2-1-11 Selamatnya Ayah dan Ibunya Nabi Muhammad S.A.W. – Kajian Tijan ad-Durari

KAJIAN TIJAN AL-DURARI
Dilengkapi Tanya Jawab Seputar Tauhid

Penyusun: M. Fathu Lillah, M. Muqoyyimul Haq

Penerbit: Santri Salaf Press

11. Selamatnya Ayah dan Ibunya Nabi Muhammad s.a.w.

Apakah ayah dan ibunya Nabi Muhammad s.a.w. itu selamat dan beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w.?

Jawaban:

Ya selamat dan beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w.

 

Referensi:

كفاية العوام. ص. 26:

تَنْبِيْهٌ: إِذَا عَلِمْتَ أَنَّ أَهْلَ الْفَتْرَةِ نَاجُوْنَ عَلَى الرَّاجِحِ عَلِمْتَ أَنَّ أَبَوَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَاجِيَانِ لِكُوْنِهِمَا مِنْ أَهْلِ الْفَتْرَةِ بَلْ هُمَا مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لِإِحْيَائِهِمَا لَهُ فَآمَنَا بِهِ بَعْدَ الْبِعْثَةِ. وَ هذَا الْحَدِيْثُ هُوَ مَا رُوِيَ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ سَأَلَ رَبَّهُ أَنْ يُحْيِيَ لَهُ أَبَوَيْهِ أَحْيَاهُمَا لَهُ فَآمَنَا بِهِ ثُمَّ أَمَاتُهُمَا قَالَ السُّهَيْلِيْ وَ اللهُ قَادِرٌ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ لَهُ أَنْ يَخُصَّ نَبِيَّهُ بِمَا شَاءَ مِنْ فَضْلِهِ وَ يَنْعِمُ عَلَيْهِ بِمَا شَاءَ مِنْ كَرَامَتِهِ اهـــ.

Peringatan: Jika engkau mengetahui bahwa sesungguhnya ahli fatrah (zaman peralihan) itu semuanya selamat menurut pendapat yang kuat, maka engkau akan mengetahui bahwa orang tua Nabi Muhammad s.a.w. juga selamat, karena keduanya termasuk dari ahli fatrah bahkan keduanya merupakan ahli Islam karena keduanya dihidupkan oleh Allah (karena permintaan Nabi) kemudian keduanya beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. Hadits yang menjelaskan tentang ini diriwayatkan oleh ‘Urwah, beliau dari Sayyidatina ‘A’isyah bahwasanya Rasulullah s.a.w. meminta kepada Tuhannya (Allah) untuk menghidupkan kembali kedua orang tuanya, kemudian Allah menghidupkan keduanya lalu keduanya beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. Kemudian Allah mencabut kembali ruh keduanya. Imam Suhail berkata: Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bagi-Nya berhak mengkhususkan Nabinya dengan sesuatu yang Dia kehendaki dari anugerahnya dan memberi nikmat kepada Nabi-Nya dengan apa yang Dia kehendaki dari sifat Dermawan-Nya.

11 Komentar

  1. Lexi Monie Subscriber berkata:

    Terima kasih guru .. Sehat selalu guru

  2. Ahmad Syahroni Subscriber berkata:

    Alhamdulillah semoga ilmu yang saya peroleh akan menjadi ilmu yang bermanfaat baik di dunia maupun di akherat kelak, Aamiin

    1. Majlis Dzikir Hati Senang berkata:

      Aamiiin aamiiin Ya Allah!

    2. Dede berkata:

      Asss..
      Maaf saya mau bertanya.. mana yang paling benar bacaannya.. apakah ya rosululloh atau ya rosulalloh..
      terima kasih mohon maaf sebelumnya.

      1. Majlis Dzikir Hati Senang berkata:

        Wa ‘alaikum salam. Yang benar adalah “Ya Rasulallah” karena ada “Ya” (Wahai) dan “Rasulallah” adalah Isim yang berbentuk idhafah (disandarkan) dan tanda akhir untuk kata yang disandarkan adalah nashab (fathah).
        Semoga bermanfaat. Aamiiinx3 ?

        1. Dede berkata:

          Maaf ustad.. bagaimana kalau dibaca ya rosululloh boleh tidak dan bisa tidak…
          Mohon balasannya terima kasih.

          1. Majlis Dzikir Hati Senang berkata:

            Salam sobat Dede Kamaludin.

            Sebagaimana penjelasan kami sebelumnya; kalau mengikuti tata Bahasa Arab yang benar adalah “Ya Rasulallah” dan tetap salah kalau dibaca “Ya Rasulullah”. Untuk mengetahui lebih lanjut sobat bisa merujuk ke “Bab-ul-Munada” dalam kitab al-Ajrumiyyah/Jurumiyyah.

            Tetapi kalau dalam konteks bahasa Indonesia seperti kebiasaan di sini dibaca “Rasulullah” kemudian ditambah “Ya (wahai)” dan tetap dibaca “Rasulullah” tidak apa-apa kalau dianggap berbahasa Indonesia. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

        2. Jenal mutaqin berkata:

          Assalamualaikum wrwb.maaf syeikh mau bertanya.di atas disebutkan dlm kitab kifayatul awam shohifah 62 itu di dlm kitab kifayatul awam yang kuning atau dishohifah kitab kifayatul awam yg mana…?
          mohon jawaban nya.
          syukron.
          wassalaam

          1. Muslim berkata:

            Wa ‘alaikum salam wr. wb. Mohon maaf sebelumnya atas keterlambatan kami dalam menjawab pertanyaan sobat ?. Jawaban kami adalah sbb: Kemungkinan besar yang adalah kitab kuningnya tetapi tidak dapat kami pastikan karena kitab kuning kifayat-ul-awam belum kami miliki. Sebenarnya kami berenca untuk membuat satu bagian khusus kitab kuning tetapi belum terlaksana. Mohon doanya agar In sya Allah dapat terlaksana. Terima kasih.

  3. Dede berkata:

    Terima kasib ustad atas jawabannya.

    1. Majlis Dzikir Hati Senang berkata:

      Alhamdulillahi wa syukru lillah, sama-sama sobat. ?

Tinggalkan Balasan ke Jenal mutaqin Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *