حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَمْرٍو، ثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِيْ شُرَحْبِيْلُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ شَرِيْكِ بْنِ نَهِيْكٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: «مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ مَمْشَاهُ وَ مَدْخَلُهُ وَ مَخْرَجُهُ وَ مَجْلِسُهُ مَعَ أَهْلِ الْعِلْمِ»
- Abū Bakar bin Mālik menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, Dāūd bin ‘Amr menceritakan kepada kami, Ismā‘īl bin ‘Ayyāsy menceritakan kepada kami, Syuraḥbīl bin Muslim menceritakan kepada kami, dari Syarīk bin Nahīk, dari Abud-Dardā’, dia berkata: “Di antara tanda pahamnya seseorang tentang agama adalah caranya berjalan, masuk, keluar dan duduk dengan para ulama.”
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، ثَنَا يَزِيْدُ، أَخْبَرَنَا أَبُوْ سَعِيْدٍ الْكِنْدِيُّ، عَمَّنْ أَخْبَرَهُ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، أَنَّهُ قَالَ: «يَا حَبَّذَا نَوْمُ الْأَكْيَاسِ وَ إِفْطَارُهُمْ كَيْفَ يَعِيْبُوْنَ سَهَرَ الْحَمْقَى وَ صِيَامَهُمْ؟ وَ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ بِرِّ صَاحِبِ تَقْوَى وَ يَقِيْنٍ أَعْظَمُ وَ أَفْضَلُ وَ أَرْجَحُ مِنْ أَمْثَالِ الْجِبَالِ مِنْ عِبَادَةِ الْمُغْتَرِّيْنَ»
- Aḥmad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Yazīd menceritakan kepada kami, Abū Sa‘īd al-Kindī mengabarkan kepada kami, dari orang yang mengabarinya, dari Abud-Dardā’, bahwa dia berkata: “Betapa bagusnya tidur dan makannya orang-orang yang cerdas; bagaimana mereka mencela begadang dan puasanya orang-orang yang bodoh? Sebiji dzarrah kebajikan dan orang yang memiliki ketaqwaan dan keyakinan itu lebih besar, lebih utama dan lebih berat dari pada seberat gunung ibadahnya orang-orang yang teperdaya.”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا بِشْرُ بْنُ مُوْسَى، ثَنَا أَبُوْ عَبْدِ الرَّحْمنِ الْمُقْرِئُ، ثَنَا الْمَسْعُوْدِيُّ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: «لَا تُكَلِّفُوا النَّاسَ مَا لَمْ يُكَلَّفُوْا، وَ لَا تُحَاسِبُوا النَّاسَ دُوْنَ رَبِّهِمْ، ابْنَ آدَمَ عَلَيْكَ نَفْسَكَ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ مَا يَرَى فِي النَّاسِ يَطُلْ حُزْنُهُ وَ لَا يَشْفِ غَيْظَهُ»
- Muḥammad bin Aḥmad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Bisyr bin Mūsā menceritakan kepada kami, Abū ‘Abd-ir-Raḥmān al-Muqri’ menceritakan kepada kami, al-Mas‘ūdī menceritakan kepada kami, dari Abul-Haitsam, dia berkata: Abud-Dardā’ berkata: “Janganlah kalian bebani manusia dengan hal-hal yang tidak dibebankan pada mereka! Janganlah menghisab mereka sebelum Tuhan mereka! Wahai anak Ādam, perhatikanlah dirimu sendiri, karena barang siapa menyelidiki sesuatu yang dia lihat pada diri manusia, maka akan lama kesedihannya dan tidak terobati kemarahannya.”
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شِبْلٍ، ثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ، ثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُرَّةَ [ص: 212] ، قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ: «اعْبُدُوا اللهَ كَأَنَّكُمْ تَرَوْنَهُ، وَ عُدُّوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ الْمَوْتَى، وَ اعْلَمُوْا أَنَّ قَلِيْلًا يُغْنِيْكُمْ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ يُلْهِيْكُمْ، وَ اعْلَمُوْا أَنَّ الْبِرَّ لَا يَبْلَى، وَ أَنَّ الْإِثْمَ لَا يُنْسَى»
- ‘Abdullāh bin Muḥammad menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Syibl menceritakan kepada kami, Abū Bakar bin Abī Syaibah menceritakan kepada kami, Abū Mu‘āwiyah menceritakan kepada kami, dari al-A‘masy, dari ‘Abdullāh bin Murrah, dia berkata: Abud-Dardā’ r.a. berkata: “Sembahlah Allah seakan-akan kalian melihatnya, dan anggaplah diri kalian itu sudah mati. Ketahuilah bahwa sedikit harta yang mencukupi kalian itu lebih baik daripada banyak harta yang melalaikan kalian. Ketahuilah bahwa kebajikan itu tidak diluluhkan, dan dosa itu tidak dilupakan.”
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِيْ سَهْلٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْعَبْسِيُّ، ثَنَا أَبُوْ أُسَامَةَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ دِيْنَارٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ، قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ: «لَيْسَ الْخَيْرُ أَنْ يَكْثُرَ مَالُكَ وَ وَلَدُكَ، وَ لكِنَّ الْخَيْرَ أَنْ يَعْظُمَ حِلْمُكَ وَ يَكْثُرَ عِلْمُكَ، وَ أَنْ تُبَارِي النَّاسَ فِيْ عِبَادَةِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ، فَإِنْ أَحْسَنْتَ حَمِدْتَ اللهَ تَعَالَى، وَ إِنْ أَسَأْتَ اسْتَغْفَرْتَ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ»
- ‘Abdullāh bin Muḥammad menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Abī Sahl menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Muḥammad al-‘Absī menceritakan kepada kami, Abū Usāmah menceritakan kepada kami, dari Khālid bin Dīnār, dari Mu‘āwiyah bin Qurrah, dia berkata: Abud-Dardā’ r.a. berkata: “Kebaikan itu bukan banyaknya harta dan anak-anakmu. Akan tetapi, kebaikan adalah besar kearifanmu dan banyak ilmumu, dan engkau menyaingi manusia dalam beribadah kepada Allah. Apabila engkau berbuat baik, maka engkau memuji Allah. Dan apabila engkau berbuat buruk, maka engkau memohon ampun kepada Allah.”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا بِشْرُ بْنُ مُوْسَى، ثَنَا أَبُوْ عَبْدِ الرَّحْمنِ الْمُقْرِئُ، ثَنَا سَعِيْدُ بْنُ أَبِيْ أَيُّوْبَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْوَلِيْدِ، عَنْ عَبَّاسِ بْنِ جُلَيْدٍ الْحَجْرِيِّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: «لَوْ لَا ثَلَاثُ خِلَالٍ لَأَحْبَبْتُ أَنْ لَا أَبْقَى فِي الدُّنْيَا»، فَقُلْتُ: وَ مَا هُنَّ؟ فَقَالَ: «لَوْ لَا وُضُوْعُ وَجْهِي لِلسُّجُوْدِ لِخَالِقِيْ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ يَكُوْنُ تَقَدُّمُهُ لِحَيَاتِيْ، وَ ظَمَأُ الْهَوَاجِرِ، وَ مُقَاعَدَةُ أَقْوَامٍ يَنْتَقُوْنَ الْكَلَامَ كَمَا تُنْتَقَى الْفَاكِهَةُ»
“وَ تَمَامُ التَّقْوَى أَنْ يَتَّقِيَ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ الْعَبْدُ حَتَّى يَتَّقِيَهُ فِيْ مِثْلِ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ، حَتَّى يَتْرُكَ بَعْضَ مَا يَرَى أَنَّهُ حَلَالٌ خَشْيَةَ أَنْ يَكُوْنَ حَرَامًا، يَكُوْنُ حَاجِزًا بَيْنَهُ وَ بَيْنَ الْحَرَامِ، إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ بَيَّنَ لِعِبَادِهِ الَّذِيْ هُوَ يُصَيِّرُهُمْ إِلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى: {مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ}، فَلَا تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الشَّرِّ أَنْ تَتَّقِيَهُ، وَ لَا شَيْئًا مِنَ الْخَيْرِ أَنْ تَفْعَلَهُ “
- Muḥammad bin Aḥmad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Bisyr bin Mūsā menceritakan kepada kami, Abū ‘Abd-ir-Raḥmān al-Muqri’ menceritakan kepada kami, Sa‘īd bin Abī Ayyūb menceritakan kepada kami, dari ‘Abdullāh bin Walīd, dari ‘Abbās bin Julaid al-Ḥajrī, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Seandainya tidak ada tiga perbuatan, maka aku tentu lebih senang tidak berumur panjang di dunia.” Aku bertanya: “Apa itu?” Dia menjawab: “Yaitu meletakkan dahi untuk sujud kepada Penciptaku di sepanjang malam dan siang, hausnya orang yang berpuasa, dan duduk bersama kaum yang menyeleksi pembicaraan seperti menyeleksi buah-buahan.
