030 Syarah Hikmah Ke-30 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-30

تَشَوُّفُكَ إِلَى مَا بَطَنَ فِيْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّفِكَ إِلَى مَا حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الْغُيُوْبِ.

Kegigihanmu mengetahui perkara samar yang tersimpan di dalam dirimu dengan mengetahui kejelekan atau kekuranganmu itu lebih utama daripada kegigihanmu mengetahui perkara yang terhalangkan darimu dengan mengetahui perkara yang samar atau ghaib.

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

تَشَوُّفُكَ إِلَى مَا بَطَنَ فِيْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّفِكَ إِلَى مَا حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الْغُيُوْبِ.

Kegigihanmu mengetahui perkara samar yang tersimpan di dalam dirimu dengan mengetahui kejelekan atau kekuranganmu itu lebih utama daripada kegigihanmu mengetahui perkara yang terhalangkan darimu dengan mengetahui perkara yang samar atau ghaib.

Kegigihanmu mengetahui perkara samar yang tersimpan dalam dirimu dengan mengetahui kejelekanmu, itu lebih utama dari pada mengetahui perkara yang dihalangi darimu melalui perkara ghaib. Kegigihanmu mengetahui sifatmu lebih utama dari kegigihanmu mengetahui perkara ghaib seperti beberapa keramat dan rahasia takdir.

Sifat tercela itu ada banyak, yaitu: ‘ujub (mengagungkan amal perbuatan), riyā’ (memamerkan amal, agar dipuji manusia), takabbur (merasa dirinya lebih baik daripada lainnya), walaupun hanya seekor anjing – maksudnya, jangan merasa bahwa dirimu itu lebih baik daripada seekor anjing, ḥasūd atau iri dengki (mengharap hilangnya nikmat dari orang lain), pelit, dendam, mengkufuri nikmat, bersedih ketika mendapat cobaan, adu domba, hatinya mencintai dunia, menyenangi harta, suka dipuji, takut dicela masyarakat, bersedih pada perkara dunia, takut fakir, tidak senang atau marah terhadap takdir Allah, senang abadi di dunia agar bisa menguasai dunia, kejam terhadap orang lain, memusuhi manusia, banyak berbicara, suka menyibukkan diri dengan menggunjing kejelekan orang lain sementara tidak mengetahui kejelekan diri sendiri, senang dunia, bersedih ketika tidak mendapatkan dunia, hatinya menyenangi makhluk, bersedih ketika berpisah dengan makhluk, tidak punya malu, tidak berbelas kasihan kepada makhluk, tergesa-gesa dalam beramal, menunda-nunda beramal, itu semua adalah sifat tercela menurut syara‘ dan merupakan sifatnya nafsu.

Asalnya nafsu itu ada empat hal:

Pertama, suka mengingkari janji.
Kedua, suka berbuat ketaatan atas dasar riya’.
Ketiga, suka beristirahat.
Keempat, lemah dalam melaksanakan kefardhuan terhadap Allah.

Maka engkau harus memadamkannya (dari hatimu). Adapun cara memadamkan nafsu adalah dengan ilmu, ma‘rifat, melaksanakan perintah Allah dan mengikuti ajaran Rasūlullāh.

Adapun bentuk taqarrub yang paling utama ialah mengingkari nafsu.

5 Komentar

  1. rif'ai berkata:

    jangan pernah lelah beramal teruslah berkarya sampai dirimu bertemu dengan Penciptamu

  2. nas berkata:

    jazakallohu khoiran atas artikelnya. ijin untuk menyatukannya agar mudah dibaca ketika offline…..

    1. Muslim berkata:

      Alhamdulillah, bismillah.

  3. Danang berkata:

    maaf , ijin bertanya, apakah urutan nomor 30 di atas sudah benar (tidak tertukar), karena dari beberapa rukukan penjelasan nomor30 adalah: 30. لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ الْوَاصِلُوْنَ إِلَيْهِ وَ مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ السَّائِرُوْنَ إِلَيْهِ

    “Hendaklah orang yang diberi keluasan rezeki (yaitu orang yang telah sampai kepada Allah) memberi nafkah menurut kemampuannya.” (ath-Thalāq [65]: 7). Dan orang yang disempitkan rezekinya (yaitu orang yang tengah menuju Allah) hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.”

    terima kasih, dan mohon maaf

    1. Muslim Administrator berkata:

      Memang di buku-buku lain nomor 30 adalah yang sobat sebutkan dan yang ini berada pada nomor 32 tetapi kami sudah cek kembali dan memang sudah sesuai apa yang ada di dalam buku ini “Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat”. Artinya urutan yang ada di dalam buku ini berbeda dengan buku-buku lainnya.

Tinggalkan Balasan ke nas Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *