Bagian Kedua
Syekh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
Tak pelak lagi, shalat adalah penyejuk hati orang yang mencintai Allah, nikmat bagi siapa pun yang mengesakan-Nya, taman indah bagi para ahli ibadah, kesenangan jiwa bagi kalangan yang khusyu‘, kemuliaan bagi orang yang meyakini kebenaran janji-Nya, penanda kemurnian kalangan yang menempuh jalan-Nya, dan rahmat Allah bagi hamba-hambaNya yang beriman.
Lebih dari itu, shalat merupakan hadiah dari Allah bagi mereka. Dia menunjukkan dan mengenalkannya kepada mereka melalui Rasul-Nya yang mulia. Shalat merupakan wujud dan bukti kasih sayang Allah serta penghormatan dari-Nya untuk mereka. Berkat shalat, seorang hamba dapat meraih kehormatan mulia dari Allah dan menjadi orang yang didekatkan kepada-Nya. Sungguh Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan apa pun dari hamba-hambaNya. Semua keagungan dan kemuliaan itu semata-mata merupakan karunia dan anugerah dari-Nya untuk mereka.
Dalam shalat, hati dan raga seorang hamba bersama-sama menyembah Allah. Seluruh bagian tubuhnya bergerak menunjukkan kerendahan diri sebagai hamba, sementara hatinya terhubung kepada-Nya. Karena itu, semua bagian tubuh dan juga hati seorang hamba yang shalat akan mendapat bagian kebaikan dari Allah, Sang Maha Kaya. Hanya saja, hati seorang hamba yang shalat akan mendapatkan imbalan yang lebih baik, lebih sempurna, dan lebih besar daripada yang didapatkan bagian tubuh lainnya. Sebab, ia menghadap kepada Tuhannya, senang, dan bahagia berada dekat dengan-Nya. Ia juga menikmati rindu dan cinta kepada-Nya. Ia merasakan kenikmatan rindu dan cinta kepada-Nya. Ia merasakan kenikmatan penuh saat berdiri di hadapan-Nya. Ketika seorang hamba berdiri menyembah Allah, seluruh perhatiannya tertuju hanya kepada-Nya dan berpaling dari segala sesuatu selain Dia. Dengan demikian, sempurnalah penyembahannya, lahir dan batin, sesuai dengan tata cara yang diridai Allah.
Allah menjadikan untuk hamba-hambaNya nafsu sebagai ujian bagi mereka. Dan, sebagai tanda kasih sayang dan kebajikan-Nya kepada mereka, Dia menyediakan untuk mereka aneka hadiah, ganjaran, dan pemberian jika mereka mampu mengendalikan nafsu dan istiqamah beribadah kepada-Nya. Dia mengundang mereka untuk menjumpai dan bercengkerama dengan-Nya setidaknya lima kali dalam sehari. Dia menyediakan berbagai macam hidangan yang nikmat dan lezat dalam setiap momen perjumpaan. Semua hidangan itu memberi mereka manfaat, kebaikan, dan kenikmatan yang tiada taranya. Mereka benar-benar diistimewakan karena mendapat undangan tersebut. Mereka mendapat kenikmatan dan kepuasan sempurna dari semua jamuan yang Dia sediakan. Ibadah shalat, yang menjadi momen perjumpaan antara hamba dan Tuhan, benar-benar istimewa. Saking istimewanya, setiap gerakan dan ucapan dalam shalat dapat menghapus kesalahan dan perbuatan tercela yang dilakukan seorang hamba. Bahkan, Allah menjanjikan cahaya dan kebaikan bagi siapa pun yang menunaikan shalat dan menjumpai-Nya dengan khusyu‘. Sesungguhnya shalat merupakan cahaya yang memberi kekuatan pada hati dan semua anggota tubuh orang yang menunaikannya. Shalat juga akan meluaskan rezekinya dan menjadikannya hamba yang dicintai hamba-hamba lainnya. Tidak hanya itu, malaikat pun akan mencintainya, begitu pula seluruh isi bumi, gunung-gunung, pepohonan, dan sungai-sungai. Setelah semua nikmat dan anugerah di dunia, ia pun akan mendapatkan cahaya, kemuliaan, dan pahala kebaikan kelak di akhirat.
Karena semua kebaikan dan kenikmatan itu, setelah menunaikan shalat, seorang hamba akan merasa kenyang, puas, dan segar. Allah pun menghiasinya dengan keindahan yang layak untuknya serta memberinya kecukupan.
Keadaannya berbeda ia berdiri menunaikan shalat dan bermunajat kepada-Nya. Hatinya lapar, kering, dan tandus. Ia juga merasa kehausan, tidak punya sandang, dan mengidap aneka penyakit. Tetapi setelah menghadiri perjamuan agung itu, Allah memberinya kecukupan dan membekalinya dengan berbagai macam makanan, minuman, pakaian dan hadiah.
Keadaan hati manusia bagaikan tanah. Dari waktu ke waktu, hati dan jiwa manusia kerap mengalami
Hati yang kosong dari mengingat Allah niscaya tidak akan mau mencintai, mendekat, dan memohon kepada-Nya. Akibatnya, semakin hari, hati yang lalai itu semakin kering dan tandus disengat panasnya hawa nafsu dan dibakar api syahwat yang berkobar-kobar.
kekeringan. Karena itulah Allah terus menyeru hamba-hambaNya untuk menghadiri perjamuan dan perjumpaan dengan-Nya. Sedikitnya lima kali dalam sehari Allah mengundang mereka untuk menyirami hati mereka, menyuburkan, dan menyegarkannya lagi. Itu membuktikan kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya.
Hati manusia memerlukan siraman dari-Nya setiap saat. Setiap hamba harus terus meminta kepada Allah, yang maha memiliki kelembutan, kenikmatan, dan cahaya agar senantiasa menyegarkan serta menyuburkan hatinya. Ia harus memohon kepada-Nya agar mencurahkan hujan rahmat yang dapat menyuburkan tanah hatinya sehingga pohon-pohon keimanan tumbuh segar dan kukuh yang membuahkan kebaikan dan manfaat. Ia harus terus meminta agar Allah melimpahkan kepadanya cucuran kasih sayang sehingga jiwanya yang kering kembali segar dan bersemi. Sudah semestinya setiap hamba memohon agar selalu disirami air kasih sayang dan hujan pertolongan, karena Allah sendiri memerintahkan mereka untuk memohon dan mengadukan segala resah kepada-Nya. Semua nikmat, kebaikan, dan curahan kasih sayang Allah itu bisa dihaturkan melalui shalat – saat dan cara yang paling tepat untuk bermunajat kepada-Nya. Itulah kebiasaan yang mesti dijaga setiap hamba Allah sepanjang hidupnya.
Setiap hamba harus terus memohon agar dicurahi hujan rahmat sehingga hatinya tidak kekeringan. Sebab, hati yang kering akan membuatnya lalai, enggan, dan malas melakukan ibadah dan kebaikan. Maka, ketika seorang hamba lalai dan malas, berarti hatinya tengah mengalami kekeringan. Solusi untuk mengatasi hati yang kering adalah senantiasa mengingat Allah dan menghadap dengan tulus kepada-Nya. Dengan begitu, niscaya rahmat Allah akan selalu menyirami hatinya bak hujan yang tercurah deras. Sebaliknya, hati yang lalai dari mengingat Allah dan enggan menghadap kepada-Nya, niscaya akan mengalami kekeringan sesuai dengan tingkat kelalaiannya. Jika hatinya dikuasai kelalaian, niscaya tanah hatinya akan kering dan mati terbengkalai. Api nafsu akan membakar segala tanaman yang tumbuh di sana dengan mudah. Hawa panas akan mengepungnya dari segala penjuru bak angin samum yang sangat panas. Setelah itu, lahan hatinya menjadi panas meskipun sebelumnya terlihat subur dan dipenuhi berbagai macam tanaman, buah-buahan, dan juga bunga-bunga yang indah menyegarkan.
Namun, jika seorang hamba setiap saat mencari dan memohon pertolongan kepada Allah melalui shalat, zikir, dan doa maka hujan rahmat akan melimpahi hatinya sehingga pohon keimanan tumbuh subur di sana, yang berbuah segala kebaikan. Hujan rahmat akan menyuburkan lahan hatinya sehingga tumbuh berbagai tanaman, pepohonan, dan bunga yang indah segar.
Hati yang kering bagaikan kebun yang tandus. Kebun yang tandus tidak akan menumbuhkan pohon atau bunga-bunga. Bahkan, rumput dan ilalang pun enggan tumbuh di sana. Pohon yang sudah tumbuh tinggi akhirnya mati jika tidak segera diairi. Batangnya mengering, begitu pula tangkai dan ranting-rantingnya. Daun-daunnya berguguran hingga yang tersisa hanya ranting dan batang yang kering. Karena kering, saat kau menggapainya, ranting pohon itu seketika patah. Tak ada kebaikan yang tersisa pada pohon kering seperti itu, kecuali ditebang dan dijadikan kayu bakar.
Seperti itulah perumpamaan hati manusia. Hati yang kosong dari mengingat Allah niscaya tidak akan mau mencintai, mendekat, dan memohon kepada-Nya. Akibatnya, semakin hari, hati yang lalai itu semakin kering dan tandus disengat panasnya hawa nafsu dan dibakar api syahwat yang berkobar-kobar. Lebih jauh, anggota tubuh, yang diibaratkan ranting-ranting pohon, juga pasti mengering dan kaku. Ranting yang kering tidak bisa dilenturkan. Jika ditarik paksa, ia pasti patah. Begitu pula anggota tubuh manusia, yang tidak akan mengikuti perintah hatinya.
Apabila keadaan hati dan tubuh seperti itu, tak ada hal lain yang bisa dilakukan untuknya kecuali mempersembahkannya kepada api sebagai kayu bakar.
فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِّنْ ذِكْرِ اللهِ أُوْلئِكَ فِيْ ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ
Maka, kecelakaan besar bagi mereka yang hatinya membatu untuk mengingat Allah. Sungguh mereka dalam kesesatan yang nyata. (az-Zumar [39]: 22)
Keadaannya jauh berbeda dengan hati yang selalu mendapat curahan rahmat Allah. Hati yang selalu ingat dan menyembah Allah bagaikan pohon yang tumbuh subur dan segar. Semua dahan dan rantingnya tumbuh segar, kukuh, tetapi lentur. Ranting atau dahan-dahan pohon itu adalah anggota tubuh yang akan tunduk dan patuh melakukan segala perintah dan keinginan hati. Ketika hati mengajak dan menyuruhnya melakukan kebaikan, niscaya anggota tubuh memenuhi ajakannya dengan patuh. Jika hati menyerunya untuk menaati Allah, anggota tubuh segera menyambut seruannya dengan tulus, lembut, dan santun. Buah yang ranum dan segar akan dihasilkan dari pohon yang tumbuh subur dan kukuh. Pada seorang hamba, buah yang dipetik dan dihasilkannya adalah ibadah yang tulus kepada Allah serta hidup yang penuh manfaat bagi dirinya dan sesama manusia.
Pohon yang tumbuh subur itu menghasilkan buah segar yang berlimpah karena secara rutin terus dipupuk dan disirami. Keadaan manusia pun seperti itu. Anggota tubuh kita akan terus melakukan kebaikan kepada Allah dan sesama manusia jika hati kita terus mendapat curahan rahmat Allah. Sementara, curahan rahmat Allah yang akan turun ke dalam hati orang-orang yang selalu mengingat dan mencintai-Nya. Sebaliknya, jika hati seorang hamba mengalami kekeringan, karena enggan mengingat Allah, semua anggota tubuhnya pun tidak akan mau mengerjakan amal kebaikan dan ketaatan, karena air dan pupuk yang dibutuhkan untuk menyuburkan
Manusia yang paling dimurkai Allah adalah orang yang menganggur, yang tidak berusaha melakukan apa pun untuk kepentingan dunianya dan juga akhiratnya. Alih-alih, ia menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya
hati telah terputus. Padahal, air dan pupuk itulah yang menjadi sumber kehidupannnya. Hati yang kering tidak dapat mengantarkan dan mensuplai nutrisi yang menjadi sumber kehidupan ke semua anggota tubuh lainnya. Akibatnya, anggota tubuh pun mengalami kekeringan dan kelumpuhan, tak mampu melakukan ketaatan dan amal kebaikan apa pun. Padahal semua anggota tubuh kita memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Masing-masing anggota tubuh kita diharuskan melakukan ketaatan sesuai dengan bakat dan ketetapan yang telah ditentukan untuknya sejak ia diciptakan.