Setiap orang yang hidup di masa al-Fāri‘ah, akan mengatakan bahwa dia adalah sosok wanita yang berwibawa, lembut, bijak, dan cantik. Saudaranya Umayyah mempunyai kedudukan dan pengaruh yang besar di kalangan kaum jahiliah karena kelihaiannya dalam bersyair.
Setelah penaklukan kota Thā’if, al-Fāri‘ah datang menghadap Rasūlullāh s.a.w. (untuk masuk Islam). “Apakah anda hafal sebagian syair saudara anda?,” tanya Rasūlullāh s.a.w. kepada al-Fāri‘ah (131). Lalu al-Fāri‘ah melantunkan beberapa bait syair saudaranya di hadapan Rasūlullāh s.a.w.. Setelah mendengar syairnya, Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Perumpamaan saudaramu bagaikan orang yang diberi ayat-ayat Allah kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaithan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.”
Dalam Ishābah, Rasūlullāh saw. bersabda (tentang syair Umayyah bin Abish-Shalt): “Syairnya (Umayyah) telah beriman, namun hatinya tidak (beriman).” Kemudian turunlah ayat 175 surah al-A‘rāf:
وَ اتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِيْ آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِيْنَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitāb), kemudian dia melepaskan diri dan ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (al-A‘rāf: 175)
Kemusyrikan saudaranya (Umayyah), tidak menghalangi al-Fāri‘ah untuk datang menghadap Rasūlullāh s.a.w. guna mengikrarkan keislamannya. Demikianlah hendaknya sosok wanita muslimah berprinsip dan berbuat, khususnya dalam urusan-urusan prinsipil karena seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.