Kisah Nabi Yusuf A.S. – Kisah 25 Nabi & Rasul (1/2)

KISAH 25 NABI DAN RASŪL
Diserti Dalil-dalil al-Qur’ān
 
Penyusun: Mahfan, S.Pd.
Penerbit: SANDRO JAYA

Rangkaian Pos: Kisah Nabi Yusuf A.S. - Kisah 25 Nabi & Rasul

11. KISAH NABI YŪSUF A.S.

 

Nabi Yūsuf a.s. anak Nabi Ya‘qūb a.s. dari keturunan Nabi Ibrāhīm a.s.. Beliau sejak kecil amat dicintai oleh ayahnya melebihi saudara-saudaranya yang lain. Karena itulah saudara-saudaranya merasa iri kepada Nabi Yūsuf a.s.. Memang, Nabi Yūsuf memiliki keistimewaan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Beliau berbudi pekerti yang luhur dan sangat rupawan.

Mimpi Nabi Yūsuf a.s.

Pada suatu ketika, Nabi Yūsuf a.s. menghadap ayahnya, Nabi Ya‘qūb a.s. dan menceritakan tentang mimpi yang ia alami pada malam harinya. Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. menceritakan hal ini dengan firman-Nya:

إِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِأَبِيْهِ يَا أَبَتِ إِنِّيْ رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِيْ سَاجِدِيْنَ. قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلى إِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Artinya:

(Ingatlah), ketika Yūsuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku.” Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesunngguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yūsuf: 4-5)

Nabi Ya‘qūb memang menaruh rasa sayang yang berlebihan kepada Yūsuf dan Bunyamin, dua anaknya yang lahir dari istri yang bernama Rahil. Bunyamin adalah anak bungsu yang ditinggalkan ibunya sesaat setelah ia lahir. Itulah sebabnya, Nabi Ya‘qūb a.s. memberikan kasih sayang yang besar terhadapnya. Begitu pula dengan Yūsuf, setelah beliau menceritakan mimpinya kepada ayahnya bertambahlah kecintaan Nabi Ya‘qūb a.s. kepadanya. Tetapi, semua itu membuat saudara-saudara mereka semakin menaruh kedengkian dan kebencian yang membara.

Musyawarah untuk Melenyapkan Yūsuf

Suatu ketika, saudara-saudara Nabi Yūsuf a.s. berkumpul semua, kecuali Bunyamin. Mereka membicarakan tentang tindakan ayah mereka, Nabi Ya‘qūb a.s., yang membedakan kasih sayangnya di antara anak-anaknya. Dalam anggapan mereka, Nabi Ya‘qūb a.s. telah bertindak tidak adil. Musyawarah mereka itu menghasilkan keputusan, bahwa Yūsuf harus dilenyapkan dari rumah bapaknya, agar bapaknya mengalihkan perhatiannya kepada mereka. Yūsuf bukan hendak dibunuh, melainkan dibuang saja ke tempat yang jauh.

Maka, datanglah saudara-saudara Yūsuf kepada bapaknya untuk meminta idzin hendak membawa Yūsuf pergi bermain ke suatu tempat. Pada mulanya, Nabi Ya‘qūb a.s. tidak mengidzinkan permohonan mereka. Tetapi, dengan bujukan dan desakan mereka serta janji untuk benar-benar menjaga Yūsuf selama di perjalanan, akhirnya bapaknya mengidzinkan juga. Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. menerangkan dengan firman-Nya:

قَالُوْا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوْسُفَ وَ إِنَّا لَهُ لَنَاصِحُوْنَ. أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَ يَلْعَبْ وَ إِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ. قَالَ إِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْ أَنْ تَذْهَبُوْا بِهِ وَ أَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَ أَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُوْنَ. قَالُوْا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَ نَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَّخَاسِرُوْنَ

Artinya:

Mereka berkata: “Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yūsuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya. Biarkannlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.” Berkata Ya‘qūb a.s.: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yūsuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan srigala, sedang kamu lengah daripadanya.” Mereka berkata: “Jika ia benar-benar dimakan srigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.” (QS. Yūsuf: 11-14).

Kemudian mereka membawa Yūsuf a.s. pergi ke suatu tempat yang jauh. Mereka telah sepakat untuk memasukan Yūsuf a.s. ke dalam sebuah sumur. Dan rencana itu akhirnya mereka lakksanakan juga. Lalu, mereka semua pulang ke rumah bapaknya sambil berpura-pura menangis. Mereka berkata: “Wahai bapak kami, sesungguhnya kami membawa berita duka tentang Yūsuf. Yakni, ketika kami sedang bermain dengannya di suatu tempat, tiba-tiba datang seekor srigala dan langsung menerkam Yūsuf. Barangkali engkau tidak percaya, meskipun kami telah berkata sebenarnya. Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. berfirman:

وَ جَاؤُوْا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُوْنَ. قَالُوْا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَ تَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَ مَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لِّنَا وَ لَوْ كُنَّا صَادِقِيْنَ. وَ جَآؤُوْا عَلى قَمِيْصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ وَ اللهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُوْنَ

Artinya:

Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yūsuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan srigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.” Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya‘qūb berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (QS. Yūsuf: 16-18)

Di dalam sumur di pinggir hutan, Nabi Yūsuf a.s. tidak celaka, karena sumur itu ternyata tidak banyak berair. Ketika datang musafir yang hendak mengambil air dari sumur itu, Nabi Yūsuf a.s. yang masih kecil itu menggantung pada tali tambangnya; maka naiklah ia ke atas. Sang musafir terkejut bukan main, tapi segera ia amati Nabi Yūsuf a.s. seraya berkata: “Aduhai, alangkah gembiranya kita memperoleh anak yang rupawan ini.”

Kebetulan musafir itu adalah seorang pedagang. Maka Nabi Yūsuf a.s. dibawanya ke negeri Mesir, kemudian dijual kepada pembesar di sana. Pembesar negeri Mesir amat gembira memperoleh seorang anak yang rupawan seperti Yūsuf, karena dia sendiri kebetulan tidak mempunyai seorang anak pun. Maka Nabi Yūsuf a.s. diambil sebagai anak angkatnya, dipelihara dengan baik sebagaimana anak kandungnya. Dalam hal itu, istri pembesar itulah yang merawat Nabi Yūsuf a.s. dan melayani segala keperluannya. Siti Zulaikha, ibu angkat Yūsuf, amat menyayangi anak angkatnya itu.

Siti Zulaikha Tergoda dengan Ketampanan Nabi Yūsuf a.s.

Setelah Yūsuf menjadi dewasa, tampaklah wajahnya yang tampan, gagah, dan sangat menarik hati setiap orang yang melihatnya. Siti Zulaikha yang semula menjadi ibu angkat Nabi Yūsuf a.s., lamban laun menaruh cinta kepadanya. Sampai pada waktu tertentu, rasa cinta itu tidak dapat dibendungnya lagi.

Pada suatu hari, Siti Zulaikha membujuk Nabi Yūsuf a.s. agar mau bersama dia. Dimasukinya kamar Yūsuf dan dikuncinya pintunya. Melihat keadaan itu, Nabi Yūsuf a.s. berpaling darinya. Siti Zulaikha tampaknya sudah tergoda oleh nafsunya, maka dia paksa Nabi Yūsuf untuk memenuhi keinginannya. Maka, dengan ketakutan, Nabi Yūsuf segera berlari membuka pintu kamar hendak keluar. Tapi malang, Siti Zulaikha berhasil menarik baju belakang Nabi Yūsuf a.s. dan koyaklah baju itu, persis di depan pintu. Tepat pada waktu itu, suami Siti Zulaikha datang dari tempat bekerjanya dan menuju kamar Yūsuf. Melihat kejadian itu, terperanjatlah sang suami, dan juga Siti Zulaikha sendiri. Karena cemas dan takut kepada suaminya, Situ Zulaikha segera mendahului berkata kepada suaminya. “Bagaimana balasan, kepada orang yang akan berbuat jahat kepada istrimu?” Sang pembesar berkata: “Ia harus segera dimasukkan ke dalam penjara dan disiksa yang pedih.” Tetapi, Nabi Yūsuf a.s. segera berkata membela diri. “Sesungguhnya dialah yang membujuk aku.” Maka terjadilah perdebatan antara ketiganya. Maka berkatalah seorang saksi yang tak lain adalah anak paman Siti Zulaikha untuk menengahi bahwa jika bajunya sobek di muka maka wanita benar dan Yūsuf yang salah dan sebaliknya. Firman Allah s.w.t.:

قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِيْ عَنْ نَّفْسِيْ وَ شَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ أَهْلِهَا إِنْ كَانَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَ هُوَ مِنَ الكَاذِبِيْنَ. وَ إِنْ كَانَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَ هُوَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ

Artinya

Yūsuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya),” dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yūsuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yūsuf termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Yūsuf: 26-27)

Ketika ternyata dibuktikan bahwa baju Nabi Yūsuf koyak di belakang, maka adalah Siti Zulaikha akan kesalahannya dan suaminya yang bijaksana itu memaafkannya. Tetapi, di luar istana, berita itu ternyata menjadi bahan perbincangan penduduk, terutama di kalangan kaum wanita kawan-kawan Siti Zulaikha sendiri. Tersebarlah berita bahwa Siti Zulaikha, istri pembesar Mesir, telah jatuh cinta kepada anak angkatnya sendiri. Siti Zulaikha maklum akan hal itu, dan dia segera mencari akal untuk mempermalukan kaum wanita yang memperolok-olokkannya itu. Maka diundanglah seluruh wanita Mesir dalam acara pesta bersama. Setelah seluruhnya hadir, diberinyalah mereka masing-masing sebilah pisau dan buah-buahan sebagai jamuannya. Ketika wanita-wanita itu mulai memotong buah-buahan yang disediakan, Siti Zulaikha memerintahkan Nabi Yūsuf a.s. untuk keluar ke ruangan pesta itu. Maka tampaklah ketampanan Nabi Yūsuf a.s. dan tercenganglah wanita-wanita yang ada di tempat itu. Beberapa di antara mereka berucap keheranan “Mā syā’ Allāh; berangkali ini malaikat bukan manusia!”

Karena terpesona memandang ketampanan Nabi Yūsuf, tamu-tamu wanita itu terlena dan tanpa sadar mereka menyayat jari-jari mereka sendiri dengan pisau yang ada di tangan masing-masing. Di dalam al-Qur’ān diceritakan:

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَ أَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَ آتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَ قَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَ قَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَ قُلْنَ حَاشَ للهِ مَا هذَا بَشَرًا إِنْ هذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ

Artinya:

Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yūsuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.” (QS. Yūsuf: 31)

Melihat itu, Siti Zulaikha merasa puas dan berkata kepada wanita-wanita itu, sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur’ān:

قَالَتْ فَذلِكُنَّ الَّذِيْ لُمْتُنَّنِيْ فِيْهِ وَ لَقَدْ رَاوَدْتُّهُ عَنْ نَّفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَ لَئِنْ لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَ لَيَكُوْنًا مِّنَ الصَّاغِرِيْنَ

Artinya:

Wanita itu berkata: “Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.” (QS. Yūsuf: 32)

Nabi Yūsuf Dipenjarakan

Atas keinginannya sendiri, Nabi Yūsuf a.s. dipenjarakan oleh pembesar negeri Mesir, sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’ān:

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْ إِلَيْهِ وَ إِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَ أَكُنْ مِّنَ الْجَاهِلِيْنَ

Artinya

Yūsuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepdaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yūsuf: 33)

Demikianlah kebijaksanaan dan ketinggian budi pekerti Nabi Yūsuf a.s. untuk melindungi ibu angkatnya dari rasa malu. Segaja ia pisahkan dirinya dari Siti Zulaikha dan bertindak seolah-olah sebagai yang bersalah dalam persoalan itu, agar wanita-wanita di seluruh negeri Mesir menarik tuduhannya itu. Di dalam penjara, Nabi Yūsuf menunjukan budi pekerti yang baik terhadap kawan-kawan setempatnya.

Peristiwa dalam Penjara

Suatu hari, dua orang kawannya di penjara datang menghadap Nabi Yūsuf a.s.. Yang seorang berkata kepadanya: “Saya telah bermimpi seolah-olah saya memeras buah anggur untuk membuat tuak.” Dan yang seorang lagi berkata: “Saya bermimpi seolah-olah saya menjunjung roti di atas kepala, tetapi tiba-tiba roti itu disambar burung.

Keduanya meminta Nabi Yūsuf a.s. menerangkan arti mimpi kedua orang temannya itu. Maka Nabi Yūsuf a.s. menerangkan arti mimpi kedua temannya itu seraya berkata: “Tentang mimpimu (yang pertama), takwilnya adalah engkau akan segera dibebaskan dari penjara ini dan kembali bekerja seperti semula, yakni menjadi tukang kebun istana. Adapun engkau (yang kedua), mimpimu itu membawa arti bahwa engkau akan dihukum salib, dan bangkaimu akan dimakan oleh burung-burung.”

Benarlah, apa yang dikatakan oleh Nabi Yūsuf a.s. itu memang benar terjadi. Kepandaian Nabi Yūsuf a.s. dalam menafsirkan mimpi itu adalah anugerah dari Allah s.w.t..

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *