4-1 Kiamat Dan Kehidupan Setelah Kematian – ‘Aqa’iduna – Syaikh Makarim Syirazi

Inikah Keyakinan Kita?
Oleh: Nasir Makarim Syirazi
(Judul Asli: ‘Aqū’idunā)

Penerjemah: Toha al-Musawa
Penerbit: Penerbit al-Mu‘ammal

Diketik oleh: Zaidah Melani

Rangkaian Pos: 004 Kiamat Dan Kehidupan Setelah Kematian | 'Aqa'iduna - Syaikh Makarim Syirazi

BAB 1V

KIAMAT DAN KEHIDUPAN

SETELAH KEMATIAN

 

Peniadaan arti kehidupan tanpa adanya kebangkitan

Kita meyakini bahwa manusia, segera setelah kematiannya, akan dibangkitkan kembali. Mereka akan mengalami penghitungan semua amal yang telah dilakukan di dunia. Bagi pribadi yang baik dan sholeh, maka dia akan masuk surga yang kekal dan abadi. Sementara, orang yang termasuk dalam kategori pendosa akan dimasukkan ke neraka. Dalam al-Qur’ān Allah SWT berfirman:

Allah, tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat yang tidak akan ada keraguan terjadinya. (an-Nisā’:87)

Berkenaan dengan hal ini, dalam sebuah ayat lain Allah SWT berfirman:

Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut akan Kebesaran Tuhannya, yang melawan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. ( al-Nāzi‘āt: 37-41)

Kita percaya bahwa alam dunia ini hanyalah jembatan yang harus dilalui manusia untuk menuju alam yang kekal. Dengan kata lain, Dunia ibarat Universitas, pasar, tempat berniaga, ladang, atau tempat lainnya. Berkenaan dengan dunia, Imām ‘Alī a.s. berkata:

Sesungguhnya dunia adalah tempat keutamaan bagi siapa saja yang membenarkannya dan tempat kekayaan bagi siapa saja yang mencari bekal darinya, tempat nasehat bagi para pencarinya, masjid bagi para pecinta Allah SWT, mushalla bagi para malaikat Allah SWT, tempat turunnya wahyu, dan tempat berniaga para kekasih (wali) Allah SWT.”

 

Argumentasi Keberadaan Hari Kebangkitan

Kita meyakini, argumen-argumen tentang kebangkitan sangatlah jelas sekali, karena, pertama, kehidupan dunia menunjukkan bahwa ia tidak dapat dijadikan sebagai tujuan akhir penciptaan. Untuk beberapa hari saja, seseorang datang dan hidup di antara semua masalah dan kesulitan, lalu hilang begitu saja menuju alam ketiadaan. Dalam al-Qur’ān Allah SWT berfirman:

Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? (al-Mu’minūn: 115)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa jika kehidupan akhirat tidak ada, maka kehidupan dunia ini akan sia-sia.

Kedua, keadilan Ilahi menurut adanya pemisahan antara orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat, sehingga kedua-duanya dapat diberikan balasan. Adakalanya, dalam kehidupan di dunia ini, mereka (yang baik dan jahat) berada dalam posisi dan kedudukan yang sama, namun kadangkala orang-orang jahat lebih terdepan daripada orang-orang baik. Sebagaimana, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’ān:

Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (al-Jātsiyah:21)

Ketiga, rahmat Tuhan yang tak terbatas menyebabkan pancaran dan nikmatnya tidak akan pernah terputus dengan kematian manusia, bahkan sesuai dengan potensinya, manusia tetap akan bergerak menuju kesempurnaan, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’ān:

Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dan sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. (al-An‘ām: 12)

Dalam menjawab orang-orang yang meragukan masalah kebangkitan, al-Qur’ān berkata: “Bagaimana mungkin engkau sekalian meragukan kemampuan Allah SWT dalam menghidupkan orang-orang yang telah mati, padahal yang menciptakan kamu pada awalnya adalah Dia? Dialah yang telah menciptakanmu dari tanah dan Dia pulalah yang akan menghidupkanmu kembali.” Dalam al-Qur’ān, Allah SWT berfirman:

Maka apakah Kami letih dengan penciptaan pertama? Sesungguhnya mereka dalam keadaan ragu-ragu dalam penciptaan yang baru. (Qāf: 15)

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, sementara dia lupa pada kejadiannya; dia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Dia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pada kali yang pertama. Dan Dia Mahatahu tentang segala makhluk. (Yāsīn: 78-79)

Selain daripada itu, apakah penciptaan manusia lebih agung dibandingkan dengan penciptaan langit dan bumi? Tuhan yang mampu menciptakan alam yang sangat luas ini dengan segala keajaibannya, pastilah juga yang dapat menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-Qur’ān berikut ini:

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang yang mati? Ya, sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Aḥqāf: 33)

 

Kebangkitan Jasadi Manusia

Kita meyakini bahwa bukan roh manusia saja yang akan dikembalikan di alam tersebut, bahkan kedua-duanya, yakni ruh dan jasad, akan dikembalikan dan memulai kehidupan baru. Dan dikarenakan seluruh amal perbuatan yang dilakukan di alam dunia ini dilakukan oleh badan dan ruh, maka balasan dan siksaan pun akan menimpa keduanya.

Kebanyakan ayat al-Qur’ān menerangkan tentang kebangkitan (ma‘ād) jasmani. Sewaktu berhadapan dengan orang yang mengingkari kebangkitan jasmani, yang berkata:

Bagaimana mungkin tulang-belulang yang telah hancur lebur ini akan kembali dihidupkan?

Al-Qur’ān menjelaskan:

Katakanlah, “Dia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pada kali yang pertama.(Yāsīn: 79)

Berkenaan dengan hal ini, dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulang? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna. (al-Qiyāmah: 34)

Ayat-ayat di atas mengisyaratkan dengan jelas tentang kebangkitan (ma’ad) jasmani, Adapun ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua umat manusia akan dibangkitkan dari kubur, sebagaimana tercantum dalam surat Yāsīn ayat ke-51 dan ke-52, surat al-Ma‘ārij ayat ke-43, surat al-Qamar ayat ke-7, semua ini juga dengan jelas menerangkan tentang kebangkitan jasmani. Sebenarnya, ayat-ayat al-Qur’ān banyak menjelaskan tentang kebangkitan jasmani dan rohani.

 

Alam Pasca Kematian

Kita meyakini bahwa alam setelah kematian, yaitu kiamat, surga, dan neraka lebih agung dan lebih tinggi dari apa yang kita bayangkan di alam dunia yang terbatas ini. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Qur’ān:

Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam kenikmatan) yang menyedapkan pandangan mata. (as-Sajdah: 17)

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Nabi Muḥammad Saw telah disebutkan,

“Sesungguhnya Allah SWT berfirman: ‘Sesungguhnya aku telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak (dan) hati manusia.”

Sebenarnya, di alam ini kita seperti seorang janin dalam kandungan ibunya. Kalaupun janin itu memiliki akal dan pemahaman, namun dia tidak akan dapat memahami sesuatu dan hakikat yang ada di luar rahim, seperti matahari dan bulan yang bersinar, angin yang berhembusan, pandangan, bunga-bunga, dan gemuruh ombak di laut. Oleh karena itu, perumpamaan di alam ini berkaitan dengan kiamat; bagaikan alam janin dibandingkan dengan alam dunia ini. Cobalah Anda perhatikan hal ini!

 

Kebangkitan dan Perilaku Manusia

Kita meyakini bahwa pada hari kiamat manusia akan mendapatkan lembaran yang menerangkan tentang seluruh amal perbuatannya. Orang-orang yang baik akan mendapatkan lembaran amal perbuatan melalui tangan kanan mereka. Namun orang-orang yang jahat akan memperoleh lembar amal perbuatan melalui tangan kiri mereka. Orang-orang mukmin akan gembira ketika menyelesaikan lembaran amal perbuatan mereka itu. Sebaliknya, orang-orang yang jahat akan sangat khawatir dan merasa sedih ketika menyaksikan lembaran amal perbuatan mereka.

Ini sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’ān:

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanan, maka dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabmu (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.” Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat, (dan kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kiri, maka dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya apabila kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).”( Al-Ḥāqqah: 1925)

Namun, kita tidak dapat mengetahui secara terperinci bagaimana sebenarnya lembaran amal perbuatan tersebut, atau bagaimana caranya sehingga semua perilaku itu dapat tertulis sehingga tak seorangpun yang dapat mengingkarinya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya, masalah kiamat dan ciri-ciri terperinci tentangnya sulit untuk dipahami, bahkan tidak mungkin hal itu dipahami oleh penghuni alam dunia ini. Meskipun, secara global, kita tidak mungkin dapat mengingkarinya.

 

Para Saksi di Hari Kiamat

Kita meyakini bahwa pada hari kiamat, selain Allah SWT yang menjadi saksi atas semua amal perbuatan, ada pula para saksi lain yang memberikan kesaksian atas semua amal perbuatan kita; tangan, kaki, kulit, tubuh, bahkan tempat dimana kita tinggal pun dan yang lain, semuanya merupakan para saksi atas semua amal perbuatan kita.

Dalam al-Qur’ān Allah SWT berfirman:

Pada hari Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yāsīn: 65)

Dalam ayat lain pula, Allah SWT berfirman:

Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa engkau menjadi saksi kepada kami?” Kulit (itu) menjawab, “Allah yang telah menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah (pula) menjadikan kami pandai berkata.” (Fushshilat: 21)

Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhan telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. (az-Zalzalah: 4-5)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *