Telah kita jelaskan dalam buku ini secara ringkas ‘aqīdah dan pemikiran madzhab Ahl-ul-Bait a.s. dan Syī‘ah berkaitan dengan asas-asas Islam (ushūl-ud-dīn) beserta cabang-cabangnya (furū’-ud-dīn) tanpa adanya perubahan sedikitpun. Sebagaimana juga, telah kita sebutkan secara ringkas berbagai sandaran yang dapat dipertanggungjawabkan, baik dari ayat-ayat al-Qur’ān, hadits-hadits, maupun karya-karya pemuka ulama Islam. Meskipun, tidak terdapat kesempatan yang luas untuk menyebutkan semua sandaran, dikarenakan tujuan kita dalam karya ini tiada lain adalah pembahasan secara ringkas.
Pada kesempatan terakhir ini, kita hendak menyampaikan secara ringkas beberapa poin berikut:
Kita meyakini, pembahasan ini merupakan sandaran yang baik dan ringkas dalam upaya menjelaskan akidah dan keyakinan secara jelas dan teliti. Oleh karena itu, hendaknya segenap kelompok Islam bahkan non-muslim sekalipun mempelajari karya tersebut guna mengetahui keyakinan yang dimiliki masa kini secara langsung, tanpa melalui perantara. Dalam proses penulisannya, dibutuhkan kesungguhan yang mendalam.
Kita berkeyakinan, karya ini akan mampu menjadi argumentasi penyempurna (mutammim ḥujjah) bagi siapapun yang menyalahkan akidah kita dengan dasar kebodohan. Ataupun, bagi siapa saja yang mencari informasi dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, atau dari sandaran-sandaran yang tidak memenuhi standar ilmiah.
Kita meyakini, dengan melihat kembali kepada akidah dan keyakinan ini, bahwa akan menjadi jelas sisi-sisi perbedaan antara pengikut madzhab Syī‘ah dengan madzhab-madzhab yang lainnya, tetapi bukan lantas menjadi faktor penyebab terhentinya sikap saling tolong-menolong dan hidup damai di antara mereka. Hal itu dikarenakan adanya sisi-sisi kesamaan antara segenap madzhab yang ada dalam Islam. Sebab, madzhab-madzhab Islam secara keseluruhan sekarang ini sedang menghadapi ancaman musuh yang satu.
Kita meyakini, terdapat tangan-tangan jahil yang ingin memperuncing pertikaian diantara madzhab-madzhab Islam dan yang ingin menyulut api permusuhan dan fitnah di antara kaum muslimin. Mereka ingin meletakkan Islam yang pada zaman sekarang ini telah menyebar ke segala penjuru dunia dan berusaha melemahkan dan menghentikan penyebaran Islam ini ke segenap penjuru dunia. Karena mereka tahu, kekosongan yang terjadi akibat kehancuran komunisme dan segala kendala yang tiap hari kian bertambah, di mana sistem materialisme kaum kapitalis tidak dapat menyelesaikan kendala tersebut; hanya Islam mampu menanggulangi kekosongan yang ada. Kaum muslimin tidak boleh memberikan kesempatan kepada para pihak yang memusuhinya, agar mereka tidak dapat mencapai target yang akan diraihnya. Sehingga, kesempatan emas untuk mengenal Islam bagi seluruh penjuru dunia tidak akan hilang.
Kita berkeyakinan, jika para ulama Islam dari berbagai madzhab yang ada duduk bersama dan dalam kondisi yang bersih dan dipenuhi lapangan jiwa, jauh dari sikap fanatisme dan sikap keras kepala, kemudian membahas bersama hal-hal yang terjadi perdebatan, maka hal itu akan mempertipis jarak perbedaan yang terjadi. Kita tidak beranggapan bahwa semua perbedaan akan dapat terhapuskan, namun kita katakan bahwa jarak perbedaan yang ada tentu akan berkurang. Sebagaimana, pada akhir-akhir ini, di negeri Iran, beberapa kelompok ulama Syī‘ah dan Ahl-us-Sunnah di kota Zahidan berkumpul dan beberapa kali pertemuan untuk menyelesaikan beberapa perbedaan yang ada. Tentu saja, dikarenakan tidak adanya kesempatan yang luas, maka kita tidak dapat sebutkan masalah-masalah tersebut dalam karya ringkas ini.
Akhir kata, marilah kita angkat tangan kita untuk membaca doa sambil memohon:
“Ya Tuhan kami, beri ampun lah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Mahasayang.” (al-Ḥasyr: 10)
Dari sebagian ayat dapat dipahami bahwa kursi Allah SWT melingkupi langit dan bumi. Karena itu, ‘Arsy-Nya melingkupi alam materi, sebagaimana telah dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat ke-255.
Ungkapan ini sangat terkenal, yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, tetapi Imām ‘Alī a.s. dalam Nahj-ul-Balāghah khutbah ke-18 mengungkapkannya dalam bentuk lain:
“Sesungguhnya ayat-ayat al-Qur’ān antara satu dengan yang lain saling membenarkan.”
Atau, dengan ungkapan lain dalam Nahj-ul-Balāghah khutbah ke-103:
“Ayat-ayat al-Qur’ān antara satu dengan yang lain saling membenarkan dan saling memberikan kesaksian.”