2-15 Cinta Rasūlullāh kepada Keluarganya – 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah

115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasūlullāh Saw

Oleh: FUAD ABDURAHMAN
(Penulis buku bestseller The Great of Two Umars)

Penerbit: Penerbit Noura Books
(PT Mizan Publika)

Untuk kedua orangtuaku:
Ma’mun Fudholi ibn K.H. Ahmad Fudholi
Siti Sobariyah

Untuk dua guruku:
Al-‘Allamah Al-Ustadz Qurtubi (Alm.)
Drs. K.H. Pepe Syafi‘i Mukhtar (Alm.)

Diketik Oleh: Zahra’

Cinta Rasūlullāh kepada Keluarganya

Umm-ul-Mu’minīn, ‘Ā’isyah r.a. menuturkan: “Tidak pernah aku melihat seorang pun yang paling mirip keadaannya dengan Rasūlullāh Saw. dalam cara berdiri dan cara duduknya seperti Fāthimah, putri beliau. Bila ia datang, Rasūlullāh segera berdiri menyambutnya, menciumnya, dan mendudukkanya di tempat duduknya.”

Begitu sering Rasūlullāh Saw. mencium Fāthimah sehingga ‘Ā’isyah r.a. pernah menegurnya. Namun, Rasūlullāh yang menjawab: “Wahai ‘A’isyah, kalau aku merindukan surga, aku akan mencium Fāthimah.” Bahkan. Rasūlullāh Saw. mengungkapkan kecintaannya kepada putrinya di hadapan para sahabatnya. Beliau sering berujar: “Sesungguhnya Fāthimah adalah belahan jiwaku. Siapa pun yang menyakitinya berarti ia menyakitiku. Siapa pun membuatnya marah, berarti ia membuatku marah.”

Rasūlullāh Saw. juga sangat mencintai cucu kesayangannya, Al-Ḥasan dan al-Ḥusain. Ibn ‘Abbās r.a. bercerita: “Suatu hari, ketika kami berkumpul bersama Rasūlullāh, Fāthimah datang sambil menangis. Tentu saja, Rasūlullāh kaget dan bertanya: ‘Biarlah ayahmu ini menjadi tebusanmu, mengapa engkau menangis Putriku?’ Fāthimah menjawab: ‘Al-Ḥasan dan al-Ḥusain pergi keluar rumah dan aku tidak tahu dimana mereka saat ini.’

Rasūlullāh berkata: ‘Jangan menangis, karena pencipta mereka lebih menyayangi mereka daripada engkau dan aku.’ Jibrīl pun turun dan berkata: ‘Wahai Muḥammad, jangan berduka. Mereka ada di perkampungan Bani Najjār. Keduanya tertidur. Allah telah mengutus malaikat untuk menjaganya.’

Kemudian Rasūlullāh Saw. berserta beberapa sahabat berangkat menuju perkampungan Bani Najjār. Mereka mendapati keduanya tidur berpelukan dan malaikat menaungi mereka dengan kedua sayapnya. Rasūlullāh Saw. mengambil mereka dan memeluknya hingga mereka terbangun. Beliau meletakkan al-Ḥasan di bahu kanannya dan al-Ḥusain di bahu kirinya. Abu Bakar yang melihatnya berkata, ‘Wahai Rasūlullāh, berikan salah seorang anak itu untuk kugendong.’ Rasūlullāh Saw. menjawab: ‘Alangkah indahnya kendaraan mereka dan alangkah indahnya para penunggangnya.’

Tiba di masjid, beliau berdiri dengan al-Ḥasan dan al-Ḥusain masih berada di kedua bahunya. Kemudian beliau berkata: ‘Wahai Muslim, maukah kutunjukan kepada kalian orang yang paling baik, kakek dan neneknya?’ Mereka menjawab: ‘Tentu saja, wahai Rasūlullāh.’ Beliau bersabda: ‘Al-Ḥasan dan al-Ḥusain. Kakek mereka Rasūlullāh, penutup para rasul, dan nenek mereka Khadījah binti Khuwailid, penghulu wanita ahli surga.’”

Suatu hari, al-Ḥasan dan al-Ḥusain melihat rombongan kafilah lewat dan mereka melihat seorang anak kecil di atas seekor unta. Mereka pun merengek kepada sang kakek, Rasūlullāh Saw., agar bisa naik unta. Maka, Rasūlullāh Saw. menbungkuk menjadikan tubuh beliau bagaikan unta dan menyuruh keduanya naik ke punggung. Kemudian, beliau merangkak keliling ruangan sehingga mereka tertawa-tawa senang. Kelak, beliau mengatakan betapa bahagianya menjadi tunggangan anak-anak yang sangat dicintainya.

Di lain kesempatan, Rasūlullāh Saw. pernah memanjangkan sujud ketika shalat isya sehingga jamaah menyangka beliau sedang menerima wahyu. Usai shalat, beliau menjelaskan: “Tidak, bukan karena itu. Anakku menunggangi punggungku. Aku tidak ingin menyegerakan sujudku sebelum ia memenuhi hajatnya.”[]