3-1 Al-Qur’an dan Kitab Samawi Lain – ‘Aqa’iduna – Syaikh Makarim Syirazi

Inikah Keyakinan Kita?
Oleh: Nasir Makarim Syirazi
(Judul Asli: ‘Aqū’idunā)

Penerjemah: Toha al-Musawa
Penerbit: Penerbit al-Mu‘ammal

Diketik oleh: Zaidah Melani

Rangkaian Pos: 003 Al-Qur'an dan Kitab Samawi Lain | 'Aqa'iduna - Syaikh Makarim Syirazi

BAB 3

AL-QUR’ĀN DAN KITĀB SAMĀWĪ LAIN

 

Tujuan diturunkannya kitab Kitāb Samāwī

Kita percaya bahwa Allah SWT telah menurunkan semua kitāb samāwī untuk memberikan petunjuk kepada manusia, seperti shuḥuf (kumpulan lembaran yang memuat ajaran agama) Nabi Ibrāhīm as dan Nabi Nūḥ a.s., Taurāt, Injīl, dan yang paling sempurna: al-Qur’ān. Apabila Allah SWT tidak menurunkan semua kitab samawi ini, niscaya manusia akan tersesat jalan dalam mengenal Allah SWT dan dalam penyembahan-Nya. Juga, akan jauh menyimpang dari dasar ketakwaan, akhlak, tarbiyyah, dan undang-undang sosial yang diperlukan dalam kehidupan manusia.

Semua kitab samawi ini diturunkan bagaikan air hujan yang turun dalam lembaran-lembaran hati. Ia mampu mengembangkan dan menumpuk benih-benih ketakwaan, akhlak, pengenalan akan Allah SWT, serta pengetahuan dan hikmah dalam hati manusia. Sebagaimana dalam al-Qur’ān Allah SWT berfirman:

Rasūl telah beriman kepada al-Qur’ān yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya.(al-Baqarah:285)

Meskipun demikian, amat disayangkan bahwa dengan berlalunya waktu dan campur tangan orang yang bukan di bidangnya, beberapa kitāb samāwī menjadi tidak akurat lagi dan telah bercampur dengan kebohongan dan penyelewengan. Kecuali, kitāb samāwī al-Qur’ān, dengan berbagai argumentasi yang akan dijelaskan dalam pembahasan mendatang berkaitan dengan tetap terjaganya keakuratan al-Qur’ān. Ia bagaikan mentari yang pada setiap zaman selalu bersinar menerangi hati manusia, sebagaimana dapat kita cerna dari ayat berikut:

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah SWT menunjuki orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan.(al-Mā’idah:15-16)

 

Al-Qur’ān sebagai Mukjizat Teragung Nabi

Kita meyakini bahwa al-Qur’ān merupakan mukjizat teragung Nabi Muḥammad Saw. Bukan hanya dari sisi kebersihan dan keindahan bahasa maupun maknanya, tetapi juga dari sisi lain yang memiliki keajaiban dan daya tarik yang sangat menakjubkan. Pembahasan ini akan dikupas dalam buku buku kalām (teologi) dan ‘Aqīdah.

Dengan alasan di atas, kita meyakini bahwa tak seorangpun yang dapat membuat sesuatu yang mirip al-Qur’ān, walaupun hanya sebuah surat. al-Qur’ān berulang kali menantang orang-orang yang ragu terhadap al-Qur’ān untuk membuat karya sepertinya. Akan tetapi, hingga sekarang ini tak seorang pun yang mampu melakukannya. Ini dapat kita lihat dari ayat al-Qur’ān berikut ini:

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’ān ini, niscaya mereka tak akan dapat membuat yang serupa dengannya, meskipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lainnya.” (al-Isrā’: 88)

Dalam ayat lain yang masih berkenaan dengan hal ini, Allah SWT berfirman:

Dan jika kamu (tetap) dalam kerugian terhadap al-Qur’ān yang telah kami wahyukan kepada hamba kami (Muḥammad), datangkanlah satu surat saja yang semisal dengan al-Qur’ān itu dan ajaklah penolong penolongmu selain Allah SWT, Jika kamu orang-orang yang benar. (al-Baqarah: 23)

Kita meyakini, dengan terus berlalunya waktu, al-Qur’ān bukan hanya sekedar tidak lapuk dan tua, bahkan semua isi keajaiban dan keagungannya semakin nyata bagi seluruh manusia.

Dalam sebuah hadits dari Imām Ja’far Shādiq a.s., beliau bersabda:

“Allah SWT tidak menurunkan al-Qur’ān untuk waktu tertentu atau untuk kelompok tertentu, dengan alasan inilah mengapa al-Qur’ān senantiasa baru bagi semua orang.”

 

Penafian Perubahan dalam al-Qur’ān

Kita yakin bahwa al-Qur’ān yang ada di tangan kaum muslimin sekarang ini merupakan al-Qur’ān yang telah diturunkan kepada nabi Muḥammad Saw; tidak berkurang sedikitpun, juga tidak bertambah.

Sejak awal diturunkannya al-Qur’ān, telah terdapat kelompok khusus yang bertugas menjadi penulis wahyu. Yaitu sebuah tim yang menulis al-Qur’ān, setelah Al-Qur’ān diturunkan. Kaum muslimin pun dianjurkan untuk senantiasa membaca al-Qur’ān siang maupun malam, dan mengulang-ulangnya dalam setiap salat harian. Selain itu, banyak pula orang yang menghafalkan al-Qur’ān; mereka dan para qāri’ (pelantun al-Qur’ān) senantiasa beroleh kedudukan khusus dalam masyarakat Islam.

Beberapa hal di atas merupakan dalil yang membuktikan bahwa tidak terdapat sedikitpun perubahan dan penyimpangan dalam al-Qur’ān. Selain itu, Allah SWT sendiri berjanji akan menjaganya sampai hari kiamat. Dengan jaminan seperti ini, perubahan dan penyimpangan menjadi tidak mungkin.

Dalam al-Qur’ān, Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan āl-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (al-Ḥijr: 9)

Semua ulama Islam baik dari kalangan Ahl-us-Sunnah maupun Syī‘ah sepakat bahwa tidak terjadi penyimpangan dan perubahan dalam al-Qur’ān. Hanya sebagian kecil dari kedua Golongan ini lantaran beberapa riwayat berpendapat bahwa telah terjadi perubahan dan penyimpangan dalam al-Qur’ān. Namun, sebagian besar ulama dari kedua kelompok tersebut menolak pendapat mereka dengan alasan yang otentik dan kuat, serta menganggap semua riwayat yang berkenaan tentang ketidak aslian dan perubahan al-Qur’ān sebagai riwayat palsu, tidak akurat, telah terjadi penyimpangan dalam makna, atau terjadi kesalahan dalam penafsiran al-Qur’ān dengan teks al-Qur’ān. Cobalah anda Renungkan!

Orang-orang yang berpikiran dangkal selalu bersikeras untuk menyandarkan keyakinan akan ketidak-otentik-kan al-Qur’ān kepada sebagian kelompok Ahl-us-Sunnah dan Syī‘ah; padahal keyakinan ini bertentangan dengan pendapat ulama besar Ahl-us-Sunnah dan Syī‘ah sendiri. Sebab, tanpa disadari, orang-orang semacam itu telah merendahkan dan menjatuhkan martabat al-Qur’ān; perbuatan itu jelas akan menguntungkan musuh.

Dengan meneliti kembali sejarah pengumpulan al-Qur’ān yang dimulai sejak zaman Rasūl Saw, yang beroleh perhatian khusus kaum muslimin dalam hal penulisan, penghafalan, pembacaan (qirā’ah) dan penjagaan al-Qur’ān, serta dibentuknya tim khusus penulisan wahyu yang dimulai sejak al-Qur’ān pertama kali diturunkan, menjadi bukti bahwa tak mungkin terjadi perubahan dan penyimpangan terhadap al-Qur’ān.

Selain itu, tidak ada al-Qur’ān selain al-Qur’ān ini. Jika seseorang tidak yakin akan kebenaran pendapat ini, dia harus dapat menunjukkan bukti, karena semua al-Qur’ān yang ada di semua rumah, masjid, perpustakaan dan seluruh negara kita menunjukkan bahwa al-Qur’ān adalah satu. Begitu pula, semua al-Qur’ān yang ada di museum dan telah ditulis tangan berabad-abad lalu, semuanya menunjukkan kesamaan dengan al-Qur’ān yang ada di seluruh negara Islam. Kendati pada masa lalu tidak terdapat sarana untuk meneliti hal ini, tetapi di zaman sekarang ini telah terdapat sarana untuk menelitinya; dengan hanya melakukan penelitian singkat saja, ketidakbenaran pendapat tentang adanya perubahan dan penyimpangan dalam al-Qur’ān akan segera terbukti. Sebagaimana difirmankan Allah:

Maka sampaikanlah berita kepada hamba-hambaKu, yang mendengarkan perkataan lalu dan mengikuti apa yang terbaik di antaranya.(al-Zumar: 17-18)

 

Al-Qur’ān dan Kebutuhan Material dan Spiritual Manusia

Kita meyakini bahwa landasan dasar dari segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk kehidupan jasmani maupun rohaninya telah dijelaskan dalam al-Qur’ān.

Begitu pula, pokok-pokok dasar untuk mengatur pemerintahan dan politik, hubungan dengan masyarakat lain, landasan dasar kehidupan bersama, perang, perdamaian, peradilan, ekonomi, dan lain-lain, secara umum seluruhnya telah dijelaskan dalam al-Qur’ān. Apabila semua ini digunakan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, niscaya akan dapat menerangi kehidupan kita. Sebagaimana dikatakan dalam ayat al-Qur’ān:

Dan kami turunkan kepadamu al-Kitāb (al-Qur’ān) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (an-Naḥl: 89)

Dengan dalil ini, kita meyakini bahwa Islam tidak dapat dipisahkan dari politik. Al-Qur’ān telah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memegang pemerintahannya sendiri dan menghidupkan nilai-nilai Islam melalui pemerintahan Islam.

Pemerintahan Islam hendaknya membimbing masyarakatnya menuju keadilan, dan menegakkan keadilan, baik berkaitan dengan pribadi yang dianggap musuh maupun sesama muslim. Dalam al-Qur’ān, Allah SWT berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah SWT biarpun terhadap dirimu atau Ibu-bapak dan kaum kerabatmu.(an-Nisā’: 135)

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.(al-Mā’idah: 8)

 

Pembacaan, Perenungan, dan Pengamalan al-Qur’ān

Kita meyakini bahwa membaca al-Qur’ān merupakan salah satu ibadah dengan banyak keutamaan; sangat sedikit ibadah lain yang mampu mencapai derajat tersebut. Sebab, membaca al-Qur’ān merupakan kunci untuk merenungkan isi al-Qur’ān, sementara perenungan dan berfikir tentang al-Qur’ān merupakan sumber dari amal Shāliḥ.

Al-Qur’ān berkata kepada Nabi Muḥammad Saw:

Bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur’ān itu dengan pelan-pelan. (al-Muzzammil: 2-4)

Al-Qur’ān berkata kepada kaum muslimin:

Karena itu bacalah apa yang mudah (bagi-mu) dari al-Qur’ān. (al-Muzzammil: 20)

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, membaca al-Qur’ān harus dijadikan sarana untuk memikirkan dan merenungkan maknanya. Begitu pula, berpikir dan merenung harus dijadikan permulaan untuk mengamalkan al-Qur’ān. Ini sebagaimana tercantum dalam al-Qur’ān:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’ān ataukah hati mereka terkunci? (Muḥammad: 24)

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Qur’ān untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (al-Qamar: 17)

Allah SWT berfirman:

Dan al-Qur’ān itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia! (al-An‘ām: 155)

Oleh karena itu, orang yang merasa cukup hanya dengan membaca al-Qur’ān saja tetapi tidak merenungkan dan mengamalkannya, maka kendati dia telah mengamalkan satu tonggak al-Qur’ān, dia telah kehilangan dua tonggak lainnya yang akan mendatangkan kerugian yang besar.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *