Hati Senang

Waktu-waktu Terlarang Menunaikan Shalat – Fikih Empat Madzhab

Fikih Empat Madzhab
(Maliki, Hanafi, Hanbali, Syafi‘i)
(Judul: Ijmā‘-ul-A’immat-il-Arba‘ati waikhtilāfihim).
Oleh: Al-Wazir Yahya bin Muhammad bin Hubairah


Penerjemah: Ali Mh.
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Bab: Waktu-waktu Terlarang Menunaikan Shalat (516[efn_note]516). Dalam manuskrip “Z” dan “C” tertulis: Bab Mengqadhā’ shalat-shalat yang tertinggal. Lih. Bidāyat-ul-Mujtahid (1/355), al-Majmū‘ (4/69), al-Hidāyah (1/80), dan Badā’i‘-ish-Shanā’ī‘ (1/537).[/efn_note]) Yaitu Saat Matahari Terbit, Saat Berada di Tengah Langit dan Saat Tenggelam.

 

339. Mereka (Mālik, Abū Ḥanīfah, Aḥmad bin Ḥanbal, dan asy-Syāfi‘ī) sepakat bahwa wajib mengqadha’ shalat-shalat yang tertinggal. (517[efn_note]517). Lih. al-Mughnī (1/783), Raḥmat-ul-Ummah (50), dan al-Hidāyah (1/78).[/efn_note]).

 

340. Mereka berbeda pendapat tentang mengqadha’ shalat-shalat yang tertinggal pada waktu-waktu terlarang.

Abū Ḥanīfah berkata: “Hukumnya tidak boleh.”

Mālik, asy-Syāfi‘ī, dan Aḥmad berkata: “Hukumnya boleh pada waktu-waktu tersebut saat matahari terbit, saat matahari tergelincir dan saat terbenam.” (518[efn_note]518). Lih. al-Majmū‘ (4/78), at-Taḥqīq (3/255), al-Mughnī (1/784), Raḥmat-ul-Ummah (50), dan al-Isyrāf (1/350).[/efn_note]).

 

341. Mereka berbeda pendapat tentang orang yang shalat Shubuḥ saat matahari terbit (matahari terbit saat dia sedang shalat Shubuḥ).

Abū Ḥanīfah berkata: “Shalatnya batal.”

Mālik, asy-Syāfi‘ī, dan Aḥmad berkata: “Shalatnya sah.” (519[efn_note]519). Lih. at-Taḥqīq (3/273), al-Majmū‘ (4/76), al-Mughnī (1/784), Raḥmat-ul-Ummah (50).[/efn_note]).

 

342. Mereka sepakat bahwa apabila matahari terbenam saat seseorang sedang menunaikan shalat ‘Ashar maka shalatnya sah. (520[efn_note]520). Lih. Raḥmat-ul-Ummah (50).[/efn_note]).

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.