1-5 Halimah as-Sa’diyyah (Ibu Susu Rasulullah S.A.W.) – Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW

Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah s.a.w.
(Judul Asli: Nisā’u Ḥaul-ar-Rasūl s.a.w.; al-Qudwat-ul-Ḥasanati wal-Uswat-uth-Thayyibah li Nisā’-il-Usrat-il-Muslimah).
Oleh: Muhammad Ibrahim Salim.

Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, Zahrul Fata
Penerbit: GEMA INSANI PRESS

Rangkaian Pos: 001 Wanita Muslimah Teladan Sebagai Ibu dan Pengasuh | Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW

5. ḤALĪMAH AS-SA‘DIYYAH (IBŪ SUSU RASŪLULLĀH S.A.W.)

Siapa saja yang berbicara tentang Sirah Nabawiyyah “Sejarah Nabi Muḥammad s.a.w.” pasti akan ditemui nama Ḥalīmah as-Sa‘diyyah yang terkenal dengan kepribadiannya yang mulia dan kelembutan hatinya.

Adalah takdir Allah s.w.t. yang menghendaki Ḥalīmah as-Sa‘diyyah menjadi ibu susu bagi Rasūlullāh s.a.w. yang datang bersama para wanita Bani Sa‘ad. Karena, – pada saat itu – tidak ada bayi yang disusui kecuali hanya cucu ‘Abdul Muththalib yang yatim.

Ḥalīmah as-Sa‘diyyah berasal dari keturunan Bani Asad bin Bakar Ḥawāzin sampai pada garis keturunan Qais ‘Ailān. Karena kemuliaan dan akhlak yang baik serta kelembutannya, Ḥalīmah as-Sa‘diyyah dipilih oleh ‘Abdul Muththalib untuk menyusui kedua cucunya; Muḥammad dan Abū Sufyān.

Selama empat tahun, Rasūlullāh s.a.w. diasuh dan dididik oleh Ḥalīmah dengan akhlak ‘Arab; solidaritas yang tinggi, kemuliaan, kebenaran, dan kejujuran. Ketika Rasūlullāh s.a.w. menginjak usia lima tahun lebih satu bulan, Ḥalīmah mengembalikannya kepada keluarganya setelah merasakan karunia Allah yang ia dapati selama mengasuh si yatim tersebut.

Cinta Rasūlullāh s.a.w. kepada Ḥalīmah begitu mendalam sampai suatu hari, datanglah salah seorang wanita memberitahu tentang kematian Ḥalīmah, beliau langsung beruraian air mata. Setelah itu, wanita tersebut berkata kepada beliau: “Sesungguhnya saudara-saudarimu (satu susu) membutuhkanmu.” Datanglah beliau menemui mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka. Lebih lanjut wanita tersebut berkata: “Sebaik-baik orang yang dikafili (الْمَكْفُوْلُ) adalah kamu saat kecil. Dan, sebaik-baik orang juga kamu saat besar, karena kamu banyak membawa berkah.”

Mendengar perkataan wanita tersebut, Rasūlullāh s.a.w. langsung teringat akan masa kecilnya, masa di mana beliau dan saudara-saudaranya merasakan belaian kasih-sayang seorang ibu yang lembut. Sosok ibu Ḥalīmah tentunya meninggalkan kesan yang mendalam pada diri beliau. Makanya tidak heran, begitu beliau mendengar berita kematiannya, berlinanglah air matanya.

Kepada siapa saja yang memelihara anak yatim, saya persembahkan kisah Ḥalīmah as-Sa‘diyyah yang dibalas oleh Allah s.w.t. dengan rezeki yang melimpah dan pahala yang agung lantaran kelembutan dan kasih-sayangnya yang telah dicurahkan kepada anak yatim (Muḥammad s.a.w.).

Kepada anak asuh, saya (penulis) sertakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abū Dāūd, Abū Ya‘lā dan lainnya dari ‘Imārah bin Tsaubān dari Abū ath-Thufail bahwasanya ketika Rasūlullāh s.a.w. sedang membagikan daging di al-Ja‘ranah, datanglah seorang wanita dari pedesaan (badawiyyah). Ketika wanita tersebut mendekati Rasūlullāh s.a.w., beliau langsung menggelar surbannya dan mempersilakan wanita tersebut duduk di atasnya. Abū ath-Thufail pun bertanya: “Siapakah dia?” Para sahabat yang lain menjawab: “Dialah yang ibunya menyusui Rasūlullāh s.a.w.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *