Hati Senang

5-3 Hindun Binti ‘Utbah – Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW

Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah s.a.w.
(Judul Asli: Nisā’u Ḥaul-ar-Rasūl s.a.w.; al-Qudwat-ul-Ḥasanati wal-Uswat-uth-Thayyibah li Nisā’-il-Usrat-il-Muslimah).
Oleh: Muhammad Ibrahim Salim.

Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, Zahrul Fata
Penerbit: GEMA INSANI PRESS

3. HINDUN BINTI ‘UTBAH

“Di masa jahiliah ia adalah orang yang sangat berbahaya. Namun pada masa Islamnya, ia menjadi orang yang sangat baik.” Demikian putranya, Mu‘āwiyah bin Abū Sufyān menceritakan tentang ibunya.

Dia adalah putri seorang peminpin di kabilahnya, ‘Utbah bin Rabī‘ah. Suaminya, Abū Sufyān bin Ḥarb adalah salah seorang pemuka di kabilah Quraisy. Putranya, Mu‘āwiyah bin Abī Sufyān adalah seorang pemimpin Bani Umayyah. Begitu juga ibunya, Shafiyyah binti Umayyah bin Ḥāritsah termasuk wanita terhormat di kaumnya. Oleh karena itu, Imām Ibnu Abd-il-Barr mengatakan bahwa “Dia (Hindun) adalah wanita yang terkemuka”.

Sebagaimana ‘Umar r.a. yang selalu bersikap keras terhadap muslimin sebelum masuk Islam, Hindun juga sama halnya, sehingga ia mendapat sebutan “Ākilat-ul-Kibdah” “Pemakan Hati”. Sebelum Islam (pada masa jahiliah), karakter Hindun yang keras telah mencoreng namanya. Namun setelah masuk Islam, justru karakternya yang keras itu menambah kemuliaan dirinya.

Banyak lembaran hitam telah memenuhi masa lalu Hindun, saat-saat ia membalas dendam atas kematian kakaknya, Syaibah dan ayahnya, ‘Utbah. Yaitu ketika dia menyuruh budaknya, Wahsyī untuk membunuh Sayyid-usy-Syuhadā’ Ḥamzah. Setelah Ḥamzah terbunuh, Hindun memperlakukan mayat Ḥamzah di luar batas kemanusiaan. Namun kendati demikian, kasih-sayang Tuhan telah merambah segalanya.

Hindun masih tetap dalam kekafirannya sampai tiba saat penaklukan kota Makkah (Fatḥu Makkah). Pada saat suaminya telah masuk Islam, Hindun mulai berpikir kembali tentang apa yang harus ia perbuat. Pada saat dia dicekam ketakutan dan penyesalan akan perbuatannya di masa lalu, dia melihat sekolompok orang mukmin yang sedang shalat berjamaah di sekitar Ka‘bah. Pemandangan itu pun akhirnya meluluhkan hatinya. Seketika itu juga dia berkata: “Sesungguhnya saya ingin membaiat Muḥammad.” Maka dikatakan kepadanya: “Sebaiknya anda pergi dengan seorang laki-laki dan kaum anda (untuk menghadap Muḥammad s.a.w.).”

Dalam riwayat Imām ath-Thabarī disebutkan bahwa Hindun mendatangi Rasūlullāh s.a.w. dalam keadaan bercadar lantaran takut dituntut akan apa yang telah dilakukannya terhadap Ḥamzah. Mulailah Rasūlullāh membaiat para wanita – di mana Hindun berada di antara mereka. Ketika Rasūlullāh berkata: “Berjanjilah kamu sekalian untuk tidak menyekutukan Tuhan dan tidak mencuri,” Hindun tidak bisa menahan dirinya seraya berkata: “Sesungguhnya saya sering mencuri harta Abū Sufyān…” Hindun merasa bahwa suaminya, Abū Sufyān adalah orang yang pelit sehingga dia sering mencuri harta suaminya tatkala ia butuh. Pada saat itulah Rasūlullāh bisa mengenalinya dan beliau berkata: “Kamu adalah Hindun binti ‘Utbah?” Hindun menjawab: “Saya adalah Hindun binti ‘Utbah, mohon saya diampuni atas apa yang telah saya lakukan pada masa lalu, semoga Allah mengampunimu.”

Rasūlullāh s.a.w. kemudian melanjutkan pembaiatan dan berkata: “Dan janganlah kalian berbuat zina.” Hindun langsung berkomentar: “Mana ada wanita yang bebas (bukan budak) berzina?” Rasūlullāh melanjutkan (pembaiatan), “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian.” Hindun menyahut: “Kami telah merawat mereka sejak kecil, sementara kalian membunuh mereka pada Perang Badar saat mereka dewasa. Namun tentunya, engkau dan mereka lebih tahu.” Mendengar komentar tersebut, ‘Umar ibn-ul-Khaththāb r.a. – yang berada di situ – tertawa terbahak-bahak. Rasūlullāh s.a.w. melanjutkan lagi: “Dan janganlah kalian berbuat dusta yang diada-adakan antara kedua tangan dan kaki kalian!” “Demi Allah, sesungguhnya berbuat dosa besar adalah pekerjaan yang jelek!” jawab Hindun. Lalu Rasūlullāh s.a.w. melanjutkan: “Dan janganlah kalian mendurhakaiku dalam urusan yang baik.” Hindun menjawab” “Kami tidak mungkin menghadiri majelis ini, kemudian kami mendurhakaimu dalam urusan yang baik!” Sejak saat itu, Hindun mulai sering berdialog, bertanya tentang segala sesuatu yang menyangkut agamanya. Kebiasaan itulah yang turut membentuk kepribadiannya menjadi sosok wanita yang tegas dalam menegakkan kebenaran. Hal ini terbukti dengan amal nyata sepulangnya dari pembaiatan. Yakni, ketika ia melihat sebuah patung di pojokan rumahnya yang selama ini tidak begitu diindahkannya. Segera ia hampiri patung itu lalu dihancurkannya berkeping-keping dengan penuh kemarahan, mirip orang yang sedang membalas dendam. Ia berkata kepada patung itu: “Dulu kita ditipu olehmu! Dulu kita ditipu olehmu!!” Islam telah mengajarkannya bahwa kembali pada kebenaran adalah suatu kemuliaan dan sesungguhnya tidak ada sesuatu setelah kebenaran kecuali kesesatan. Merenungi tentang apa yang telah diperbuat oleh dirinya sebelum masuk Islam, Hindun menjadi semakin bersemangat untuk ikut berjihad bersama para tentara muslim. Ditemani oleh suaminya, Abū Sufyān, dia turut bergabung dalam Perang Yarmuk. Dia juga mengajak kaumnya, para muslimah untuk ikut serta melawan serangan orang-orang Romawi dengan menggunakan tiang-tiang tenda sebagai senjata. Demikianlah sosok kepribadian Hindun yang kebenciannya kepada Islam – pada masa jahiliah berbalik drastis menjadi cinta yang dibuktikan dengan pengorbanan yang mahal. Setelah masuk Islam dia berkata: “Demi Allah, tidak ada ahli kemah (kabilah) di atas muka bumi ini yang saya harapkan kehancurannya kecuali hanya ahli kemahmu (kaummu). Namun sekarang, tidak ada ahli kemah di atas muka bumi ini yang saya harapkan kemuliaannya kecuali hanya ahli kemahmu.”

Pada tahun keempat setelah penaklukan kota Makkah, Hindun kembali menghadap Yang Maha Kuasa. Semoga Allah s.w.t. mencurahkan rahmat-Nya kepadanya dan mengampuni segala dosanya.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.