1-8 Pertemuan Pertama – Tauhid Mufadhdhal – Mengurai Tanda Kebesaran Allah

Mengurai Tanda KEBESARAN ALLAH

(Judul Asli:
تَوْحِيْدُ الْمُفَضَّلِ
TAUḤĪD-UL-MUFADHDHAL
Imlā’ al-Imām Abī ‘Abdillāh ash-Shādiq, ‘alā al-Mufadhdhal ibn ‘Umar al-Ju‘fiy)

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

(Diketik oleh: Said (Rico Akbar)

Rangkaian Pos: Pertemuan Pertama - Tauhid Mufadhdhal - Mengurai Tanda Kebesaran Allah

KEEMPAT PULUH SEMBILAN

Segala Sesuatu Diciptakan untuk Keperluan Manusia.

Wahai Mufadhdhal, pikirkanlah mengenai segala sesuatu yang engkau lihat ada, tersedia di alam ini bagi keperluan manusia. Tanah untuk membuat bangunan, besi untuk industri, kayu untuk membuat kapal dan sebagainya, batu untuk alat penggilingan dan sebagainya, biji-bijian, buah-buahan dan daging untuk makanan, bumbu untuk kelezatan, obat untuk kesehatan, binatang tunggangan untuk pengangkutan, kayu bakar untuk pembakaran, arang untuk pemanasan, pasir untuk lantai, dan banyak lagi yang tidak terhitung jumlahnya. Tidakkah engkau perhatikan, kalau seseorang memasuki rumah, lalu membuka lemari yang dipenuhi segala sesuatu yang diperlukannya dan melihat semua itu dikumpulkan dan disediakan untuk kehidupannya. Apakah mungkin hal ini terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesengajaan? Maka bagaimana seseorang dapat mengatakan bahwa alam ini dan segala sesuatu tersedia di dalamnya terjadi secara alami.

Wahai Mufadhdhal, perhatikanlah segala sesuatu yang diciptakan bagi keperluan manusia dan keteraturan di dalamnya. Untuknya diciptakan biji-bijian untuk makanannya dan diberinya kemampuan untuk menggiling, menjadikan tepung dan mengolahnya menjadi roti. Diciptakan untuknya kapas untuk pakaiannya dan diberinya pula kemampuan untuk memetik, memintal dan menenunnya. Diciptakan baginya pohon dan diberi kemampuan untuk menanamnya, mengairinya dan mengolahnya. Diciptakan untuknya obat-obatan untuk kesehatannya, maka diperintahkan untuk mengumpulkannya, mencampurnya dan mengolahnya. Demikian pula engkau dapati benda-benda lain yang seperti itu.

Perhatikanlah, bagaimana dicukupkan penciptaan ini yang tidak ada padanya tipuan. Tiap-tiap sesuatu dibiarkan untuk dicari dan diolah menjadi sesuatu yang mendatangkan manfaat. Karena, kalau dicukupkan semuanya hingga tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan dan diolah, maka bumi ini akan dipenuhi dengan keburukan. Dan hal itu akan menyebabkan ia mengambil segala hal yang dapat merusak dirinya. Kalau dicukupkan bagi manusia seluruh yang mereka butuhkan, niscaya mereka tidak akan menikmati kehidupan dan tidak mendapatkan kelezatan.

Tidakkah engkau perhatikan bahwa kalau seseorang datang pada suatu kaum, lalu segera disajikan seluruh apa yang ia perlukan berupa makanan, minuman dan pelayanan, maka ia akan merasa bosan dan dirinya akan mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Maka bagaimana kalau sepanjang umurnya dicukupi segala kebutuhannya? Di antara keindahan pengaturan dalam segala hal yang diciptakan untuk manusia: dijadikan baginya dorongan untuk bekerja agar tidak merasa bosan, dan supaya tidak mengambil apa yang tidak layak diambil dan tidak baik untuk diambil.

 

KELIMA PULUH

Roti dan Air, Pokok Kehidupan Manusia.

Wahai Mufadhdhal, ketahuilah bahwa pokok kehidupan manusia adalah roti (makaan pokok) dan air. Perhatikanlah, bagaimana diatur iḥwāl dalam kedua benda itu. Keperluan manusia pada air lebih besar daripada kebutuhannya terhadap roti (makanan). Hal itu disebabkan kesabarannya terhadap rasa lapar lebih besar daripada kesabarannya terhadap rasa haus. Yang menyebabkan keperluannya pada air lebih besar daripada keperluannya terhadap roti (makanan) adalah karena ia memerlukan air untuk minum, berwudhu’, mandi, mencuci pakaian, memberi minum binatang ternak, dan mengairi pertanian. Maka dijadikanlah air itu melimpah, tidak perlu membelinya, untuk memudahkan manusia mencari dan memperolehnya. Sedangkan roti (makanan) dijadikan sulit didapat kecuali dengan kecerdikan dan usaha agar manusia bekerja untuk mencegah kesenang-senangan dan kesia-siaan.

Tidakkah engkau perhatikan bahwa anak dibawa kepada pendidik. Ia adalah anak yang belum sempurna dirinya untuk menerima pengajaran. Hal itu dilakukan untuk mencegahnya dari permainan dan menyia-nyiakan hidup yang kadang-kadang tidak berguna dan sangat tidak disukai keluarganya sehingga akan membahayakan bagi dirinya dan bagi orang-orang yang dekat dengannya. Perhatikanlah orang yang bergelimang dalam kesenangan hidup dan kemewahan, serta apa akibat yang diterimanya.

 

KELIMA PULUH SATU

Berbedanya Rupa Manusia dan Keserupaan Binatang.

Perhatikanlah, mengapa manusia tidak serupa yang satu dengan yang lainnya seperti serupanya binatang liar, burung dan sebagainya. Engkau lihat kesamaran pada kijang dan burung, misalnya. Masing-masing jenis binatang itu sama sehingga tidak bisa dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Tetapi engkau lihat manusia memiliki rupa yang berbeda sehingga hampir tidak ada manusia yang memiliki sifat yang sama. Sebabnya adalah karena manusia perlu saling mengenal diri mereka ketika melakukan pergaulan di antara mereka, suatu hal yang tidak terjadi di antara binatang. Maka manusia perlu saling mengenal satu sama lainnya. Tidakkah engkau perhatikan bahwa keserupaan pada burung dan binatang liar tidak menimbulkan masalah sedikit pun. Tidak demikian halnya pada manusia. Kadang-kadang dua orang yang lahir kembar sangat serupa sehingga menyulitkan bagi manusia dalam melakukan mu‘āmalah dengan mereka, dan akibatnya sering menimbulkan kekeliruan. Hal ini pun dapat terjadi pada benda-benda lain yang serupa, terutama dalam kesamaan rupa. Maka siapa yang menganugerahi kedalaman ini kepada hamba-hambaNya, sebagai sesuatu yang hampir tidak mendapat perhatian, hingga mendatangkan manfaat, selain Zat Yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Kalau engkau melihat gambar manusia tergantung pada dinding, lalu seseorang mengatakan: “Ini muncul dari sini dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya,” akankah engkau menerima hal itu? Bahkan engkau akan mencemoohkannya. Maka mengapa engkau mengingkari ini pada gambar, tetapi tidak mengingkari manusia yang hidup dan berpikir?

 

KELIMA PULUH DUA

Batas Pertumbuhan Tubuh Hewan dan Sebabnya.

Mengapa tubuh hewan–yang selalu makan–tidak tumbuh terus-menerus, melainkan terhenti pada tingkat pertumbuhan tertentu, kemudian berhenti dan tidak melebihinya. Maka pengaturan dari yang Maha Bijaksana dalam hal itu adalah bahwa tubuh setiap jenis binatang ditetapkan pada batas tertentu, tidak berbeda dalam binatang yang bertubuh kecil maupun yang bertubuh besar. Tubuhnya tumbuh hingga mencapai batas tertentu, kemudian berhenti dan tidak bertambah, padahal ia terus makan. Kalaulah ia tumbuh terus-menerus, maka tubuhnya akan menjadi besar dan tidak diketahui batasan ukurannya.

 

KELIMA PULUH TIGA

Gerakan Fisik Manusia Jika Tidak Terkena penyakit.

Mengapa fisik manusia, secara khusus, sulit untuk bergerak dan menghindar dari berbuat baik (161) kecuali untuk memperbanyak keperluan yang dibutuhkannya seperti pakaian, tempat tidur, selimut dan sebagainya. Kalau manusia tidak ditimpa sakit, maka dengan apa lagi ia tercegah dari perbuatan jahat, menjadi tunduk kepada Allah dan mengasihi orang lain. Engkau perhatikan jika manusia ditimpa penyakit, ia menjadi tunduk, patuh, memohon kesembuhan dengan sungguh-sungguh kepada Tuhannya, dan mengulurkan tangannya untuk bersedekah. Kalau tidak merasakan sakit dari pukulan, maka dengan apa raja menghukum orang jahat dan menghinakan orang yang durhaka, dengan apa anak-anak memperlajari ilmu dan keterampilan, dengan apa budak merendahkan diri kepada tuannya dan tunduk untuk menaatinya. Bukankah ini teguran kepada Ibnu Abil-‘Awjā’ dan para pengikutnya yang mengingkari adanya pengaturan, dan kaum AL-MANĀNIYYAH yang mengingkari adanya sakit dan penyakit.

 

KELIMA PULUH EMPAT

Terjadi Kepunahan Jika Hewan Tidak Lahir Sebagai Jantan dan Betina.

Kalau hewan melahirkan anaknya yang jantan saja atau yang betina saja, tidakkah keturunannya akan terputus dan terjadi kepunahan? Karena itu, sebagian anak hewan adalah jantan dan sebagiannya lagi lahir sebagai betina agar terus-menerus menghasilkan keturunan dan tidak terputus.

 

KELIMA PULUH LIMA

Tumbuhnya Bulu Kemaluan Ketika Dewasa dan Jenggot bagi Laki-laki.

Mengapa jika laki-laki dan perempuan mencapai dewasa tumbuh pada mereka bulu kemaluan. Kemudian tumbuh jenggot bagi laki-laki yang membedakannya dari perempuan. Kalaulah tidak ada pengaturan dalam hal itu, maka Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi tidak menjadikan laki-laki lebih tinggi derajatnya dan menjadi pelindung bagi perempuan. Dan Allah menjadikan perempuan sebagai istri bagi laki-laki. Allah memberikan jenggot pada laki-laki agar memiliki keperkasaan dan kegagahan, dan Dia tidak memberikannya kepada perempuan agar tetap memiliki keindahan wajah dan kecantikan dalam segala hal. Hal itu diberikan dan dicegah berdasarkan keperluan dan kemaslahatan dengan pengaturan Yang Maha Bijaksana.

Mufadhdhal berkata: Kemudian tiba waktu tengah hari. Maka tuanku berdiri untuk menunaikan shalat. Beliau berkata: “Datanglah besok pagi-pagi, in syā’ Allāh.” Maka aku pulang dengan sangat bahagia dengan apa yang telah aku ketahui, senang dengan apa yang telah diberikan kepadaku. Aku memuji Allah s.w.t. atas apa yang Dia karuniakan kepadaku, bersyukur karena nikmat-Nya atas apa yang telah Dia berikan kepadaku, yang diajarkan tuanku kepadaku. Maka malam itu aku tidur dengan sukacita karena apa yang diberikan dan diajarkannya kepadaku.

Catatan:


  1. 16). Yakni, menghindari dan tidak terus-menerus melakukan penciptaan yang mendalam dan rumit. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan tubuh manusia yang berat untuk dapat bergerak berjalan dibanding binatang, dan diberi kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang rumit untuk memperbesar kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga tidak menyalahgunakan kenikmatan dan tidak rakus. Atau, agar ada upah bagi perbuatan-perbuatan ini, sehingga menjadi mata pencaharian bagi masyarakat yang mengusahakannya. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *