1-5 Berkah Untuk Ummu Ma’bad – 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah

115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasūlullāh Saw

Oleh: FUAD ABDURAHMAN
(Penulis buku bestseller The Great of Two Umars)

Penerbit: Penerbit Noura Books
(PT Mizan Publika)

Untuk kedua orangtuaku:
Ma’mun Fudholi ibn K.H. Ahmad Fudholi
Siti Sobariyah

Untuk dua guruku:
Al-‘Allamah Al-Ustadz Qurtubi (Alm.)
Drs. K.H. Pepe Syafi‘i Mukhtar (Alm.)

Diketik Oleh: Zahra’

Berkah untuk Ummu Ma’bad

Di tengah perjalanan hijrah bersama Abū Bakar dari Makkah ke Madīnah, Rasūlullāh Saw. merasa lapar dan haus. Keduahnya terus berjalan hingga akhirnya menemukan sebuah kemah kecil. Mereka singgah untuk meminta makanan dan minuman. Ternyata kemah itu milik Ummu Ma’bad. Ketika Rasūlullāh meminta bantuannya, Ummu Ma’bad mengatakan bahwa ia tidak punya apa-apa, kecuali seekor kambing betina kurus yang biasa digembalakannya.

“Apakah kambing itu ada susunya? Dan bolehkah aku memerahnya?” tanya Rasūlullāh Saw.

“Demi ayah dan ibuku, jika menurutmu bisa diperah, perahlah.” Ujar Ummu Ma’bad.

Kemudian Rasūlullāh Saw. berdoa seraya mengusap-usap puting kambing kurus itu dengan tangannya yang mulia. Beliau memanggil Ummu Ma’bad dan meminta wadah. Ajaib, ketika diperah, kambing kurus itu megeluarkan susu yang berlimpah memenuhi wadah. Ummu Ma’bad menjadi orang pertama yang meminumnya hingga kenyang, lalu disusul Abū Bakar, dan terakhir beliau sendiri. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalaan menuju Madīnah.

Setelah Rasūlullāh Saw. pergi, datang Abū Ma’bad ke kemahnya. Ia merasa kaget campur heran melihat wadah yang penuh susu kambing. “Istriku, dari mana semua susu ini?” tanyanya.

“Tadi, kita kedatangan laki-laki yang penuh berkah,” ujar Ummu Ma’bad. Lantas, ia menerangkan ciri-ciri dua orang tamunya itu.

“Ia pasti orang Quraisy. Sungguh, jika bertemu dengannya, niscaya aku akan beriman dan mengikutinya,” ujar Abū Ma’bad.

Dalam riwayat lain, diceritakan bahwa setelah semua minum susu kambing itu, Ummu Ma’bad bertanya: “Apakah orang-orang Quraisy menyebutmu shabi’ (yang meninggalkan agama nenek moyang)?”

Rasūlullāh Saw. menjawab: “Seperti itulah mereka menyebutku.”

“Aku bersaksi bahwa yang engkau bawa adalah kebenaran. Bolehkah aku mengikutimu?” pinta Ummu Ma’bad.

“Jangan, kecuali setelah kau mendengar bahwa saya ditolong,” jawab Rasūlullāh.

Kelak, setelah kedudukan kaum Muslim makin kukuh di Madīinah, Ummu Ma’bad datang dan mengikuti Rasūlullāh Saw.[]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *