2-24 Dunia ini adalah Tempat Kesulitan dan Kepayahan – Ulasan Syaikh Ahmad Zarruq

AL-ḤIKAM
IBN ‘ATHĀ’ILLĀH
(Diterjemahkan dari: Ḥikamu Ibni ‘Athā’illāh: Syarḥ-ul-‘Ārif bi Allāh Syaikh Zarrūq)

Ulasan al-‘Arif Billah
Syekh Ahmad Zarruq

Penerjemah: Fauzi Bahreisy dan Dedi Riyadi
Penerbit: Qalam (PT Serambi Semesta Distribusi).

24. لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الْأَكْدَارِ مَا دُمْتَ فِي هذِهِ الدَّارِ فَإِنَّهَا مَا أَبْرَزَتْ إِلَّا مَا هُوَ مُسْتَحِقُّ وَصْفِهَا وَ وَاجِبُ نَعْتِهَا

Selama kau berada di tempat ini (dunia), jangan aneh melihat sesuatu yang mengeruhkan jiwa, karena dunia ini hanya memunculkan segela yang bisa disifati dan yang wajib disifati.”

Itu karena dunia disifati dengan kerendahan, atau kesulitan. Artinya, dunia ini adalah tempat kesulitan dan kepayahan. Usianya pendek, barangnya sedikit, dan ujiannya sangat banyak. Barang siapa yang menempatkan dirinya sesuai dengan apa yang telah ditentukan untuknya dan ia beramal di dalamnya maka ia akan mendapatkan kenyamanan, dan seluruh waktunya berada dalam kedamaian. Barang siapa yang menantikan kebalikannya maka ia akan merasa lelah tanpa mendapatkan hasil apa-apa. Karena itulah Ja‘far ash-Shādiq r.a. (441) mengatakan: ‘Barang siapa menuntut apa yang tidak diciptakan untuknya, niscaya ia akan lelah dan tidak akan diberi rezeki, yakni kenyamanan dan istirāḥ di dunia.” Kemudian ia bersenandung:

Kau menuntut rehat di negeri fana’
Merugilah dia yang menghendaki
apa yang takkan mungkin mewujud.

Diriwayatkan bahwa al-Junaid mengatakan: “Aku tidak mengharapkan kepuasan atas apa-apa yang datang kepadaku dari alam ini, karena aku telah menegaskan asal, yaitu bahwa dunia adalah negeri keraguan dan kepalsuan, seluruh alam adalah keburukan. Di antara hukum alam adalah ia memberiku segala yang kubenci. Jika ia memberiku sesuatu yang kucintai maka itu adalah bonus. Jika tidak, maka yang menjadi sumber asal adalah yang pertama.”

Ibnu Mas‘ūd r.a. (452) mengatakan: “Dunia adalah tempat ilusi dan kepalsuan. Apa pun di dalamnya yang memberi kebahagiaan adalah bonus.

Maka, segala kesibukan, kepayahan, kesulitan, dan sebagainya harus ditujukan untuk Allah s.w.t. sehingga Dia akan membalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat. Inilah yang diperingatkan oleh Ibnu ‘Athā’illāh r.a.: (lihat Ḥikam # 25)

Catatan:

  1. 44). Abū ‘Abdillāh Ja‘far ibn Muḥammad al-Bāqir ibn Zain-il-‘Ābidīn ibn al-Ḥusain al-Hāsyimī al-Quraisyī, Imām keenam di kalangan Syī‘ah Imāmiyyah. Pemimpin kalangan tābi‘īn. Ia memiliki kedudukan yang tinggi dalam ilmu. Banyak ‘ulamā’ besar yang berguru kepadanya, seperti Abū Ḥanīfah, Mālik, dan Jābir ibn Ḥayyān. Ia dilahirkan di Madīnah pada 80 H./699 M. dan meninggal di sana pada 148 H./765 M. Lihat: Wafayāt-ul-A‘yān, Nuzhat-ul-Jālis-il-Mūsāwī, jilid 2, juga al-A‘lām-iz-Zarkalīy, jilid 1 hal. 186.
  2. 45). ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd ibn Ghāfil ibn Ḥubaib al-Hazalī, termasuk sahabat besar yang dikenal sebagai ahli ilmu, ahli pikir, dan sangat dekat kepada Rasūlullāh s.a.w. Ia termasuk di antara kelompok yang pertama memeluk Islam. Ia menjadi pelayan Rasūlullāh s.a.w. dan sahabat beliau baik di rumah, dalam perjalanan, maupun dalam berbagai peperangan. ‘Umar r.a. berkata tentangnya: “Sesungguhnya ia adalah wadah yang penuh dengan ilmu.” Ia meriwayatkan sekitar 848 hadits dari Rasūlullāh s.a.w. yang terdokumentasikan dalam Shaḥīḥ-ul-Bukhārī dan Shaḥīḥu Muslim. Ia meninggal di Madīnah pada masa Khalīfah ‘Utsmān r.a. ketika berusia 60 tahun. Lihat biografinya dalam al-Ishābah, jilid 2 hal. 368, al-A‘lām-iz-Zarkalīy, jilid 2 hal. 586.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *