2-14 Pemberian Nama Yang Indah – 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah

115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasūlullāh Saw

Oleh: FUAD ABDURAHMAN
(Penulis buku bestseller The Great of Two Umars)

Penerbit: Penerbit Noura Books
(PT Mizan Publika)

Untuk kedua orangtuaku:
Ma’mun Fudholi ibn K.H. Ahmad Fudholi
Siti Sobariyah

Untuk dua guruku:
Al-‘Allamah Al-Ustadz Qurtubi (Alm.)
Drs. K.H. Pepe Syafi‘i Mukhtar (Alm.)

Diketik Oleh: Zahra’

Pemberian Nama yang Indah

 

Betapa senang Abū Usaid di hari itu, karena ia baru saja dikaruniai oleh Allah Swt. seorang putra. Saat bayinya lahir dengan selamat, Abū Usaid langsung ingat apa yang dilakukan az-Zubair ibn al-‘Awwām dan istrinya, Asmā’ binti Abī Bakar. Suami-istri ini dikaruniai seorang putra bernama ‘Abdullāh, yang kelahirannya disambut penuh suka cita oleh kaum Muslim. Mereka bergembira karena kelahiran ‘Abdullāh mematahkan ramalan yang disebarluaskan kaum Yahudi bahwa kaum Muslim tidak akan pernah memiliki keturunan selama menetap di Madīnah.

Abū Usaid pun ingat bagaimana pasangan itu membawa bayi mereka kepada Rasūlullāh Saw. agar beliau menyuapkan makanan awal dari kunyahan beliau kepada bayi mereka, kemudian memberinya nama yang indah.

Maka, Abū Usaid bergegas membawa bayinya kepada Rasūlullāh Saw. Kebetulan saat itu beliau sedang ada di masjid bersama para sahabat. Betapa gembira beliau melihat Abū Usaid yang datang membawa bayinya. Rasūlullāh Saw. langsung mengambil bayi itu dan meletakkan di pangkuannya, sedangkan Abū Usaid duduk di samping beliau.

Namun, tidak lama kemudian tiba-tiba Rasūlullāh Saw. menyerahkan kembali sang bayi kepada Abū Usaid. Beliau berdiri dan meninggalkan masjid menuju rumah salah seorang istrinya. Tentu saja, Abū Usaid bingung melihat tindakan beliau. Ia tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang beliau kehendaki. Ia terpaku diam ketika salah seorang sahabat menggendong bayinya.

Belum lenyap kebingungannya, tiba-tiba Rasūlullāh Saw. datang lagi ke masjid, mendekatinya, dan berkata: “Wahai Abū Usaid, di mana bayi tadi?”

“Itu, wahai Rasūlullāh,” ujar Abū Usaid.

Setelah menerima kembali bayi itu, Rasūlullāh Saw. menyuapinya dengan kunyahan kurma yang beliau ambil dari rumah salah seorang istri beliau, kemudian mengusap bayi itu dan mendoakannya.

“Siapa nama bayi ini?” tanya Rasūlullāh Saw.

“Fulan, wahai Rasūlullāh,” jawab Abū Usaid.

“Jangan! Berilah ia nama “Al-Mundzir”,” saran Rasūlullāh Saw.

Maka, Abū Usaid pun memberi nama putranya itu dengan nama indah yang diberikan Rasūlullāh Saw.: “Al-Mundzir”.[]