Dan kesempurnaan taqwa adalah seorang hamba bertaqwa kepada Allah hingga dalam perkara seberat dzarrah, hingga dia meninggalkan sesuatu yang menurutnya halal karena takut itu haram, sehingga menjadi penghalang antara dirinya dan perkara haram. Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada hamba-hambaNya apa yang akan mereka temui nanti. Allah berfirman: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Qs. az-Zalzalah [99]: 7-8). Jadi, janganlah engkau menyepelekan suatu keburukan untuk engkau hindari, dan tidak pula suatu kebaikan untuk engkau kerjakan.”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَدْرٍ، ثَنَا حَمَّادُ بْنُ مُدْرِكٍ، ثَنَا عَمْرُو بْنُ مَرْزُوْقٍ، ثَنَا زَائِدَةُ، عَنْ مَنْصُوْرٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالى عَنْهُ قَالَ: «مَا لِيْ أَرَى عُلَمَاءَكُمْ يَذْهَبُوْنَ، وَ جُهَّالَكُمْ لَا يَتَعَلَّمُوْنَ، فَإِنَّ مُعَلِّمَ الْخَيْرِ وَ الْمُتَعَلِّمَ فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ، وَ لَا خَيْرَ فِيْ سَائِرِ النَّاسِ بَعْدَهُمَا»
- Muḥammad bin Badr menceritakan kepada kami, Ḥammād bin Mudrik menceritakan kepada kami, ‘Amr bin Marzūq menceritakan kepada kami, Zā’idah menceritakan kepada kami, dari Manshūr, dari Sālim bin Abī Ja‘d, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Mengapa kulihat para ulama kalian pergi tetapi orang-orang yang bodoh di antara kalian tidak belajar? Sesungguhnya orang-orang yang mengajarkan kebaikan dan orang yang belajar itu sama pahalanya. Dan tidak ada kebaikan pada manusia selain keduanya.”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا بِشْرُ بْنُ مُوْسَى، ثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا فَرَجُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنْ لُقْمَانَ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: “النَّاسُ ثَلَاثَةٌ: عَالِمٌ، وَ مُتَعَلِّمٌ، وَ الثَّالِثُ هَمَجٌ لَا خَيْرَ فِيْهِ “
- Muḥammad bin Aḥmad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Bisyr bin Mūsā menceritakan kepada kami, Yaḥyā bin Isḥāq menceritakan kepada kami, Faraj bin Fadhālah menceritakan kepada kami, dari Luqmān bin ‘Āmir, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Manusia itu terbagi menjadi tiga, yaitu orang yang berilmu, orang yang belajar, dan yang ketiga adalah manusia rendahan, tidak ada kebaikan padanya.”
حَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ جَعْفَرٍ، ثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلُّوَيْهِ، ثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، ثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِيْ [ص: 213] الْجَعْدِ، قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ: «تَعَلَّمُوْا؛ فَإِنَّ الْعَالِمَ وَ الْمُتَعَلِّمَ فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ، وَ لَا خَيْرَ فِيْ سَائِرِ النَّاسِ بَعْدَهُمَا»
- Makhlad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, al-Ḥasan bin ‘Alluwaih menceritakan kepada kami, ‘Alī bin Ja‘d menceritakan kepada kami, Syu‘bah menceritakan kepada kami, dari ‘Amr bin Murrah, dari Sālim bin Abū Ja‘d, dia berkata: Abud-Dardā’ r.a. berkata: “Belajarlah kalian, karena orang yang berilmu dan orang yang belajar itu pahalanya sama. Tidak ada kebaikan pada manusia selain keduanya.”
وَ حَدَّثَنَا أَبِيْ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ يَحْيَى، ثَنَا يَعْقُوْبُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، ثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ، أَخْبَرَنَا جُوَيْبِرٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ، قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ: يَا أَهْلَ دِمَشْقَ، أَنْتُمِ الْإِخْوَانُ فِي الدِّيْنِ، وَ الْجِيْرَانُ فِي الدَّارِ، وَ الْأَنْصَارُ عَلَى الْأَعْدَاءِ، مَا يَمْنَعُكُمْ مِنْ مَوَدَّتِيْ؟ وَ إِنَّمَا مُؤْنَتِيْ عَلَى غَيْرِكُمْ، مَالِيْ أَرَى عُلَمَاءَكُمْ يَذْهَبُوْنَ، وَ جُهَّالَكُمْ لَا يَتَعَلَّمُوْنَ، وَ أَرَاكُمْ قَدْ أَقْبَلْتُمْ عَلَى مَا تَكَفَّلَ لَكُمْ بِهِ، وَ تَرَكْتُمْ مَا أُمِرْتُمْ بِهِ؟ أَلَا إِنَّ قَوْمًا بَنَوْا شَدِيْدًا، وَ جَمَعُوْا كَثِيْرًا، وَ أَمَّلُوْا بَعِيدًا، فَأَصْبَحَ بُنْيَانُهُمْ قُبُورًا، وَأَمَلُهُمْ غُرُورًا، وَجَمْعُهُمْ بُورًا، أَلَا فَتَعَلَّمُوا وَعَلِّمُوا؛ فَإِنَّ الْعَالِمَ وَ الْمُتَعَلِّمَ فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ، وَ لَا خَيْرَ فِي النَّاسِ بَعْدَهُمَا “
- Ayahku juga menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Ibrāhīm bin Yaḥyā menceritakan kepada kami, Ya‘qūb bin Ibrāhīm menceritakan kepada kami, Yazīd bin Hārūn menceritakan kepada kami, Juwaibir mengabarkan kepada kami, dari adh-Dhaḥḥāk, dia berkata: Abud-Dardā’ r.a. berkata: “Wahai penduduk Damaskus! Kalian adalah saudara kami seagama, tetangga negeri, dan pembela menghadapi musuh. Apa yang menghalangi kalian untuk mencintaiku? Sesungguhnya bebanku dipikul oleh selain kalian. Mengapa aku melihat ulama kalian pergi sedangkan orang-orang yang bodoh di antara kalian tidak belajar? Aku melihat kalian menaruh perhatian pada hal-hal yang telah ditanggung bagi kalian, dan meninggalkan hal-hal yang diperintahkan kepada kalian? Ketahuilah, ada suatu golongan manusia yang membangun rumah yang kokoh, mengumpulkan banyak harta, dan berangan-angan jauh, sehingga bangunan mereka menjadi kuburan, angan-angan mereka menjadi tipuan, dan apa yang mereka kumpulkan akan lenyap tak berbekas. Karena itu, belajarlah dan ajarkan ilmu kalian, karena orang yang berilmu dan orang yang belajar itu sama pahalanya, dan tidak ada kebaikan pada manusia selain keduanya.”
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، ثَنَا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ نُمَيْرٍ، عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ دِيْنَارٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: “تَعَلَّمُوْا قَبْلَ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، إِنَّ رَفْعَ الْعِلْمِ ذَهَابُ الْعُلَمَاءِ، إِنَّ الْعَالِمَ وَ الْمُتَعَلِّمَ فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ، وَ إِنَّمَا النَّاسُ رَجُلَانِ: عَالِمٌ، وَ مُتَعَلِّمٌ، وَ لَا خَيْرَ فِيْمَا بَيْنَ ذلِكَ “
- ‘Alī bin Aḥmad bin Muḥammad menceritakan kepada kami, Isḥāq bin Ibrāhīm menceritakan kepada kami, Salm bin Junādah menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Numair menceritakan kepada kami, Ḥajjāj bin Dīnār, dari Mu‘āwiyah bin Qurrah, dari ayahnya, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Belajarlah kalian sebelum ilmu diangkat, sesungguhnya ilmu itu diangkat dengan wafatnya para ulama. Sesungguhnya orang yang berilmu dan orang yang belajar itu sama pahalanya. Manusia itu hanya terbagi dua, yaitu orang yang berilmu dan orang yang belajar. Tidak ada kebaikan pada selain keduanya.”
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْوَرْكَانِيُّ، ثَنَا شَرِيْكٌ، عَنْ مَنْصُوْرٍ، عَنْ أَبِيْ وَائِلٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: «إِنِّيْ لَآمُرُكُمْ بِالْأَمْرِ وَ مَا أَفْعَلُهُ، وَ لكِنِّيْ أَرْجُوْ أَنْ أُؤْجَرَ عَلَيْهِ»
- Aḥmad bin Ja‘far bin Ḥamdān menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Ja‘far al-Warkānī menceritakan kepada kami, Syarīk menceritakan kepada kami, dari Manshūr, dari Abū Wā’il, dari Abud-Dardā’, dia berkata: “Sesungguhnya aku memerintahkan suatu hal kepada kalian sedangkan aku tidak melakukannya, tetapi aku berharap diberi pahala atas perintahku itu.”
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ سُلَيْمَانَ الْهَرَوِيُّ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيْدٍ، ثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِيْ مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيْبٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: «لَا يَكُوْنُ تَقِيًّا حَتَّى يَكُوْنَ عَالِمًا، وَ لَنْ يَكُوْنَ بِالْعِلْمِ جَمِيْلًا حَتَّى يَكُوْنَ بِهِ عَامِلًا»
- Aḥmad bin Isḥāq menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Aḥmad bin Sulaimān al-Harawī menceritakan kepada kami, Aḥmad bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, Mu‘āwiyah bin Shāliḥ mengabariku, dari Dhamrah bin Ḥabīb, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Seseorang tidak disebut bertaqwa hingga dia berilmu. Akan tetapi, seseorang tidak akan menjadi indah dengan ilmu hingga dia mengamalkannya.”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا بِشْرُ بْنُ مُوْسَى، ثَنَا أَبُوْ عَبْدِ الرَّحْمنِ الْمُقْرِئُ، ثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيْرَةِ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ، قَالَ: كَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ يَقُوْلُ: “إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ إِذَا وُقِفْتُ عَلَى الْحِسَابِ أَنْ يُقَالَ لِيْ: قَدْ عَلِمْتَ، فَمَا عَمِلْتَ فِيْمَا عَلِمْتَ؟ “
- Muḥammad bin Aḥmad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Bisyr bin Mūsā menceritakan kepada kami, Abū ‘Abd-ir-Raḥmān al-Muqri’ menceritakan kepada kami, Sulaimān bin Mughīrah menceritakan kepada kami, dari Ḥumaid bin Hilāl, dia berkata: Abud-Dardā’ r.a. berkata: “Sesungguhnya hal yang paling kukhawatirkan ketika aku berdiri untuk dihisab adalah dikatakan kepadaku: “Kamu sudah tahu, lalu apa yang telah kaukerjakan dengan apa yang telah kau ketahui itu?”
حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثَنَا سُرَيْجُ بْنُ يُوْنُسَ، ثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ حَوْشَبٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ [ص: 214] اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: “أَخْوَفُ مَا أَخَافُ أَنْ يُقَالَ، لِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا عُوَيْمِرُ، أَعَلِمْتَ أَمْ جَهِلْتَ؟ فَإِنْ قُلْتُ: عَلِمْتُ، لَا تَبْقَى آيَةٌ آمِرَةٌ أَوْ زَاجِرَةٌ إِلَّا أُخِذْتُ بِفَرِيْضَتِهَا، الْآمِرَةُ هَلِ ائْتَمَرْتَ؟ وَ الزَّاجِرَةُ هَلِ ازْدَجَرْتُ؟ وَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَ نَفَسٍ لَا تَشْبَعُ، وَ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ “
- Abū Bakar bin Mālik menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, Suraij bin Yūnus menceritakan kepada kami, Walīd bin Muslim menceritakan kepada kami, dari ‘Alī bin Ḥausyab, dari ayahnya, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Hal yang paling kutakuti adalah aku ditanya pada Hari Kiamat: “Wahai Umaimir! Apakah kamu tahu atau tidak tahu?” Apabila aku menjawab tahu, maka tidak ada satu ayat pun yang memuat perintah atau larangan melainkan aku akan diberi balasan atas kewajibannya; apakah aku sudah menjalankan perintah dalam ayat yang memuat perintah, dan apakah aku sudah menjauhi larang dalam ayat yang memuat larangan? Aku berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari nafsu yang tidak terpuaskan, dan dari doa yang tidak didengar.”
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ، ثَنَا الْفَرَجُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنْ لُقْمَانَ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: “إِنَّمَا أَخْشَى عَلَى نَفْسِيْ أَنْ يُقَالَ لِيْ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلَائِقِ: يَا عُوَيْمِرُ، هَلْ عَلِمْتَ؟ فَأَقُوْلُ: نَعَمْ، فَيُقَالُ: مَاذَا عَمِلْتَ فِيْمَا عَلِمْتَ؟ “
- Ibrāhīm bin ‘Abdillāh menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Isḥāq menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, Faraj bin Fadhālah menceritakan kepada kami, dari Luqmān bin ‘Āmir, dari Abud-Dardā’ r.a., dia berkata: “Sesungguhnya aku mengkhawatirkan diriku jika aku ditanya di hadapan para makhluk: “Wahai ‘Umaimir! Apakah kamu tahu?” lalu aku menjawab: “Ya.” Sesudah itu aku ditanya: “Apa yang telah kau amalkan dari apa yang telah kau ketahui itu?”