Dia adalah perawi hadits sekaligus pejuang yang mulia, cerdas, ahli agama, dan pandai berkhutbah (ceramah), sehingga is dijuluki “Khathībat-un-Nisā’” “Orator Para wanita”. Dia sering menjadi utusan para perempuan untuk menghadap Rasūlullāh s.a.w.. Dia adalah anak paman (sepupu) Mu‘ādz bin Jabal yang biasa dipanggil “Ummu Salamah” al-Anshāriyyah.
Suatu hari, Asmā’ mendatangi Rasūlullāh s.a.w. dan ketika itu beliau sedang bersama para sahabat. Ia berkata: “Wahai Rasūlullāh, saya adalah utusan para perempuan untuk menghadapmu. Sesungguhnya Allah s.w.t. telah mengutusmu kepada para laki-laki dan perempuan seluruhnya, maka kami pun beriman padamu dan Tuhanmu. Akan tetapi kami, para wanita, terkungkung dan terbatas. Penjaga rumah kalian (kaum lelaki), menjadi tempat penumpahan syahwat kalian, dan mengandungi anak-anak kalian. Sementara kalian, wahai para laki-laki, mendapat keutamaan daripada kami – para wanita – dalam hal shalat Juma‘at dan perkumpulan-perkumpulan, menjenguk orang yang sedang sakit, menyaksikan jenazah, haji berulang-ulang, dan yang lebih dari itu semua, berjuang di jalan Allah s.w.t.. Apabila seseorang dari kalian keluar untuk melaksanakan haji atau berjihad, maka kamilah (para wanita) yang akan menjaga harta kalian, mempersiapkan pakaian-pakaian kalian, serta mendidik anak-anak kalian. Apakah kami tidak bisa juga mendapatkan pahala seperti yang kalian dapatkan?”
Rasūlullāh s.a.w. kemudian menolehkan muka beliau kepada para sahabat lalu berkata: “Apakah kalian pernah mendengar perkataan seorang wanita yang mempersoalkan agamanya yang lebih baik dari ini?” Mereka menjawab: “Wahai Rasūlullāh, kami tidak mengira bahwa ada seorang wanita yang mampu sampai kepada hal seperti ini!” Rasūlullāh lalu menoleh pada perempuan itu dan bersabda: “Pahamilah dan kabarkanlah kepada para wanita di belakangmu bahwa seorang wanita jika menjadi istri yang baik bagi suaminya (mengerjakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang istri), selalu meminta ridhanya dan mengikuti apa yang diinginkan suaminya, maka ia telah mengimbangi semua pahala (yang anda sebutkan tadi).” Asmā’ pun pergi sambil bertahlil.
Dalam periwayatan hadits, Asmā’ telah meriwayatkan 81 hadits dari Nabi Muḥammad s.a.w.. Adapun beberapa perawi hadits yang meriwayatkan dari Asmā’ antara lain: Abū Dāūd, at-Tirmidzī, an-Nasā’ī, Ibnu Mājah, Muhājir Ibnu Abī Muslim, dan Syahr bin Ḥausyab.
Dalam kancah peperangan, Asmā’ binti Yazīd juga telah ikut serta dalam Perang Yarmūk. Dia berhasil membunuh sembilan orang Romawi dengan menggunakan tiang tenda dan sempat menyaksikan hari penaklukan kota Makkah.