan sesuatu yang tidak kalian makan, membangun sesuatu yang tidak kalian tempati, mengangankan sesuatu yang tidak kalian capai. Telah ada generasi-generasi sebelum kalian yang mengumpulkan kekayaan dengan seluas-luasnya, berangan-angan dengan sepanjang-panjangnya, dan membangun dengan sekokoh-kokohnya, lalu apa yang mereka kumpulkan itu hancur luluh, angan-angan mereka menjadi tipuan yang kosong, dan rumah-rumah mereka menjadi kuburan. Lihatlah kaum ‘Ād! Mereka telah memenuhi wilayah antara ‘Adn hingga ‘Umān dengan harta benda dan keturunan. Sekarang, siapa yang mau membeli dariku peninggalan ‘Ād dengan harga dua dirham?

حَدَّثَنَا أَبِيْ رَحِمَهُ اللهُ، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا أَبُو الرَّبِيْعِ الرِّشْدِيْنِيُّ، ثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوْبَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَيَّاشٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ أَبَا الدَّرْدَاءِ، كَانَ يَقُوْلُ: يَا مَعْشَرَ أَهْلِ الْأَمْوَالِ، بَرِّدُوْا عَلَى جُلُوْدِكُمْ مِنْ أَمْوَالِكُمْ قَبْلَ أَنْ نَكُوْنَ وَ إِيَّاكُمْ فِيْهَا سَوَاءٌ، لَيْسَ إِلَّا أَنْ تَنْظُرُوْا فِيْهَا وَ نَنْظُرُ فِيْهَا مَعَكُمْ ”
وَ قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: «وَ إِنِّيْ أَخَافُ عَلَيْكُمْ شَهْوَةً خَفِيَّةً فِيْ نِعْمَةٍ مُلْهِيَةٍ، وَ ذلِكَ حِيْنَ تَشْبَعُوْنَ مِنَ الطَّعَامِ، وَ تَجُوْعُوْنَ مِنَ الْعِلْمِ»
وَ قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: “إِنَّ خَيْرَكُمُ الَّذِيْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهِ: اذْهَبْ بِنَا نَصُوْمُ قَبْلَ أَنْ نَمُوْتَ، وَ إِنَّ شِرَارَكُمُ الَّذِيْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهِ: اذْهَبْ بِنَا نَأْكُلْ وَ نَشْرَبْ وَ نَلْهُوْ قَبْلَ أَنَّ نَمُوْتَ ”
وَ مَرَّ أَبُو الدَّرْدَاءِ عَلَى قَوْمٍ وَ هُمْ يَبْنُوْنَ، فَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: «تُجَدِّدُوْنَ الدُّنْيَا، وَاللهُ يُرِيْدُ خَرَابَهَا، وَاللهُ غَالِبٌ عَلَى مَا أَرَادَ»

  1. Ayahku menceritakan kepadaku, Ibrāhīm bin Muḥammad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Abur-Rabī‘ ar-Risydīnī menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, Yaḥyā bin Abī Ayyūb menceritakan kepada kami, ‘Amr bin ‘Ayyāsy, dari Shafwān bin ‘Amr, bahwa Abud-Dardā’ berkata: “Wahai para pemilik harta benda! Dinginkanlah kulit kalian dari harta kalian (janganlah kalian disusahkan oleh urusan harta benda) sebelum kami dan kalian memiliki kedudukan yang sama di dalamnya, yaitu kalian hanya bisa memandanginya, dan kami juga memandanginya bersama kalian.”

Abud-Dardā’ juga berkata: “Sesungguhnya aku mengkhawatirkan kalian terjangkiti syahwat yang samar terhadap nikmat yang melalaikan. Yaitu ketika kalian telah kenyang (dengan) makanan tetapi kalian lapar ilmu.”

Abud-Dardā’ juga berkata: “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang berkata kepada temannya: “Marilah kita berpuasa sebelum kita mati.” Dan sesungguhnya orang yang paling jahat di antara kalian adalah orang yang berkata kepada temannya: “Mari kita makan, minum dan bersenang-senang sebelum mati”.

Abud-Dardā’ melewati sekumpulan orang yang sedang membangun rumah, lalu Abud-Dardā’ berkata: “Kalian memperbarui dunia sedangkan Allah ingin menghancurkannya, dan Allah pasti memenangkan keinginan-Nya.”

حَدَّثَنَا أَبُوْ مُحَمَّدِ بْنُ حَيَّانَ، ثَنَا أَبُوْ يَحْيَى الرَّازِيُّ، ثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ، ثَنَا وَكِيْعٌ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ مَكْحُوْلٍ، قَالَ: كَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَتَتَبَّعُ الْخَرِبَ وَ يَقُوْلُ: «يَا خَرِبُ الْخَرِبَيْنِ، أَيْنَ أَهْلُكَ الْأَوَّلُوْنَ؟»

  1. Abū Muḥammad bin Ḥayyān menceritakan kepada kami, Abū Yaḥyā ar-Rāzī menceritakan kepada kami, Hannād bin as-Sarī menceritakan kepada kami, Wakī‘ menceritakan kepada kami, dari Usāmah bin Zaid, dari Makḥūl, dia berkata: Abud-Dardā’ memeriksa puing-puing lalu dia berkata: “Wahai puing-puing, di manakah tuanmu yang pertama?

حَدَّثَنَا حَبِيْبُ بْنُ الْحَسَنِ، ثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ السَّدُوْسِيُّ، ثَنَا عَاصِمُ بْنُ عَلِيٍّ، ثَنَا أَبُوْ هِلَالٍ، ثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ قُرَّةَ، أَنَّ أَبَا الدَّرْدَاءِ، اشْتَكَى فَدَخَلَ عَلَيْهِ أَصْحَابُهُ فَقَالُوْا: مَا تَشْتَكِيْ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ؟ قَالَ: «أَشْتَكِيْ ذُنُوْبِيْ» قَالُوْا: فَمَا تَشْتَهِيْ؟ قَالَ: «أَشْتَهِي الْجَنَّةَ» قَالُوْا: أَفَلَا نَدْعُوْ لَكَ طَبِيْبًا؟ قَالَ: «هُوَ الَّذِيْ أَضْجَعَنِيْ»

  1. Ḥabīb bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, ‘Umar bin al-Ḥāfizh as-Sadūsī menceritakan kepada kami, ‘Āshim bin ‘Alī menceritakan kepada kami, Abū Bilāl menceritakan kepada kami, Mu‘āwiyah bin Qurrah menceritakan kepada kami, bahwa Abud-Dardā’ sakit, lalu dia dijenguk oleh sahabat-sahabatnya. Mereka bertanya: “Apa yang engkau keluhkan, wahai Abud-Dardā’?” Dia menjawab: “Aku mengeluhkan dosa-dosaku.” Mereka bertanya: “Apa yang kau hasrati?” Dia menjawab: “Aku berhasrat surga.” Mereka bertanya: “Tidakkah sebaiknya kami memanggilkanmu tabib?” Dia menjawab: “Dialah yang membaringkanku.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ بْنِ شِبْلٍ، ثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ، ثَنَا مِسْعَرٌ، عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: «مَنْ يَتَفَقَّدْ يَفْقِدْ، وَ مَنْ لَا يُعِدَّ الصَّبْرَ لِفَوَاجِعِ الْأُمُوْرِ يَعْجَزْ، إِنْ قَارَضْتَ النَّاسَ قَارَضُوْكَ، وَ إِنْ تَرَكْتَهُمْ لَمْ يَتْرُكُوْكَ»، قَالَ: فَمَا تَأْمُرُنِيْ؟ قَالَ: «أَقْرِضْ مِنْ يَوْمِ عَرَضِكَ لِيَوْمِ فَقْرِكَ»

  1. ‘Abdullāh bin Muḥammad bin Syibl menceritakan kepada kami, Abū Bakar bin Abī Syaibah menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Bisyr menceritakan kepada kami, Mis‘ar menceritakan kepada kami, dari ‘Aun bin ‘Abdillāh, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Barang siapa yang mencari-cari, maka dia kehilangan. Barang siapa yang tidak menyiapkan kesabaran untuk hal-hal yang mengejutkan, maka dia tidak berdaya. Apabila engkau mencaci manusia, maka mereka akan mencacimu. Dan jika kamu membiarkan mereka (tidak mencaci), namun mereka tidak meninggalkanmu.” ‘Aun bin ‘Abdullāh bertanya: “Lalu apa yang kauperintahkan kepadaku?” Dia menjawab: “Pinjamkanlah kehormatanmu demi hari kefakiranmu (maksudnya, jika seseorang mencacimu, maka jangan balas, melainkan simpanlah pahalanya supaya diberikan kepadamu dalam keadaan utuh saat engkau membutuhkannya).”

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حُبَيْشٍ، ثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ إِسْحَاقَ السَّرَّاجُ، ثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ، ثَنَا الْوَلِيْدُ، عَنْ سَعِيْدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيْزِ، قَالَ: قِيْلَ لِأَبِي الدَّرْدَاءِ: ” ادْعُ اللهَ لَنَا، قَالَ [ص: 219] : «لَا أُحْسِنُ السَّبَّاحَةَ، وَ أَخَافُ الْغَرَقَ»

  1. Muḥammad bin ‘Alī bin Ḥubaisy menceritakan kepada kami, Ismā‘īl bin Isḥāq as-Sarrāj menceritakan kepada kami, Dāūd bin Rusyaid menceritakan kepada kami, Walīd menceritakan kepada kami, dari Sa‘īd bin ‘Abd-il-‘Azīz, dia berkata: Seseorang berkata kepada Abud-Dardā’: “Berdoalah kepada Allah untuk kami.” Abud-Dardā’ menjawab: “Aku tidak pandai berenang, dan aku tidak tenggelam.”

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ رُسْتَهْ، ثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوْخٍ، ثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: كَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُوْلُ: «إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ زَلَّةُ الْعَالِمِ، وَ جِدَالُ مُنَافِقٍ بِالْقُرْآنِ، وَ الْقُرْآنُ حَقٌّ، وَ عَلَى الْقُرْآنِ مَنَارٌ كَمَنَارِ الطَّرِيْقِ، وَ مَنْ لَمْ يَكُنْ غَنِيًّا مِنَ الدُّنْيَا فَلَا دُنْيَا لَهُ»

  1. ‘Abdullāh bin Muḥammad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, Muḥammad bin ‘Abdillāh bin Rustah menceritakan kepada kami, Syaibān bin Farrūkh menceritakan kepada kami, Abul-Asyhab, menceritakan kepada kami, dari al-Ḥasan, dia berkata: Abud-Dardā’ r.a., berkata: “Di antara hal yang kukhawatirkan atas kalian adalah tergelincirnya orang alim, perdebatan orang munafik dengan al-Qur’ān. Al-Qur’ān itu benar, dan di atas al-Qur’ān itu ada menara seperti menara petunjuk jalan. Barang siapa yang tidak terputus ketergantungannya terhadap dunia, maka tiada dunia baginya.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ الْأَشْعَثِ، ثَنَا مَحْمُوْدُ بْنُ خَالِدٍ، ثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، عَنْ بِلَالِ بْنِ سَعْدٍ، أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُوْلُ: كَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُوْلُ: «اللهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ تَفْرِقَةِ الْقَلْبِ» قِيْلَ: وَ مَا تَفْرِقَةُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: «أَنْ يُوْضَعَ لِيْ فِيْ كُلِّ وَادٍ مَالٌ»

  1. Aḥmad bin Isḥāq menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Sulaimān bin Asy‘ats menceritakan kepada kami, Maḥmūd bin Khālid menceritakan kepada kami, ‘Amr bin ‘Abd-il-Wāḥid menceritakan kepada kami, dari al-Auzā‘ī, dari Bilāl bin Sa‘d, bahwa dia mendengarnya berkata: Abud-Dardā’ berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari tercerai-berainya hati.” Lalu ada yang bertanya kepadanya: “Apa itu tercerai-berainya hati?” Dia menjawab: “Yaitu diletakkan untukku harta di setiap lembah.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حُبَيْشٍ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سَلَمَةَ، ثَنَا أَبُوْ هِشَامٍ الرِّفَاعِيُّ، ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، ثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: «إِنَّ الَّذِيْنَ أَلْسِنَتُهُمْ رَطْبَةٌ بِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ يَدْخُلُ أَحَدُهُمُ الْجَنَّةَ وَ هُوَ يَضْحَكُ»

  1. Muḥammad bin ‘Alī bin Ḥubaisy menceritakan kepada kami, Isḥāq bin Salamah menceritakan kepada kami, Abū Hisyām ar-Rifā‘ī menceritakan kepada kami, ‘Abd-ur-Raḥmān bin Mahdī menceritakan kepada kami, Mu‘āwiyah bin Shāliḥ, dari ‘Abd-ur-Raḥmān bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Sesungguhnya orang-orang yang lisannya selalu basah karena berdzikir kepada Allah itu masuk surga sembari tertawa.”

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مَنْصُوْرٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، قَالَ: قِيْلَ لِأَبِي الدَّرْدَاءِ: إِنَّ أَبَا سَعْدِ بْنَ مُنَبِّهٍ أَعْتَقَ مِائَةَ مُحَرَّرٍ فَقَالَ: «إِنَّ مِائَةَ مُحَرَّرٍ مِنْ مَالِ رَجُلٍ لَكَثِيْرٌ، وَ إِنْ شِئْتَ أَنْبَأْتُكَ بِمَا هُوَ أَفْضَلُ مِنْ ذلِكَ، إِيْمَانٌ مَلْزُوْمٌ بِاللَّيْلِ وَ النَّهَارِ، وَ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ»

  1. Aḥmad bin Ja‘far bin Ḥamdān menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, ‘Abd-ur-Raḥmān bin Mahdī menceritakan kepada kami, dari Sufyān, dari Manshūr, dari Sālim bin Abī Ja‘d, dia berkata: Abud-Dardā’ diberitahu: “Sesungguhnya Abū Sa‘d bin Munabbih memerdekakan seratus budak.” Abud-Dardā’ berkata: “Seratus budak itu harta yang sangat besar. Tetapi, jika kau mau, aku akan memberitahukanmu amalan yang lebih utama daripada itu. Yaitu iman yang melekat dalam hati di waktu malam dan siang, dan lisanmu senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah s.w.t.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، ثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عِمْرَانَ الْقَصِيْرِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا رَجَاءٍ، يَقُوْلُ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: «لَأَنْ أُكَبِّرَ اللهَ مِائَةَ مَرَّةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَصَدَّقَ بِمِائَةِ دِيْنَارٍ»

  1. Aḥmad bin Ja‘far bin Ḥamdān menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, ‘Abd-ur-Raḥmān bin Mahdī menceritakan kepada kami, Syu‘bah menceritakan kepada kami, dari ‘Imrān al-Qashīr, dia berkata: Aku mendengar Rajā’ berkata: Abud-Dardā’ berkata: “Sungguh, bertakbir kepada Allah seratus kali itu lebih kucintai daripada bersedekah seratus dinar.”

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِيْ سَهْلٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْعَبْسِيُّ، ثَنَا أَبُوْ أُسَامَةَ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيْدِ بْنِ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنِيْ صَالِحُ بْنُ أَبِيْ عَرِيْبٍ، عَنْ كَثِيْرِ بْنِ مُرَّةَ الْحَضْرَمِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ، يَقُوْلُ: «أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ، أَعْمَالِكُمْ، وَ أَحَبِّهَا إِلَى مَلِيْكِكُمْ، وَ أَنْمَاهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَغْزُوْا عَدُوَّكُمْ فَيَضْرِبُوْا رِقَابَكُمْ وَ تَضْرِبُوْا رِقَابَهُمْ، خَيْرٌ مِنْ إِعْطَاءِ الدَّرَاهِمِ وَ الدَّنَانِيْرِ»؟ قَالُوْا: وَ مَا هُوَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ؟ قَالَ: ذِكْرُ اللهِ، وَ ذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ “

  1. ‘Abdullāh bin Muḥammad menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Abī Sahl menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Muḥammad al-‘Absī menceritakan kepada kami, Abū Usāmah menceritakan kepada kami, dari ‘Abd-ul-Ḥamīd bin Ja‘far, menceritakan kepadaku Shāliḥ bin Abī ‘Arīb, dari Katsīr bin Mu‘āwiyah bin Qurrah al-Ḥadhramī, dia berkata: Aku mendengar Abud-Dardā’ berkata: “Maukah kalian kuberitahu amalan kalian yang paling baik, paling dicintai oleh Tuhan Pemilik kalian, paling meninggikan derajat kalian, lebih baik daripada kalian memerangi musuh kalian lalu mereka menebas leher kalian dan kalian menebas leher mereka, serta lebih baik daripada bersedekah dirham dan dinar?” Mereka menjawab: “Apa itu, wahai Abud-Dardā’?” Dia berkata: “Dzikir kepada Allah, dan dzikir kepada Allah itu lebih besar (daripada amal-amal lain).

حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ [ص: 220] بْنُ مَالِكٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثَنَا أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ سَالِمٍ الطَّائِفِيُّ مِنْ كِتَابِهِ، ثَنَا فَرَجُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنْ أَسَدِ بْنِ وَدَاعَةَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: «مَا فِي الْمُؤْمِنِ بَضْعَةٌ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْ لِسَانِهِ بِهِ يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ، وَ مَا فِي الْكَافِرِ بَضْعَةٌ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْ لِسَانِهِ بِهِ يُدْخِلُهُ النَّارَ»

  1. Abū Bakar bin Mālik menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, Abū ‘Abdillāh bin Muḥammad bin Sālim ath-Thā’ifī menceritakan kepada kami dari kitabnya, Faraj bin Fadhālah menceritakan kepada kami, dari Asad bin Wadā‘ah, dari Abud-Dardā’, dia berkata: “Dalam diri orang mu’min tidak ada satu organ yang lebih dicintai Allah daripada lisannya yang dengan lisan itu Allah memasukkannya ke surga. Dan dalam diri orang kafir tidak ada satu organ yang lebih dibenci Allah daripada lisannya yang dengan lisan itu Allah memasukkannya ke neraka.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ، فِيْ جَمَاعَةٍ، قَالُوْا: ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ نُصَيْرٍ، ثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ عَمْرٍو، ثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ، أُرَاهُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: «مَنْ أَكْثَرَ ذِكْرَ الْمَوْتِ قَلَّ فَرَحُهُ، وَ قَلَّ حَسَدُهُ»

  1. ‘Abdullāh bin Muḥammad bin Ja‘far menceritakan kepada kami bersama satu jamā‘ah, mereka berkata: Muḥammad bin Nushair menceritakan kepada kami, Ismā‘īl bin ‘Amr menceritakan kepada kami, Mālik bin Mighwal menceritakan kepada kami, menurutku dari ‘Abd-ul-Mālik bin ‘Umair, dia berkata: Abud-Dardā’ berkata: “Barang siapa yang memperbanyak mengingat mati, maka sedikit kegembiraannya dan sedikit pula hasudnya.”

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ الْعَبَّاسِ، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ إِسْحَاقَ الْحَرْبِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا ابْنُ خِرَاشٍ، عَنِ الْعَوَّامِ، عَنْ إِبْرَاهِيْمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: «مَنْ أَكْثَرَ ذِكْرَ الْمَوْتِ قَلَّ فَرَحُهُ، وَ قَلَّ حَسَدُهُ»

  1. ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Abbās menceritakan kepada kami, Ibrāhīm bin Isḥāq al-Ḥarbī menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin ‘Umar menceritakan kepada kami, Ibnu Khirasy menceritakan kepada kami, dari ‘Awwām, dari Ibrāhīm at-Taimī, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Barang siapa yang memperbanyak mengingat mati, maka sedikit kegembiraannya dan sedikit pula hasudnya.”

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ الْعَبَّاسِ، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ الْحَرْبِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ أَبُوْ أُسَامَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَزِيْدَ، حَدَّثَنِيْ إِسْمَاعِيْلُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ، أَنَّ أَبَا الدَّرْدَاءِ، كَانَ يَقُوْلُ: اللهُمَّ تَوَفَّنِيْ مَعَ الْأَبْرَارِ، وَ لَا تُبْقِنِيْ مَعَ الْأَشْرَارِ “

  1. ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Abbās menceritakan kepada kami, Ibrāhīm bin Isḥāq al-Ḥarbī menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin ‘Umar Abū Usāmah menceritakan kepada kami, ‘Abd-ur-Raḥmān bin Yazīd, menceritakan kepadaku, Ismā‘īl bin ‘Ubaidillāh, bahwa Abud-Dardā’ r.a., berdoa: “Ya Allah, wafatkanlah aku bersama orang-orang yang berbakti, dan janganlah Engkau panjangkan umurku untuk hidup bersama orang-orang yang jahat.”

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ، ثَنَا الْفَرَجُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنْ لُقْمَانَ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: «اللهُمَّ لَا تَبْتَلِنِيْ بِعَمَلِ سُوْءٍ، فَأُدْعَى بِهِ رَجُلَ سُوْءٍ»

  1. Ibrāhīm bin ‘Abdillāh menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Isḥāq menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, Faraj bin Fadhālah menceritakan kepada kami, dari Luqmān bin ‘Āmir, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau uji aku dengan perbuatan jahat sehingga aku dipanggil orang jahat.”

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شِبْلٍ، ثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ، ثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ، أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ أَبِيْ بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، أَنَّ أَبَا عَوْنٍ، أَخْبَرَهُ، أَنَّ أَبَا الدَّرْدَاءِ كَانَ يَقُوْلُ: «مَا بِتُّ لَيْلَةً فَأَصْبَحْتُ لَمْ يَرْمِنِي النَّاسُ فِيْهَا بِدَاهِيَةٍ إِلَّا رَأَيْتُ أَنَّ عَلَيَّ مِنَ اللهِ تَعَالَى فِيْهِ نِعْمَةٌ»

  1. ‘Abdullāh bin Muḥammad menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Syibl menceritakan kepada kami, Abū Bakar bin Abī Syaibah menceritakan kepada kami, Yazīd bin Hārūn menceritakan kepada kami, Yaḥyā bin Sa‘īd mengabarkan kepada kami, dari Abū Bakar bin Muḥammad, bahwa Abū ‘Aun mengabarinya, bahwa Abud-Dardā’ r.a. berkata: “Tidaklah aku melalui suatu malam lalu di pagi harinya manusia tidak menuduhku sebagai biang bencana, melainkan aku melihatnya sebagai nikmat dari Allah padaku.”

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَمَّارٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا بَكْرِ بْنَ مُحَمَّدٍ، يُحَدِّثُ يَحْيَى بْنَ سَعِيْدٍ، عَنْ خَلَّادِ بْنِ السَّائِبِ، أَوِ السَّائِبِ بْنِ خَلَّادٍ، قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: «مَا بِتُّ لَيْلَةً سَلِمْتُ فِيْهَا لَمْ أُرْمَ فِيْهَا بِدَاهِيَةٍ، وَ لَا أَصْبَحْتُ يَوْمًا سَلِمْتُ فِيْهِ لَمْ أُرْمَ فِيْهِ بِدَاهِيَةٍ [ص: 221] إِلَّا عُوْفِيْتُ عَافِيَةً عَظِيْمَةً»

  1. Aḥmad bin Ja‘far bin Ḥamdān menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Yaḥyā bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Ammār menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar Abū Bakar bin Muḥammad menceritakan dari Yaḥyā bin Sa‘īd, dari Khallād bin as-Sā’ib atau as-Sā’ib bin Khallād, dia berkata: Abud-Dardā’ r.a. berkata: “Tidaklah aku menjalani suatu malam di mana aku tidak dituduh sebagai pembawa bencana, dan tidaklah aku memasuki waktu pagi di mana aku dalam keadaan selamat dan tidak dituduh sebagai bencana, melainkan aku telah diberi ‘āfiyah (selamat dari musibah) yang sangat besar.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.