1-5 Pertemuan Kedua – Tauhid Mufadhdhal – Mengurai Tanda Kebesaran Allah

Mengurai Tanda KEBESARAN ALLAH

(Judul Asli:
تَوْحِيْدُ الْمُفَضَّلِ
TAUḤĪD-UL-MUFADHDHAL
Imlā’ al-Imām Abī ‘Abdillāh ash-Shādiq, ‘alā al-Mufadhdhal ibn ‘Umar al-Ju‘fiy)

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

(Diketik oleh: Said (Rico Akbar)

Rangkaian Pos: Pertemuan Kedua - Tauhid Mufadhdhal - Mengurai Tanda Kebesaran Allah

KEDUA PULUH DUA

Ayam Betina, Kegembiraannya untuk Mengerami Telur dan Penetasan.

Perhatikanlah ayam betina, bagaimana ia timbul gairahnya untuk mengerami telur dan menetaskannya. Ia tidak bertelur sekaligus dan tidak memiliki sarang tempat pijakan. Melainkan ia bertelur di mana saja, mengembangkan bulu-bulunya, berkotek dan tidak makan. Sehingga ia mengumpulkan telurnya, lalu mengerami dan menetaskannya. Tidaklah hal itu dilakukan melainkan untuk meneruskan keturunannya. Siapa yang menjadikannya meneruskan keturunan, padahal ia tidak memiliki akal dan pikiran, kalau tidak diciptakan demikian?

 

KEDUA PULUH TIGA

Bentuk Telur dan Keteraturannya

Perhatikanlah bentuk telur dan isinya berupa kuning telur yang kental dan cairan yang halus. Sebagiannya menjadi anak dan sebagian lainnya menjadi makanannya hingga telur itu menetas. Perhatikanlah keteraturan di dalamnya, di mana ketika anak itu terbentuk di dalam kulit telur yang terjaga, diberikan bersamanya di dalam rongga telur itu makanan yang cukup hingga waktu keluar darinya. Seperti orang yang tertahan di dalam penjara yang tidak ada orang yang menemuinya, maka diberikan untuknya makanan yang cukup hingga waktu ia keluar darinya.

 

KEDUA PULUH EMPAT

Tembolok Burung

Wahai Mufadhdhal, pikirkanlah mengenai tembolok burung dan ukurannya. Padanya terdapat saluran makanan menuju usus yang kecil, sehingga tidak tersalur makanan ke dalamnya kecuali sedikit demi sedikit. Kalau burung itu tidak memakan biji yang kedua sebelum biji yang pertama sampai pada usus, maka lama baginya dan kapan ia mendapatkan makanannya? Ia hanya dapat mengambilnya dengan sangat hati-hati. Karena itu, diberikan baginya tembolok sebagai tempat penyimpanan makanan untuk menyimpan dengan segera makanan yang diperolehnya. Kemudian, makanan ini disalurkan ke usus dengan perlahan. Di dalam tembolok juga terdapat lubang yang lain. Karena burung harus memberi makan anak-anaknya, maka makanan itu dikeluarkan lagi dengan cara yang sangat mudah

 

KEDUA PULUH LIMA

Keanekaragaman Warna Burung dan Sebabnya

(Al-Mufadhdhal berkata: ) Aku berkata: “Kaum atheis mengira bahwa perbedaan warna dan bentuk burung hanyalah disebabkan perkawinan campuran. Sedangkan perbedaan ukurannya terjadi secara kebetulan.

Beliau a.s. berkata: “Wahai Mufadhdhal, perhiasan yang engkau lihat pada burung-burung merak, masing-masing jenis memiliki warna dan rupa yang sama, seperti digambar dengan pensil warna. Bagaimana percampuran yang terjadi secara kebetulan dapat membuat bentuk yang sama. Kalau itu terjadi secara kebetulan, maka tidak akan ada kesamaan antara satu dengan lainnya.”

 

KEDUA PULUH ENAM

Bulu Burung dan Penjelasannya

Perhatikanlah bulu burung, dan bagaimanakah keadaannya? Engkau akan melihatnya terjalin seperti tenunan baju dari benang-benang yang halus. Sebagiannya tersusun pada sebagian lainnya seperti jalinan benang pada benang yang lain dan rambut pada rambut yang lain. Kemudian engkau lihat jalinan itu, jika engkau bentangkan, terbuka sedikit demi sedikit dan tidak kusut untuk memasukkan udara ke sela-selanya. Jika terbang, burung itu menjadi ramping. Engkau lihat di tengah-tengah bulu terdapat batang yang keras dan kuat. Batang itu menjadi pangkal jalinan bulu. Barang itu berupa pipa yang berada di tengah bulu-bulu, dan di dalamnya terdapat rongga agar burung itu menjadi ringan ketika terbang.

 

KEDUA PULUH TUJUH

Burung Berkaki Panjang dan Keteraturannya

Wahai Mufadhdhal, apakah engkau pernah melihat burung yang memiliki kaki yang panjang? Tahukah engkau apa manfaat ia memiliki kaki yang panjang? Hal itu disebabkan kebanyakan burung tersebut hidup dari genangan air. Engkau lihat burung itu dengan kedua kakinya yang panjang seperti pengintai di atas menara pengawas. Ia memperhatikan apa yang berenang di dalam air. Apabila ia melihat sesuatu yang dapat dimakan, ia melangkah dengan perlahan, lalu menangkapnya. Kalau saja ia memiliki kaki yang pendek, ketika ia melangkah seperti pemburu untuk menangkapnya, maka perutnya akan menyentuh air sehingga menimbulkan riak dan membuat sesuatu itu ketakutan, lalu menjauh darinya. Maka diciptakan baginya dua kaki yang panjang untuk memenuhi keperluannya dan tidak membuat takut mangsanya.

Perhatikanlah aspek-aspek keteraturan dalam penciptaan burung. Maka engkau dapati setiap burung yang memiliki kaki yang panjang, juga memiliki leher yang panjang. Hal itu adalah agar ia dapat mengambil makanannya dari atas tanah. Kalau ia memiliki kaki yang panjang sementara lehernya pendek, maka ia tidak akan dapat mengambil apa pun yang ada di atas tanah. Kadang-kadang selain diberi leher yang panjang, juga diberi paruh yang panjang. Hal tersebut adalah untuk menambah kemudahan baginya. Tidakkah engkau perhatikan bahwa engkau tidak pernah mengamati sesuatu pun dari penciptaan kecuali engkau mendapatinya berada pada tujuan kebaikan dan keteraturan.

 

KEDUA PULUH DELAPAN

Burung-burung Kecil dan Caranya Mencari Makan

Perhatikanlah burung-burung kecil. Bagaimana burung-burung itu mencari makan di siang hari. Burung-burung itu tidak mendapatkan makanannya yang telah tersedia, melainkan memperolehnya dengan usaha dan pencarian. Demikian pula makhluk lainnya. Maka Maha Suci Allah Yang memberikan kadar rezeki dan cara pembagiannya. Tidak dijadikan rezeki yang tidak ada kadarnya, sehingga makhluk yang dijadikan berhajat padanya tidak dengan mudah. Sehingga tidak ada kebaikan dalam hal itu. Karena kalau makanannya sudah tersedia, maka binatang-binatang itu mendatanginya dan terus-menerus memakannya hingga rusaklah pencernaannya, lalu mati. Manusia pun tidak terus-menerus makan, karena hal itu akan menyebabkan bahaya, hingga akan banyak menimbulkan kerusakan dan kekejian.

 

KEDUA PULUH SEMBILAN

Kehidupan Burung Hantu dan Kelelawar

Apakah engkau tahu, apa makanan burung jenis ini yang hanya keluar di malam hari, seperti burung hantu dan kelelawar?

Aku menjawab: “Tidak, wahai tuanku.”

Beliau a.s. berkata: Makanannya adalah binatang-binatang yang bertebaran di udara seperti nyamuk, kupu-kupu, belalang dan lebah. Binatang-binatang itu bertebaran di udara, tanpa memiliki tempat tertentu. Perhatikanlah hal itu, jika engkau meletakkan lampu di atap atau halaman rumah, maka binatang-binatang tersebut berkumpul mengerubunginya. Dari mana binatang-binatang itu datang selain dari tempat yang dekat? Jika seseorang mengatakan bahwa binatang-binatang itu datang dari padang pasir, maka jawabnya adalah bagaimana binatang-binatang itu datang pada saat itu juga dari tempat yang jauh, dan bagaimana dari tempat yang jauh itu dapat melihat cahaya lampu di rumah dan mendatanginya. Padahal binatang-binatang itu berdesak-desakan di dekat lampu. Hal itu menunjukkan bahwa binatang itu bertebaran di udara di mana-mana. Ketiga jenis burung malam di atas mencarinya ketika keluar dan memangsanya.

Perhatikanlah, bagaimana disediakan rezeki bagi burung-burung ini yang tidak keluar kecuali pada malam hari berupa binatang-binatang kecil yang bertebaran di udara. Kajilah makna yang dikandung di dalam penciptaan binatang-binatang kecil ini yang bertebaran, yang disangka oleh orang-orang yang ragu bahwa itu hanya kesia-siaan.

 

KETIGA PULUH

Bentuk Kelelawar

Kelelawar diciptakan dalam bentuk yang menakjubkan di antara bentuk-bentuk burung dan binatang berkaki empat. Bentuk kelelawar mendekati bentuk binatang berkaki empat. Ia memiliki dua daun telinga, gigi dan bulu. Kelelawar dapat melahirkan anak, menyusui dan bisa kencing. Ia dapat berjalan dengan empat kaki. Sifat-sifat ini tidak terdapat pada burung. Kemudian, ia juga keluar pada malam hari dan memangsa binatang yang bertebaran di udara berupa kupu-kupu dan sebagainya. Ada orang yang mengatakan bahwa kelelawar tidak makan selain keringat. Pendapat itu terbantah dari dua aspek. Pertama: Keluarnya kotoran ada air kencing yang tidak akan terjadi selain dari makanan. Kedua: Binatang itu memiliki gigi, kalau tidak memakan sesuatu apa pun, maka gigi itu tidak akan ada artinya. Padahal tidak ada penciptaan yang tidak memiliki makna. Kebutuhannya adalah jelas, hingga kotorannya mendatangkan manfaat. Besarnya kebutuhan pada bentuknya yang menakjubkan menunjukkan kekuasaan Pencipta s.w.t.; Yang membagikannya kepada yang Dia kehendaki untuk kebaikannya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *