Tempat Orang Kikir dan Dermawan
‘Ā’isyah r.a. menuturkan bahwa seorang wanita muda menghadap Rasūlullāh Saw. mengeluhkan tangan kanannya yang kaku tak dapat digerakkan. Ia berkata, “wahai Rasūlullāh, berdoalah kepada Allah agar tanganku sembuh seperti sedia kala.”
“Apa yang menyebabkan tanganmu seperti ini?” tanya Rasūlullāh Saw.
“Aku bermimpi Kiamat tiba. Neraka Jahannam menyala-nyala. Pintu-pintu surga telah dibuka. Lalu, aku melihat ibuku berada di tepi Neraka Jahannam. Pada salah satu tangannya ada sepotong lemak hewan, dan di tangan lainnya sepotong kain yang dipakai untuk menangkis korban api yang menyambar-nyambar.
‘Mengapa Ibu berada di tepi neraka? Padahal, Ibu taat kepada Allah dan ayah ridha kepadamu,’ aku bertanya kepada ibuku.
‘Anakku, ketika di dunia aku adalah orang yang kikir! Tempat ini diperuntukkan bagi orang yang kikir,’ begitu ibuku menjawab.
‘Apakah lemak dan kain yang ada di tanganmu itu?’
‘Kedua benda inilah yang pernah ibu sedekahkan selama di dunia. Hanya kedua benda inilah yang pernah kusedekahkan sepanjang hidupku.’
‘Lalu, di mana Ayah?’
‘Ayahmu berada di surga. Ia orang yang dermawan. Surga diperuntukkan bagi orang dermawan.’
Lalu, aku pergi ke surga menemui ayahku. Ternyata, ia sedang berdiri di sisi telaga, memberi minum orang-orang.
Lantas aku berkata: ‘Ayah, ibuku adalah istrimu yang taat kepada Allah dan engkau ridha kepadanya. Sekarang, ia berada di tepi Jahannam. Api berkobar-kobar menyambar tubuhnya, sedangkan di sini Ayah memberi minum orang lain dari telaga Nabi. Berilah ibu seteguk air dari telaga ini!’
‘Wahai Putriku, Allah telah mengharamkan telaga Nabi ini untuk orang yang kikir dan berdosa,’ jawab ayahku.
Lalu, aku mengambil segelas air telaga itu tanpa seizin ayahku dan membawanya ke Neraka Jahannam. Aku meminumkannya kepada ibuku yang sangat kehausan. Tiba-tiba, aku mendengar suara: ‘Mudah-mudahan Allah menjadikan kaku tangan orang yang memberi minum orang kikir dengan air dari telaga Nabi!’
Sejak saat itulah tanganku menjadi kaku, wahai Rasūlullāh.”
Mendengar kisah wanita itu, Rasūlullāh Saw. meletakkan serbannya ke tangan wanita itu dan mendoakannya: “Ya Allah, demi kebenaran mimpi yang diceritakannya, sembuhkanlah tangan wanita ini!”
Seketika, tangan wanita itu kembali bisa digerakkan.[]