Al-Imām al-Muzanī r.h. menyatakan:
الْعَلِيْمُ الْخَبِيْرُ
Dia (Allah) Yang Maha Berilmu lagi Maha Mengetahui secara detail.
Al-‘Alīm adalah Maha Mengetahui segala sesuatu, sedangkan al-Khabīr memiliki makna lebih khusus yaitu Maha Mengetahui sesuatu yang: tersembunyi, detail, hakikat dan akibatnya. Jika al-Lathīf digandengkan dengan al-Khabīr maka al-Lathīf untuk pengetahuan yang detail sedangkan al-Khabīr untuk pengetahuan terhadap hal-hal yang samar atau tersembunyi (Syarḥ Kitāb at-Tauḥīd Shaḥīḥ al-Bukhārī transkrip ceramah ‘Abdullāh bin Muḥammad al-Ghnaiymān).
Pengetahuan Allah meliputi segala waktu, tempat, dan keadaan.
وَ اعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ.
…. Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(al-Baqarah [2]: 231).
Dalam dimensi waktu, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang:
Contoh sesuatu yang tidak akan terjadi, bagaimana kalau terjadi adalah: permintaan orang kafir di neraka untuk dikembalikan ke dunia untuk bertaubat dan menjadi orang yang shalih, taat beribadah. Allah tahu bahwa itu tidak terjadi (orang kafir tidak akan dikembalikan ke dunia).
Allah juga tahu bagaimana kalau itu terjadi, jika benar-benar dikembalikan ke dunia orang kafir itu akan kembali menjadi kafir dan tidak akan mengerjakan sesuai permintaannya sebelumnya.
وَ لَوْ رُدُّوْا لَعَادُوْا لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ.
….seandainya mereka dikembalikan, niscaya mereka akan kembali (melakukan) hal yang dilarang terhadapnya, dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh pendusta.
(al-An‘ām [6]: 28)
Al-‘Alīm dan al-Khabīr adalah Nama Allah.