1 Mukaddimah – Biografi Imam Malik

Biografi IMĀM MĀLIK
(Judul Asli: Silsilat al-Aimmah al-Mushawwarah (3): al-Imām al-Mālik)
Oleh: Dr. Tariq Suwaidan

Penerjemah: Iman Firdaus Lc. Q. Dipl.
Penerbit: Zaman

MUKADIMAH

 

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam untuk Nabi Muḥammad, penutup para nabi dan rasul, nabi yang janjinya dapat dipercaya Shalawat dan salam juga untuk keluarga, sahabat, para istri dan anak-anak, serta kepada para pengikutnya.

Sejarah umat Islam sarat dengan sirah para ulama yang mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk agama ini. Mereka belajar, mengajar, berjihad, dan memperjuangkan kebenaran. Mereka adalah para imam pembawa petunjuk dan pemimpin umat yang namanya tergores dalam lembaran-lembaran emas sejarah Islam. Karena itu, keilmuan dan perilaku mereka layak menjadi teladan seluruh muslim di sepanjang zaman.

Kita tak cukup mengkaji riwayat satu ulama saja. Sebab, para ulama memiliki manhaj ilmu, jalan hidup, dan situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Akhlak mereka sesuai dengan agama. Kita dapat mengenali karakter dan kepribadian mereka untuk dijadikan teladan.

Dalam buku ini kita akan membicarakan sosok seorang imam besar, Imām Mālik ibn Anas, imam “kota Hijrah”, Madinah. Namanya selalu dikenang dan mazhab fikih yang dia bangun selalu menjadi rujukan di banyak negara Islam, terutama negara-negara teluk ‘Arabia dan sekitarnya. Bahkan mazhab ini masih bertahan di negara-negara yang warna keislamannya sudah pudar, seperti di Andalusia dan Sisilia, dua negara yang pernah dihuni kaum muslim mayoritas penganut mazhab Mālikī.

Sejarah memperlihatkan betapa besar perjuangan dan jerih payah Imām Mālik dalam membela dan melayani agama Allah, khususnya yang berkaitan dengan syariat dan fikih, sehingga tak heran jika kegigihan dan perjuangannya menjadi acuan bagi para ulama maupun orang awam.

Saat berbicara tentang fenomena mazhab, ada satu hal perlu ditekankan, yakni kita harus sadar bahwa kebenaran sejatinya harus selalu diikuti. Mengikuti satu mazhab merupakan langkah yang baik dan benar, asalkan seseorang tetap bersikap seimbang dan objektif. Jika ada dalil shahih yang bertentangan dengan mazhab maka dalil shahih itu yang harus diikuti tanpa ragu. Sebab, pendapat atau ucapan seseorang bisa diterima ataupun ditolak, kecuali pendapat atau ucapan Nabi Muḥammad. Langkah inilah yang ditempuh para imam.

Karena itu, bermazhab mesti proporsional, tidak perlu fanatik, tidak meninggalkan kitab maupun sunnah demi mengikuti ucapan dan pendapat seseorang.

Keseimbangan inilah yang saya usung dalam buku ini. Selain itu saya juga tidak ingin terlalu banyak memaparkan masalah-masalah fikih. Ini bukan buku fikih. Di sini saya hanya memberikan gambaran seperlunya supaya pembaca bisa mengetahui sendiri kepribadian, akhlak, jasa-jasa, dan kedudukan tokoh besar ini.

Tujuan buku ini adalah menggambarkan sosok-sosok teladan kepada muda-mudi zaman sekarang. Pemaparan-pemaparan dalam buku ini, saya berharap, dapat menjauhkan umat Islam dan generasi mudanya dari figur yang salah, seperti para artis dan penyanyi, atau orang-orang yang tak bernilai sama sekali.

Saya membagi buku ini menjadi lima bab. Setiap bab terbagi menjadi beberapa subbab. Saya memulai permbahasan buku ini dengan ulasan singkat tentang kehidupan politik, sosial, pemikiran, dan keagamaan pada masa Imām Mālik.

Di bab pertama, saya berbicara tentang kelahiran Imām Mālik, keluarga, peranan orangtuanya dalam keilmuan Imām Mālik, dan kisahnya dalam menuntut ilmu dari para guru dan fuqaha’ besar pada zamannya.

Di bab kedua, saya berbicara tentang kepribadian dan keistimewaan Imām Mālik, bakat dan kemampuannya yang telah membuatnya layak menjadi imam pada masanya, perjalanan hidupnya, manhajnya dalam mempelajari fikih dan hadits, fatwanya, dan status keimamannya.

Di bab ketiga, saya berbicara tentang hubungan Imām Mālik dengan pemerintah dan para penguasa, serta prinsipnya dalam berhubungan dengan mereka.

Di bab keempat, saya memaparkan keilmuan sang imam, pendapat-pendapatnya di bidang politik dan akidah, serta keilmuan orang-orang yang belajar kepadanya.

Di bab kelima, saya membahas tentang mazhab Mālikī, membicarakan tentang kitab terbesar mazhab tersebut dan dasar-dasar yang menjadi fondasi fikir mazhab ini.

Terakhir, saya menggambarkan detik-detik kepergian sang imam dan kesaksian para ulama tentangnya.

Saya memohon kepada Allah, semoga amal ini menjadi persembahan yang tulus demi mengharap ridha-Nya dan semoga manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh kaum muslim. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

 

Dr. Tariq Suwaidan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *