Zuhud Adalah Faktor Terbesar Dalam Menumbuhkan ‘Amal – Syarah al-Hikam – asy-Syarqawi

Al-Ḥikam
Kitab Tasawuf Sepanjang Masa
Judul Asli: Syarḥ-ul-Ḥikami Ibni ‘Athā’illāh-il-Iskandarī

Pensyarah: Syaikh ‘Abdullāh asy-Syarqawī
Penerjemah: Iman Firdaus, Lc.
Diterbitkan oleh: Turos Pustaka

Zuhud Adalah Faktor Terbesar Dalam Menumbuhkan ‘Amal

 

47. مَا قَلَّ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ زَاهِدٍ وَ لَا كَثُرَ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ رَاغِبٍ

‘Amal sedikit dari hati yang zāhid tidak bisa dikatakan sedikit. ‘Amal banyak dari hati yang tamak tidak bisa dikatakan banyak.

– Ibnu ‘Athā’illāh al-Iskandarī –

 

Seorang zāhid adalah orang yang tidak bergantung pada dunia. ‘Amalnya, walaupun secara kasatmata tampak sedikit, secara maknawi amatlah banyak karena terbebas dari cacat dan kekurangan yang membuat ‘amal itu tidak diterima, seperti berniat riyā’, pura-pura di hadapan manusia, mengharap keuntungan duniawi, atau tanpa kehadiran hati di hadapan Tuhan.

Sementara itu, ‘amal yang bersumber dari hati yang tamak terhadap dunia, walaupun secara kasatmata ‘amal itu terlihat banyak, secara maknawi ‘amal itu dianggap sedikit karena tidak terbebas dari hal-hal yang mengotori dan mengurangi nilainya.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas‘ūd: “Dua rakaat (shalat sunnah) dari seorang zāhid yang ‘ālim lebih baik daripada ibadah para ‘ābid dan mujtahid sepanjang hidup mereka.”

 

48. حُسْنُ الْأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنِ الْأَحْوَالِ وَ حُسْنُ الْأَحْوَالِ مِنَ التَّحَقُّقِ فِيْ مَقَامَاتِ الْإِنْزَالِ

Sebaik-baik ‘amal adalah ‘amal yang dihasilkan dari sebaik-baik aḥwāl (keadaan batin) dan sebaik-baik aḥwāl adalah aḥwāl yang dihasilkan dari kemapanan maqām-maqām yang diraih.

– Ibnu ‘Athā’illāh al-Iskandarī –

 

‘Amal terbaik adalah ‘amal yang yang terbebas dari faktor-faktor yang membuat sebuah ‘amal tidak diterima, seperti riyā’ dan mengharap keuntungan duniawi. ‘Amal yang lebih baik lagi adalah ‘amal yang dikerjakan dengan hati yang senantiasa hadir di hadapan Allah dan tidak peduli dengan bisikan-bisikan setan.

Aḥwāl (keadaan batin) terbaik adalah aḥwāl yang tergambar dalam bentuk sikap zuhud terhadap dunia dan ikhlas kepada Allah. Misalnya, dengan meniatkan ‘amal untuk ‘ubūdiyah kepada-Nya semata, bukan untuk mencari pahala. Aḥwāl ini didapat dari kemapanan maqām-maqām yang diturunkan ke dalam hati yang bentuknya berupa makrifat ilahiah yang menyebabkan seseorang mengabaikan segala keinginan, baik itu keinginan masuk surga maupun keinginan selamat dari neraka.

Jika seorang murīd berhasil meraih itu, ia akan merasa melihat Tuhannya dengan hatinya. Dengan begitu, dalam ‘amalnya, ia tidak berharap selain Allah. Buahnya, ‘amalnya akan terbebas dari segala faktor yang membuat ‘amal tidak diterima. Hikmah ini merupakan dalil dan penegas hikmah sebelumnya.

Karena sifat-sifat terpuji, biasanya, tidak tumbuh kecuali dari banyak zikir, Ibnu ‘Athā’illāh menyampaikan demikian.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *