5-1 Umayyah Binti Raqiqah – Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW

Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah s.a.w.
(Judul Asli: Nisā’u Ḥaul-ar-Rasūl s.a.w.; al-Qudwat-ul-Ḥasanati wal-Uswat-uth-Thayyibah li Nisā’-il-Usrat-il-Muslimah).
Oleh: Muhammad Ibrahim Salim.

Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, Zahrul Fata
Penerbit: GEMA INSANI PRESS

Rangkaian Pos: 005 Wanita Muslimah Teladan Sebagai Pembaiat dan Utusan | Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW

Wanita Muslimah Teladan
Sebagai Pembaiat dan Utusan

Wanita Pembaiat

Di kalangan para sahabat, terdapat beberapa wanita
yang berbaiat (berjanji setia) di hadapan Rasūlullāh
s.a.w. untuk taat dan setia kepada beliau, serta
untuk selalu dalam keimanan. Di samping
membaiat para sahabat laki-laki, Rasūlullāh s.a.w. juga
membaiat para sahabat wanita, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan dari ‘Ā’isyah r.a. yang berkata:
“Rasūlullāh s.a.w. membaiat para wanita
Sebagaimana yang dikisahkan dalam
Surah al-Mumtaḥanah ayat 12.

 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَّا يُشْرِكْنَ بِاللهِ شَيْئًا وَ لَا يَسْرِقْنَ وَ لَا يَزْنِيْنَ وَ لَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَ لَا يَأْتِيْنَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِيْنَهُ بَيْنَ أَيْدِيْهِنَّ وَ أَرْجُلِهِنَّ وَ لَا يَعْصِيْنَكَ فِيْ مَعْرُوْفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَ اسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka (pengakuan palsu) dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(al-Mumtaḥanah: 12)

 

Rasūlullāh s.a.w. tidak pernah menyentuh tangan wanita asing. Oleh karena itu, setelah membaiat mereka, beliau bersabda: “Bubarlah, saya telah membaiat kalian.” Dan Demi Allah, tangan beliau tidak pernah menyentuh tangan perempuan sama sekali, beliau hanya membaiat mereka (para wanita) dengan ucapan.” (HR Bukhārī, Muslim, dan Tirmidzī)

Berikut paparan selengkapnya tentang janji setia para wanita muslimah di hadapan Rasūlullāh s.a.w. dan beberapa komponen (rukun) janji setia mereka setia beberapa ayat yang turun mengenai janji setia tersebut. Dengan harapan, para wanita muslimah sekarang terus-menerus menata hatinya untuk selalu memperbarui keimanannya baik secara perkataan maupun perbuatan.

Ujian Penerimaan bagi Para Wanita yang Hijrah dan Para Wanita Pembaiat

Allah s.w.t. berfirman:

Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka (pengakuan palsu) dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(al-Mumtaḥanah: 12)

Ayat di atas menerangkan beberapa syarat baiat (janji setia) untuk menguji sejauh mana ketaatan dan keimanan para sahabat kepada Allah dan Rasūl-Nya. Syarat-syarat baiat tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah s.w.t..
  2. Tidak mencuri.
  3. Tidak berzina.
  4. Tidak membunuh anaknya (terutama anak perempuannya).
  5. Tidak berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka. Yakni, mengadakan pengakuan-pengakuan palsu mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan seperti tuduhan zina, tuduhan bahwa anak si fulan bukan anak suaminya, dan sebagainya.
  6. Tidak mendurhakai Rasūlullāh s.a.w. dalam urusan yang baik. Yakni, segala sesuatu yang bersangkutan dengan ketaatan kepada Allah s.w.t. dan kebaikan kepada manusia serta segala sesuatu yang dilarang oleh syariat.

Muqātil bin Ḥibbān dan Muqātil bin Sulaimān menafsirkan kata “al-ma‘rūf” “urusan yang baik” di atas adalah larangan menjerit, menyobek baju, memukuli muka, dan doa celaka (saat ditimpa musibah kematian). Adapun saya (penulis) lebih setuju bahwa tafsir dari kata “al-ma‘rūf” lebih umum dari apa yang dikatakan dua Muqātil.

Sebagaimana riwayat di atas bahwasanya Rasūlullāh s.a.w. tidak menyentuh tangan wanita-wanita yang berbaiat setelah dibaiat. Hadits yang diriwayatkan oleh Imām Aḥmad dan Tirmidzī yang juga shaḥīḥ menurut an-Nasā’ī dan Ibnu Mājah dari Umayyah binti Ruqayyah juga menguatkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. tidak menyentuh tangan para wanita yang dibaiatnya. Umayyah berkata: “Saya termasuk salah seorang yang datang ke Rasūlullāh s.a.w. bersama wanita yang lain untuk berbaiat di hadapan beliau. Setelah membaiat kami, saya bertanya kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Wahai Rasūlullāh, apakah anda tidak berjabat tangan dengan kami?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita. Perkataan saya untuk seratus wanita seperti perkataan saya untuk satu wanita.

Adapun jumlah wanita yang dibaiat oleh Rasūlullāh s.a.w. adalah sebanyak 457 wanita, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibn-ul-Jauzī. Sedangkan, jumlah kaum muslimin yang dibaiat oleh Rasūlullāh s.a.w. pada saat Haji Wada‘ – baik dari kaum laki-laki maupun perempuan – sebanyak 124.000 orang.

Sebagaimana pembaiatan terhadap kaum wanita, Rasūlullāh s.a.w. juga membaiat kaum laki-laki di mana bentuk baiat tersebut bermacam-macam; janji perang, janji untuk tidak banyak bertanya, janji menerima Islam (secara keseluruhan), dan janji untuk tidak melarikan diri dari medan perang.

Berikut beberapa wanita pembaiat.

1. UMAYYAH BINTI RAQĪQAH

Umayyah binti Raqīqah meriwayatkan: (151)

“Saya mendatangi Rasūlullāh s.a.w. bersama beberapa wanita Anshār dan berkata: “Kami membaiatmu, wahai Rasūlullāh, untuk tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak berbuat dusta yang kami ada-adakan antara tangan dan kaki kami, tidak mendurhakaimu dalam urusan yang baik.”

Semampu dan sebisa kalian (semoga kalian mampu, penj)!” jawab beliau.

Kami lalu berkata:

“Allah dan Rasūl-Nya lebih menyayangi diri kita daripada kita sendiri. Mari kami baiat (menjabat tangan – dalam riwayat Sufyān) wahai Rasūl.” Beliau bersabda:

Aku tidak menjabat tangan seorang perempuan. Perkataanku kepada semua perempuan sama derajatnya dengan perkataanku kepada satu perempuan.” (HR Mālik, at-Tirmidzī, dan an-Nasā’ī)

Demikianlah sosok Umayyah binti Raqīqah yang senantiasa mengingatkan setiap muslimah pada butir-butir pembaiatan yang sepatutnya diaplikasikan – bukan oleh kaum muslimah saja – oleh setiap orang yang telah memilih Islam sebagai agamanya, semampu dan sebisanya. Keenam butir baiat di atas pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip dasar Islam yang mencakup segala aspek kehidupan.

Asy-Syaikhain dan Abū Dāūd meriwayatkan hadits dari ‘Ā’isyah r.a. yang berkata:

Rasūlullāh tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita pun melainkan hanya menepiskan tangan wanita tersebut. Bila beliau menepiskan tangan seorang wanita (yang mengajak bersalaman), namun wanita tersebut masih mengulurkan tangannya, beliau berkata, Pergilah, aku telah membaiatmu.’

Catatan:

  1. 15). Ibnu Ḥajar menuturkan dalam al-Ishābah bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Mālik dari Ibn-ul-Munkadir dan Ibnu Ḥibbān juga men-shaḥīḥ-kan hadits tersebut serta meriwayatkannya dari Ibn-ul-Munkadir.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *