Perintah Agama Tentang Sifat-Sifat Manusia – Syarah al-Hikam – asy-Syarqawi

Al-Ḥikam
Kitab Tasawuf Sepanjang Masa
Judul Asli: Syarḥ-ul-Ḥikami Ibni ‘Athā’illāh-il-Iskandarī

Pensyarah: Syaikh ‘Abdullāh asy-Syarqawī
Penerjemah: Iman Firdaus, Lc.
Diterbitkan oleh: Turos Pustaka

Perintah Agama Tentang Sifat-Sifat Manusia.

 

34. أُخْرُجْ مِنْ أَوْصَافِ بَشَرِيَّتِكَ عَنْ كُلِّ وَصْفٍ مُنَاقِضٍ لِعُبُوْدِيَّتِكَ لِتَكُوْنَ لِنِدَاءِ الْحَقِّ مُجِيْبًا وَ مِنْ حَضْرَتِهِ قَرِيْبًا

Keluarkanlah sifat-sifat kemanusiaanmu yang bertentangan dengan kehambaanmu agar kau mudah menyambut panggilan Yang Ḥaqq (Allah) dan dekat dengan-Nya.

– Ibnu ‘Athā’illāh al-Iskandarī –

 

Keluarkanlah dari dirimu sifat-sifat kemanusiaan yang tercela dengan riyādhah dan mujāhadah; baik itu sifat-sifat tercela yang lahir (seperti suka melakukan gibah, mengadu domba, membunuh, dan merampas) maupun yang batin (seperti sombong, ‘ujub, riyā’, sum‘ah [ingin terkenal], dengki, gila harta, dan sebagainya).

Jauhkan dirimu dari sifat-sifat yang bertentangan dengan predikat kehambaanmu agar kau mudah menjawab seruan Yang Ḥaqq. Ketika sifat baikmu (seperti tawādhu‘ [rendah hati] karena Allah, khusyuk di hadapan-Nya, mengagungkan perintah-Nya, menjaga hukum-hukumNya, takut kepada-Nya, dan ikhlas dalam menyembahkan-Nya), maka di saat datang seruan kepadamu: “Wahai hambaku!” kau pun akan dengan mudahnya menjawab: “Labbaik, Tuhanku!” kau pun akan tulus dan ikhlas dalam menjawab seruan itu karena sifat-sifat yang bertentangan dengan kehambaanmu itu telah hilang darimu. Kau pun akan dekat dengan-Nya sehingga Dia akan menjagamu dari dosa (maḥfūzh) dan memudahkan segala amalmu yang kelak akan kau nikmati hasilnya.

Ada perbedaan makna antara maḥfūzh (terjaga dari dosa) dengan lafazh ma‘shūm (terlindungi dari dosa). Bedanya adalah, ma‘shūm sama sekali tidak pernah menyentuh dosa, sedangkan maḥfūzh terkadang melakukan kesalahan dan kekeliruan, tetapi tidak selamanya demikian. Saat keliru, seorang yang maḥfūzh akan langsung bertobat.

Ketahuilah, di mata ahli tarekat, menjauhi sifat buruk dan memiliki sifat mulia merupakan hakikat dan tujuan dari sulūk. Hal itu tidak akan bisa diraih, kecuali oleh orang yang diberi taufik dan bimbingan Allah untuk mengenali dirinya sendiri dan mengetahui sifat-sifat buruknya. Karena siapa yang sudah mengenali dirinya dan sifat-sifat buruknya, ia akan waspada dan berusaha menghindari sifat-sifat buruknya. Jika tidak demikian, secara tidak disadarinya, ia akan terjerumus ke dalam hal-hal yang dibenci Tuhannya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *