3-2 Puasa-puasa Sunnah & Wirid-wiridnya – Puasa Sepanjang Masa – Rahasia Puasa & Zakat (2/2)

Rahasia Puasa & Zakat
Mencapai Kesempurnaan Ibadah
(Percikan Iḥyā’ ‘Ulūm-id-Dīn)
Diterjemahkan dari: Asrār-ush-Shaum dan Asrār-uz-Zakāt
 
Karya: Al-Imām Abū Ḥāmid al-Ghazālī
Diterjemahkan dan diberi catatan kaki oleh: Muḥammad al-Bāqir
Penerbit: Penerbit Mizan

Rangkaian Pos: Puasa-puasa Sunnah & Wirid-wiridnya - Rahasia Puasa & Zakat

Puasa Sepanjang Masa

Puasa Sepanjang Masa (shaum-ud-dahr), yakni puasa yang meliputi semua waktu yang dianjurkan puasa padanya, bahkan melebihinya.

Beberapa kalangan tidak menyukainya, disebabkan adanya berita-berita (dari Nabi s.a.w.) yang menyatakannya sebagai suatu yang tidak disukai atau terlarang. Yang benar, puasa seperti itu memang tidak disukai karena dua hal, yakni karena dilakukan terus-menerus, termasuk pada kedua hari raya dan hari-hari tasyrīq (tiga hari setelah hari raya haji (qurbān)), dan juga karena hal itu menimbulkan kesan bahwa orang yang melakukannya tidak hendak mengikuti Sunnah Nabi s.a.w., di samping telah mempersempit atas dirinya sendiri. Padahal, Allah s.w.t. menyukai hamba-hambaNya yang memanfaatkan keringanan-keringanan yang telah ditetapkan-Nya bagi mereka, sebagaimana Allah menyukai mereka melaksanakan perintah-perintahNya yang telah Dia (Allah) tugaskan atas mereka.

Maka, apabila kedua hal penimbul keberatan tersebut di atas tidak ada, sementara dia melihat kebaikan-kebaikan yang akan diperolehnya dari puasanya itu, maka tak ada salahnya dia mengerjakannya. Beberapa sahabat Nabi s.a.w. dan tābi‘īn telah mengerjakan yang demikian itu.

Dalam suatu riwayat dari Abū Mūsā al-Asy‘arī bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda:

Barang siapa berpuasa sepanjang masa semuanya, maka Jahannam akan sangat disempitkan baginya.” (Artinya, tidak ada ruang bagi orang itu di dalamnya).

Di bawah tingkatan Puasa Sepanjang Masa, ada Puasa Setengah Masa. Yaitu, puasa sehari dan tidak puasa sehari. Yang demikian itu, pada hakikatnya, lebih berat dan lebih menekan hawa-nafsu. Banyak riwayat yang menerangkan tentang keutamaan puasa seperti itu. Sebab, seorang yang melakukannya, berada di antara berpuasa sehari dan bersyukur sehari lainnya.

Nabi s.a.w. pernah bersabda:

عُرِضَتْ عَلَيَّ مَفَاتِيْحُ خَزَائِنِ الدُّنْيَا وَ كُنُوْزِ الْأَرْضِ فَرَدَدْتُهَا وَ قُلْتُ أَجُوْعُ يَوْمًا وَ أَشْبَعُ يَوْمًا أَحْمَدُكَ إِذَا شَبِعْتُ وَ أَتَضَرَّعُ إِلَيْكَ إِذَا جُعْتُ.

Telah ditawarkan kepadaku kunci-kunci semua khazanah kekayaan dunia dan perbendaharaan bumi. Tetapi, aku menolaknya dan berkata: “Lebih baik aku lapar sehari dan kenyang sehari. Aku akan bersyukur kepada-Mu bila aku kenyang, dan memohon beriba-iba kepada-Mu bila aku lapar”.” (281).

Sabda beliau lagi:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ صَوْمُ أَخِيْ دَاودَ: كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا.

Sebaik-baik puasa ialah puasa seperti yang dilakukan oleh saudaraku Dāūd. Dia berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (292).

Seperti itu pula penjelasan yang diberikan oleh Nabi s.a.w. kepada ‘Abdullāh bin ‘Amr ketika dia menyatakan kepada beliau: “Aku mampu berpuasa lebih dari itu (yakni, lebih dari dua hari sekali).” Nabi s.a.w. berkata kepadanya: “Puasalah sehari dan berbukalah sehari lainnya.” ‘Abdullāh berkata: “Aku ingin yang lebih utama daripada itu, ya Rasūlullāh!” Akan tetapi beliau berkata: “Tidak ada yang lebih utama daripada itu!

Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Nabi s.a.w. tidak pernah puasa sebulan penuh, kecuali Ramadhān. (303).

Dan, barang siapa tidak kuasa melakukan Puasa Setengah Masa (sehari puasa dan sehari tidak), cukup baginya puasa sepertiganya, yakni berpuasa sehari dan tidak berpuasa dua hari. Selain itu, apabila dia melakukan puasa tiga hari pada permulaan bulan, tiga hari pada pertengahannya dan tiga hari pada akhirnya, maka yang demikian itu sudah merupakan sepertiga bulan. Tambahan lagi, hari-hari puasanya itu termasuk “hari-hari utama” (seperti telah dijelaskan di atas).

Dan apabila dia berpuasa pada setiap hari Senin, Kamis, dan Jum‘at, maka yang demikian itu hampir mencapai sepertiga.

Nah, jika telah diketahui tentang waktu-waktu yang memiliki keutamaan khusus, demi meraih kesempurnaan, seyogianya orang berusaha memahami makna puasa yang sebenarnya. Dan bahwa, tujuannya ialah menjernihkan jiwa dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.

Seorang yang benar-benar menekuni pengetahuan tentang pelik-pelik batinnya sendiri dapat memilih yang paling sesuai bagi keadaannya. Adakalanya yang lebih tepat baginya ialah berpuasa terus-menerus, tetapi adakalanya yang lebih tepat baginya justru tidak berpuasa (selain yang wajib, tentunya), atau menggilirkan antara puasa dan tidak.

“Telah ditawarkan kepadaku kunci-kunci semua khazanah kekayaan dunia dan perbendaharaan bumi. Tetapi, aku menolaknya dan berkata: “Lebih baik aku lapar sehari dan kenyang sehari. Aku akan bersyukur kepada-Mu bila aku kenyang, dan memohon beriba-iba kepada-Mu bila aku lapar”.”HR. Tirmidzī dan Abū Umāmah

Maka, jika dia telah memahami makna puasa dan memantau hatinya sendiri serta batasan yang paling cocok baginya dalam “melintasi jalan akhiratnya”, tentunya dia dapat menentukan tindakan apa yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya.

Ketentuan seperti itu pun tidak harus dijalaninya untuk selama-lamanya secara rutin. Mengenai hal ini, telah diriwayatkan bahwa Nabi s.a.w.: “Adakalanya berpuasa (dalam jangka waktu cukup lama) – sehingga orang berkata bahwa beliau tidak pernah berbuka. Dan, adakalanya beliau tidak berpuasa (dalam jangka waktu cukup lama), sehingga orang berkata bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Beliau juga adakalanya tidur setiap malam sehingga dikatakan orang bahwa beliau tidak pernah bangun malam (untuk beribadah), dan adakalanya bangun-malam, sehingga dikatakan bahwa beliau tidak pernah tidur.” (314).

Perbuatan beliau itu tentunya dalam kerangka pembagian waktu, sejalan dengan yang tersingkap baginya melalui nūr kenabiannya.

Sebagian ulama tidak suka meninggalkan puasa lebih dari empat hari berturut-turut, (Yaitu, sejumlah hari yang diperlukan untuk merayakan hari ‘Īd-ul-Adhḥā dan tiga hari tasyrīq sesudahnya). Kata mereka, meninggalkan puasa lebih dari empat hari berturut-turut dapat mengeraskan hati, menimbulkan kebiasaan buruk, dan membuka pintu-pintu syahwat hawa-nafsu.

Memang benar, yang demikian itu bagi kebanyakan manusia. Terutama bagi mereka yang biasa makan dua kali (atau lebih) dalam sehari-semalam.

Demikianlah yang ingin kami uraikan tentang pengaturan puasa-puasa sunnah. Wallāhu a‘lamu bish-shawāb.

Dan, dengan ini pula selesailah Kitābu Asrār-ish-Shaum (Kitab Rahasia-rahasia Puasa). Segala puji bagi Allah, sebanyak sifat-sifatNya yang terpuji semuanya; yang kita ketahui dan yang tidak. Dan, segala puji bagi-Nya atas semua nikmat karunia-Nya, yang kita ketahui dan yang tidak. Shalawat dan salam bagi junjungan kita Nabi Muḥammad, keluarganya, dan para sahabatnya; serta setiap hamba Allah yang terpilih, di bumi maupun di langit.

Catatan:

  1. 28). HR. Tirmidzī dan Abū Umāmah dengan lafal: “Telah ditawarkan kepadanya oleh Tuhanku untuk mengubah pasir Kota Makkah menjadi emas.”
  2. 29). HR. Bukhārī dan Muslim, dari ‘Abdullāh bin ‘Amr.
  3. 30). HR. Bukhārī dan Muslim, dari ‘Ā’isyah.
  4. 31). HR. Muslim dari ‘Ā’isyah dan Ibn ‘Abbās, juga Bukhārī dari Anas dengan beberapa perbedaan susunan kata-kata.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *