2 Tentang Iman Kepada Malaikat – Jawahir-ul-Kalamiyyah

JAWĀHIR-UL-KALĀMIYYAH
ILMU TAUḤĪD

(Diterjemahkan dari buku aslinya berbahasa
‘Arab Jawahir-ul-Kalimiyyah, karya Syaikh Thahir bin Shaleh al-Jaza’iri)
 
Penerjemah: Ustadz Ja‘far Amir
Penerbit: Raja Murah – Pekalongan

الْمَبْحَثُ الثَّانِيْ

فِي الْإِيْمَانِ بِالْمَلَائِكَةِ، وَ يَشْتَمِلُ عَلَى ثَلَاثِ مَسَائِلَ

PEMBAHASAN KEDUA

Tentang Iman Kepada Malaikat

(Memuat Tiga Masalah)

س: مَا الْمَلَائِكَةُ؟

ج: هُمْ أَجْسَامٌ لَطِيْفَةٌ مَخْلُوْقَةٌ مِنْ نُوْرٍ، لَا يَأْكُلُوْنَ، وَ لَا يَشْرَبُوْنَ، وَ هُمْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ لَا يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.

Soal: Apakah Malaikat itu?

Jawab: Malaikat adalah suatu bentuk yang halus yang dijadikan dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum. Malaikat adalah hamba-hamba yang mulia. Mereka tidak durhaka kepada-Nya dan mereka selalu melaksanakan apa yang diperintahkan.

س: هَلْ يَرَى الْبَشَرُ الْمَلَائِكَةَ؟

ج: لَا يَرَى الْبَشَرُ غَيْرَ الْأَنْبِيَاءِ الْمُلَائِكَةَ إِذَا كَانُوْا عَلَى صُوَرِهِمْ الْأَصْلِيَّةِ لِأَنَّهُمْ أَجْسَامٌ لَطِيْفَةٌ كَمَا أَنَّهُمْ لَا يَرَوْنَ الْهَوَاءَ مَعَ كَوْنِهِ جِسْمًا مَالِئًا لِلْفَضَاءِ لِكَوْنِهِ لَطِيْفًا. وَ أَمَّا إِذَا تَشَكَّلُوْا بِصُوْرَةِ جِسْمٍ كَثِيْفٍ كَالْإِنْسَانِ فَيَرَوْنَهُمْ، رَؤْيَةَ الْأَنْبِيَاءِ، لَهُمْ عَلَى صُوَرِهِمُ الْأَصْلِيَّةِ خُصُوْصِيَّةً خُصُّوْا بِهَا لِتَلَقِّي الْمَسَائِلِ الدِّيْنِيَّةِ وَ الْأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ، وَ لَا يُسْتَغْرَبُ وُجُوْدُ أَجْسَامٍ بَيْنَنَا لَا تَرَاهَا بِالْعَيْنِ. وَ فِي الْمُعْتَادِ مَا يُقَرِّبُ ذلِكَ لِلذِّهْنِ، وَ يَرْفَعُ عَنْهُ الْعَيْنَ فَإِنَّ أَمَامَنَا كَثِيْرًا مِنَ الْأَجْسَامِ الْحَيَّةِ وَ غَيْرِ الْحَيَّةِ لَا يُدْرِكُهَا الْبَصَرُ، وَ لَوْ لَا النَّظَارَةُ لَظَنَنَّا أَنَّهَا لَيْسَ لَهَا عَيْنٌ وَ لَا أَثَرٌ كَمَا لَا يُسْتَغْرَبُ إِخْتِصَاصُ الْبَعْضِ بِأَبْصَارِ أَشْيَاءَ لَا تُدْرِكُهَا سَائِرُ الْأَبْصَارِ، فَإِنَّ فِي اخْتِلَافِ الْأَبْصَارِ فِيْ قُوَّةِ الْإِدْرَاكِ وَ ضَعْفِهِ عِبْرَةً لِأُوْلِي الْأَبْصَارِ.

Soal: Apakah manusia dapat melihat Malaikat?

Jawab: Kecuali para nabi, manusia tidak dapat melihat Malaikat dalam bentuknya yang asli. Karena sesungguhnya mereka itu bentuk-bentuk yang halus.

Seperti halnya manusia tidak dapat melihat wujudnya udara, padahal keadaan hawa itu benda yang memenuhi udara, disebabkan karena udara itu benda yang halus.

Jika Malaikat itu menjelma dengan bentuk kasar seperti manusia, maka manusia dapat melihat mereka. Adapun melihatnya para nabi kepada Malaikat dalam bentuknya yang asli, maka itu suatu keistimewaan yang dikhususkan untuk para nabi saja, di mana untuk dapat menerima berbagai masalah agama dan selalu melaksanakan hukum. Dan tidak aneh wujudnya jisim-jisim di hadapan kita yang tidak dapat kita lihat dengan mata. Dan dalam keadaan-keadaan yang biasa banyaklah hal-hal yang dapat memudahkan pikiran, dan menghilangkan kesamaran.

Sesungguhnya di hadapan kita banyak makhluk hidup dan yang mati tidak dapat dilihat. Sekiranya tidak ada mikroskop maka tentulah kita mengira bahwa jisim-jisim tadi tidak ada, baik dzātnya maupun bekasnya. Maka demikian juga halnya tidak aneh pengkhususan sebagian manusia dengan dapat melihat keadaan-keadaan yang tidak dapat dilihat oleh penglihatan orang lain.

Karena dengan perbedaan penglihatan menurut kekuatan daya melihat dan kelemahannya itu menjadi suatu hikmah bagi orang-orang yang berpikir.

س: مَا وَظَائِفُ الْمَلَائِكَةِ؟

ج: مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلٌ بَيْنَ الْمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى وَ بَيْنَ أَنْبِيَائِهِ وَ رُسُلِهِ كَجِبْرَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَ مِنْهُمْ حَفَظَةٌ عَلَى الْعِبَادِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَكْتُبُ أَعْمَالَ الْعِبَادِ مِنْ خَيْرٍ أَوْ شَرٍّ، وَ مِنْهُمْ مُوَكَّلُوْنَ بِالْجَنَّةِ وَ نَعِيْمِهَا، وَ مِنْهُمْ مُوَكَّلُوْنَ بِالنَّارِ وَ عَذَابِهَا، وَ مِنْهُمْ حَمَلَةُ الْعَرْشِ، وَ مِنْهُمْ قَائِمُوْنَ بِمَصَالِحش الْعِبَادِ وَ مَنَافِعِهِمْ إِلَى غَيْرِ ذلِكَ مِمَّا أُمِرُوْا بِهِ.

Soal: Apakah tugas Malaikat?

Jawab: Di antara Malaikat ada yang menjadi penghubung antara Allah dengan para nabi dan rasūl-Nya. Seperti Malaikat Jibrīl a.s. Ada yang menjadi penjaga para hamba Allah. Dan ada yang bertugas mencatat ‘amal hamba Allah, baik yang baik maupun yang buruk.

Ada yang menjaga surga dengan berbagai kenikmatannya. Ada juga yang diberi tugas untuk menjaga neraka, dengan berbagai siksaannya. Di antara mereka ada yang bertugas memikul ‘Arsy. Dan ada yang bertugas menyampaikan kepentingan yang berguna bagi hamba Allah dan lain sebagainya, sebagaimana yang diperintahkan kepada mereka.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *