Ketahuilah bahwa hak Rasūlullāh s.a.w. atas umatnya adalah hak paling besar dan paling wajib ditunaikan sesudah hak Allah s.w.t. Di antara hak beliau atas umatnya adalah kewajiban (bagi mereka) mengikuti sunnah beliau, menolong agama beliau, dan membela syariat beliau.
Allah s.w.t. berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 31).
Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
الْمُتَمَسِّكُ بِسُنَّتِيْ عِنْدَ فَسَادِ أُمَّتِيْ لَهُ أَجْرُ شَهِيْدٍ
“Orang yang berpegang teguh dengan sunnahku kala rusaknya umatku, baginya pahala seorang mati syahid.” (11)
Dan beliau bersabda:
مَنْ أَحْيَا سُنَّتِيْ فَقَدْ أَحَبَّنِيْ وَ مَنْ أَحَبِّنِيْ كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنَّةِ.
“Siapa yang melestarikan sunnahku berarti ia mencintaiku. Dan siapa mencintaiku, ia pasti bersamaku kelak di dalam surga.” (22).
Di antara hak beliau atas umatnya adalah kewajiban mencintai dan mengasihi beliau hingga beliau menjadi orang yang paling dicintai seorang mu’min daripada dirinya sendiri, anaknya, dan seluruh makhluk. Demikian pula kewajiban mencintai keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan anak-cucunya.
Beliau bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.
“Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku menjadi orang yang lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.” (33).
Beliau bersabda:
أَحِبُّوا اللهَ لِمَا يَغْدُوْكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ، وَ أَحِبُّوْنِيْ لِحُبِّ اللهِ، وَ أَحِبُّوْا أَهْلَ بَيْتِيْ لِحُبِّيْ.
“Cintailah Allah karena Dia telah memberi kalian banyak karunia, cintailah aku karena kecintaan kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena kecintaan kepadaku.” (44).
Beliau bersabda:
اللهُ اللهُ فِيْ أَصْحَابِيْ لَا تَتَّخِذُوْا أَصْحَابِيْ غَرَضًا مَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّيْ أَحَبَّهُمْ وَ مَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِيْ أَبْغَضَهُمْ وَ مَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِيْ وَ مَنْ آذَانِيْ فَقَدْ آذَى اللهَ وَ مَنْ آذَى اللهَ يُوْشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ.
“Allah, Allah (Maksudnya, cintailah) pada sahabat-sahabatku. Jangan kalian jadikan mereka sasaran kebencian sesudahku. Siapa yang mencintai mereka, berarti karena mencintaiku dia mencintai mereka. Dan siapa yang membenci mereka, berarti karena membenciku dia membenci mereka. Siapa yang menyakiti mereka berarti dia menyakitiku. Siapa yang menyakitiku berarti dia menyakiti Allah. Dan siapa yang menyakiti Allah, maka hampir dipastikan Allah akan menyiksanya.” (55).
Di antara hak beliau atas mereka adalah kewajiban untuk mengagungkan dan menghormati beliau, dan Allah s.w.t. telah memerintahkan hal tersebut di dalam kitab-Nya:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَ مُبَشِّرًا وَ نَذِيْرًا. لِتُؤْمِنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ تُعَزِّرُوْهُ وَ تُوَقِّرُوْهُ
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama) Nya, membesarkan-Nya.” (QS. al-Fatḥ [48]: 8-9).
Artinya memuliakan dan amat mengagungkan beliau. Sebab mengagungkan beliau termasuk mengagungkan Allah, sebagaimana esensi menaatinya adalah menaati Allah dan esensi mencintainya adalah mencintai Allah.
Allah s.w.t. berfirman:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ
“Barang siapa yang mentaati Rasūl itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (QS. an-Nisā’ [4]: 80).
Allah s.w.t. berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللهَ
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah.” (QS. al-Fatḥ [48]: 10).
dan Allah s.w.t. berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 31).
Para sahabat r.a. adalah teladan terbaik dalam hal mencintai dan menghormati beliau. Di antara contohnya, pada kisah perjanjian Ḥudaibiyah manakala kaum Quraisy mengutus ‘Urwah bin Mas‘ūd ats-Tsaqafī kepada Rasūlullāh s.a.w. Lalu ia melihat bagaimana para sahabat menghormati beliau.
Saat kembali kepada kaum Quraisy, ia berkata: “Hai kaumku, demi Allah, aku pernah diutus kepada Kisra, Kaisar, dan Najasyi. Namun aku sama sekali tidak pernah melihat seorang raja yang diagungkan oleh sahabat-sahabatnya sebagaimana sahabat-sahabat Muhammad mengagungkan Muhammad. Tidaklah ia (s.a.w.) meludah satu kali pun kecuali ludah itu jatuh ke telapak tangan salah seorang dari merkea, yang lalu ia mengusapkannya ke wajah dan tangannya. Jika ia (s.a.w.) memerintahkan mereka dengan satu perintah, mereka berebut melaksanakannya. Jika ia (s.a.w.) berwudhu’, mereka hampir saling berkelahi memperebutkan air bekas wudhu’nya. Jika ia (s.a.w.) bicara, mereka rendahkan suara mereka di sisinya (s.a.w.). Mereka tak menajamkan pandangan kepadanya (s.a.w.) karena sangat menghormatinya (s.a.w.).” (66).
Di antara hak beliau (atas umatnya) adalah memperbanyak ucapan shalawat dan salam kepada beliau. Allah s.w.t. telah perintahkan hal itu dalam kitab-Nya:
إِنَّ اللهَ وَ مَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Aḥzāb [33]: 56).
Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَ حَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ.
“Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali dan menghapus darinya sepuluh kesalahan.” (77).
Dan beliau s.a.w. bersabda:
أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً.
“Orang yang paling utama denganku pada Hari Kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat atasku.” (88).