1-9 Makanan Yang Diberkahi – 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah

115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasūlullāh Saw

Oleh: FUAD ABDURAHMAN
(Penulis buku bestseller The Great of Two Umars)

Penerbit: Penerbit Noura Books
(PT Mizan Publika)

Untuk kedua orangtuaku:
Ma’mun Fudholi ibn K.H. Ahmad Fudholi
Siti Sobariyah

Untuk dua guruku:
Al-‘Allamah Al-Ustadz Qurtubi (Alm.)
Drs. K.H. Pepe Syafi‘i Mukhtar (Alm.)

Diketik Oleh: Zahra’

Makanan yang Diberkahi

 

Dalam peristiwa Khandaq, atau Perang Aḥzāb, Rasūlullāh Saw. dan semua kaum Muslim bekerja keras menggali parit di sekeliling Madīnah. Mereka dibagi kedalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas sepuluh orang. Setiap kelompok ditugasi menggali parit sepanjang 40 hasta. Mereka semua berkerja keras tanpa kenal lelah karena pasukan musyrik Quraisy dan sekutu mereka telah bersiap-siap menyerang Madīnah. Rasūlullāh juga berkerja keras memimpin kaum Muslim hingga lupa makan. Sudah tiga hari beliau tidak mendapatkan makanan yang laik. Jābir ibn ‘Abdullāh mengetahui keadaan beliau dan merasa iba melihat kondisinya yang tampak lelah dan lapar.

Jābir berhasrat besar untuk menjamu Rasūlullāh sehingga ia berkata: “Wahai Rasūlullāh, aku mohon izin untuk pulang sebentar ke rumah.” Beliau memberinya izin. Saat tiba di rumah, Jābir berkata kepada istrinya: “Aku melihat Rasūlullāh sangat lemah dan lapar. Namun beliau tetap bersabar. Apakah kita punya sesuatu untuk dimasak?”

Istri Jābir menjawab: “Kita punya secangkir gandum dan anak kambing yang kurus.”

Jābir segera menyembelih kambing itu, lalu istrinya memasaknya, kemudian membuat beberapa potong roti gandum. Setelah makanan siap disajikan, Jābir bergegas pergi menemui Rasūlullāh Saw.

“Wahai Rasūlullāh, aku punya sedikit makanan di rumah. Sudilah kiranya Tuan datang ke rumahku bersama dua atau tiga orang untuk menyantapnya,” ujar Jābir.

“Apa yang telah kausiapkan?” tanya Rasūlullāh Saw.

Jābir menuturkan apa adanya. Lalu, Rasūlullāh Saw. berkata: “Makanan yang banyak dan baik. Tolong katakan kepada istrimu agar jangan dulu membuka tutup panci dan menghidangkan rotinya hingga aku datang.” Maka, Jābir bergegas pulang ke rumahnya mendahului Rasūlullāh.

Sementara itu, Rasūlullāh Saw. berseru kepada para sahabat: “Berhentilah kalian semua. Mari kita pergi ke rumah Jābir.”

Jābir tiba di rumahnya dan meceritakan obrolannya dengan Rasūlullāh Saw. termasuk pesan beliau. Namun, beberapa saat kemudian Jābir terhenyak kaget dan panik melihat di depan rumahnya, Rasūlullāh datang bersama semua sahabat Anshār dan Muhājirīn. Ia berpaling kepada istrinya dan berkata gugup: “Celaka, beliau datang bersama semua sahabat.”

“Apakah beliau telah bertanya sebelumnya kepadamu?” tanya istrinya.

“Ya, sudah.” Jawab Jābir.

“Maka, kau tidak perlu kaget,” jawab istrinya.

Jābir menyilakan Rasūlullāh dan para sahabat di rumahnya. Kemudian Rasūlullāh Saw. membuka tutup panci dan mengambil sesendok masakan daging kambing itu dan mengambil sepotong roti. Lalu, para sahabat mengikutinya hingga semua orang yang datang ke rumah Jābir bisa makan dengan kenyang. Setelah semua orang makan, Rasūlullāh Saw. menyuruh istri Jābir untuk makan. Ternyata, di panci itu masih tersisa masakan untuk Jābir dan istrinya, begitu pula rotinya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Jābir mengunjungi rumah ibunya, dan ternyata ibunya telah membuatkan makanan. Ia berkata: “Hai Jābir, pergilah kepada Rasūlullāh dan undang beliau makan.”

Maka, Jābir bergegas pergi menemui Rasūlullāh Saw. dan berkata: “Wahai Rasūlullāh, ibuku telah membuatkan makanan, dan beliau mengundang Tuan untuk menyantapnya bersama kami.”

Rasūlullāh Saw. berpaling kepada para sahabat dan berkata: “Mari kita pergi ke sana.” Rasūlullāh Saw. datang diiringi 50 orang sahabat. Jābir sendiri terkejut dan bergegas pergi ke rumah ibunya untuk menyampaikan kabar kedatangan Rasūlullāh bersama puluhan sahabatnya.

Tiba di tutujan, Rasūlullāh dan para sahabat duduk di depan pintu. Kemudian beliau berkata: “Masuklah kalian sepuluh orang-sepuluh orang!” Kemudian, mereka semua makan sampai kenyang. Ternyata, hidangan yang hanya sedikit itu masih tersisa meski semua orang telah makan.

Suatu hari dalam sebuah ekspedisi bersama pasukan Muslim, Rasūlullāh Saw. dan kaum Muslim merasa lapar, sedangkan perbekalan sudah sangat menipis. Maka, beliau bertanya kepada Abū Hurairah: “Apakah kita masih punya sesuatu untuk dimakan?”

“Ya, kita masih punya kurma di kantong perbekalan,” jawab Abū Hurairah.

Kemudian Rasūlullāh Saw. mengambil kurma, menggenggamnya, dan berdoa agar diberkahi Allah. Setelah itu, beliau menyuruh semua pasukan makan dari wadah perbekalan itu hingga mereka semua merasa kenyang. Setelah mereka semua makan, Rasūlullāh Saw. berkata: “Ambillah kurma yang kupegang tadi!”

Abū Hurairah lalu memasukkan tangannya ke dalam kantong, dan ia menemukan di dalamnya kurma yang sangat banyak.

Abū Hurairah r.a. menuturkan: “Aku masih bisa makan kurma dari kantong itu sampai masa Khalīfah ‘Utsmān r.a. Ketika Khalīfah ‘Utsmān terbunuh, kurma itu habis.” Subḥānallāh.[]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *