1-3 Pertemuan Pertama – Tauhid Mufadhdhal – Mengurai Tanda Kebesaran Allah

Mengurai Tanda KEBESARAN ALLAH

(Judul Asli:
تَوْحِيْدُ الْمُفَضَّلِ
TAUḤĪD-UL-MUFADHDHAL
Imlā’ al-Imām Abī ‘Abdillāh ash-Shādiq, ‘alā al-Mufadhdhal ibn ‘Umar al-Ju‘fiy)

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

(Diketik oleh: Said (Rico Akbar)

Rangkaian Pos: Pertemuan Pertama - Tauhid Mufadhdhal - Mengurai Tanda Kebesaran Allah

KEDUA BELAS.

Penciptaan Laki-laki dan Perempuan

Kini lihatlah, wahai Mufadhdhal, bagaimana dijadikannya alat-alat kelamin bagi laki-laki dan perempuan atas bentuknya maisng-masing. Bagi laki-laki dijadikan alat yang dapat mengembang dan memanjang hingga dapat mengirimkan nutfah ke dalam rahim ketika perlu untuk menumpahkan spermanya pada ovum. Dan bagi perempuan diciptakan kantung yang dapat menampung ovum dan sperma, mengandung anak, memberikan keleluasaan (freedom of action) baginya dan melindunginya hingga ia sempurna. Bukankah hal itu merupakan pengaturan yang bijak dan indah? Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.

 

KETIGA BELAS.

Anggota-anggota Badan dan Manfaatnya Masing-masing.

Wahai Mufadhdhal, pikirkanlah mengenai seluruh anggota badan dan pengaturannya masing-masing bagi keperluan. Dua tangan untuk bekerja, dua kaki untuk berjalan, dua mata untuk melihat, mulut untuk makan, perut untuk mencerna makanan, hati (liver) untuk menyaring sari makanan, saluran kencing dan anus untuk mengeluarkan kotoran, kantung-kantung untuk menampungnya dan kelamin untuk melanjutkan keturunan. Demikian pula anggota-anggota tubuh lainnya. Jika engkau amati dan engkau gunakan pikiran dan nalarmu (logical reasoning), niscaya engkau dapati setiap anggota tubuh ditentukan bagi sesuatu yang bermanfaat.

 

KEEMPAT BELAS.

Dugaan kaum Naturalis dan Sanggahannya.

(Al-Mufadhdhal berkata:) Aku katakan: “Wahai tuanku, ada suatu kaum yang mengira bahwa ini terjadi secara alami.”

Beliau a.s. menjawab: Tanyakan pada mereka mengenai kejadian alami ini, apakah ia merupakan sesuatu yang memiliki ilmu dan kekuasaan terhadap kejadian-kejadian seperti ini atau tidak? Jika mereka menjawab bahwa ia memiliki ilmu dan kekuasaan, maka apa yang menghalangi mereka untuk menegaskan adanya Pencipta, karena ini adalah ciptaan-Nya. Kalau mereka menduga bahwa semua proses ini terjadi tanpa ilmu dan kesengajaan, sementara kejadian-kejadiannya yang engkau lihat mendatangkan manfaat dan hikmah, maka ketahuilah bahwa ini adalah ciptaan Pencipta Yang Maha Bijaksana. Maka yang mereka namakan alami itu adalah sunnah-Nya pada ciptaan-Nya yang berjalan di atas apa yang telah Dia tentukan. (111)

 

KELIMA BELAS.

Wahai Mufadhdhal, pikirkanlah mengenai sampainya makanan ke dalam tubuh dan pengaturan di dalamnya. Makanan masuk ke dalam perut, lalu dicerna. Sari-sarinya disalurkan ke hati melalui pembuluh-pembuluh yang halus yang terbentang di antara keduanya. Pembuluh-pembuluh itu juga berfungsi sebagai penyaring sari makanan agar sesuatu yang keras tidak masuk ke hati (liver), karena akan melukainya. Hati (liver) tidak dapat menerima benda yang keras. Kemudian, hati (liver) menerima sari makanan itu, lalu dengan pengaturan yang sangat baik diubah menjadi darah dan disalurkan ke seluruh badan melalui saluran-saluran itu menyerupai selokan-selokan untuk mengalirkan air ke seluruh permukaan bumi dan menghanyutkan kotoran dan ampas.(waste, dregs). Kotoran dari jenis yang pahit berwarna kuning dialirkan ke kantung empedu (gall, bile), yang berwarna hitam disalurkan ke limpa (spleen), dan yang berbentuk cairan disalurkan ke kandung kemih. (122).

Amatilah keteraturan di dalam susunan tubuh. Anggota-anggota tubuh ini ditempatkan sesuai tempatnya. Dan disediakan kantung-kantung untuk menampung ampas agar tidak tersebar ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan penyakit dan mematikan. Maka Maha Suci Yang telah mengatur dengan sebaik-baik keteraturan. Bagi-Nya pujian sebagaimana Dia adalah Yang berhak menerimanya.

 

KEENAM BELAS.

Awal Pertumbuhan Badan: Pembentukan Janin di dalam Rahim.

(Al-Mufadhdhal berkata:) Aku katakan: “Jelaskanlah mengenai pertumbuhan badan yang terjadi secara bertahap hingga menjadi sempurna.”

Beliau a.s. menjawab: Awalnya adalah pembentukan janin di dalam rahim yang tidak terlihat mata dan tidak tersentuh tangan, diurus hingga keluar dalam keadaan normal dan tidak cacat seluruh anggota tubuhnya hingga bagian-bagian penyusunannya seperti tulang, daging, lemak, urat saraf (nerve), sumsum (marrow), otot (musle, tendon), dan tulang rawan (rib, soft bone). Ketika keluar ke dunia, engkau perhatikan bagaimana ia tumbuh dengan seluruh anggota tubuhnya. Ia tegak di atas rupa dan bentuk yang tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan hingga sempurna umurnya. Tidaklah ini terjadi selain dengan pengaturan yang baik.

 

KETUJUH BELAS.

Kelebihan Manusia: Dapat Berdiri Dan Duduk.

Wahai Mufadhdhal, perhatikanlah apa yang dikhususkan bagi manusia dalam penciptaannya sebagai kemuliaan dan keutamaan atas binatang. Ia diciptakan dengan kemampuan berdiri dan duduk untuk dapat mengambil sesuatu dengan kedua tangannya dan anggota tubuh lainnya. Sehingga hal itu memungkinkannya melakukan pekerjaan. Kalau ia hanya dapat merangkak seperti binatang berkaki empat, niscaya ia tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan apa pun.

 

KEDELAPAN BELAS.

Pengkhususan Manusia dengan Pancaindera.

Kini, perhatikanlah, wahai Mufadhdhal, pancaindera yang khusus diberikan kepada manusia dalam penciptaannya. Dengan pancaindera itu manusia menjadi lebih mulia daripada makhluk lainnya. Bagaimana dijadikan dua mata pada kepala seperti lampu-lampu di atas menara? Hal itu agar manusia dapat melihat segala sesuatu. Mata itu tidak dijadikan pada anggota-anggota tubuh di bawah kepala seperti tangan dan kaki, sehingga tercegah dari kerusakan yang akan menimpanya ketika bekerja dan bergerak. Tidak pula mata itu diletakkan pada anggota-anggota tubuh yang berada di bagian tengah badan seperti perut dan punggung sehingga sulit berbalik dan melihat segala sesuatu.

 

KESEMBILAN BELAS.

Pancaindera: Fungsi dan Rahasianya.

Setiap pancaindera memiliki tempatnya tersendiri. Kepala merupakan tempat yang paling cocok bagi pancaindera, seperti tempat pertapaan baginya. Dijadikan indera yang lima menangkap yang lima agar tidak ada satu objek luput dari penangkapannya. Maka diciptakan penglihatan untuk menangkap warna. Kalau ada warna, tetapi penglihatan tidak dapat menangkapnya, maka mata tidak ada manfaatnya. Diciptakan pendengaran untuk menangkap suara. Kalau ada suara, tetapi pendengaran tidak dapat menangkapnya, maka pendengaran tidak ada manfaatnya. Demikian pula indera-indera lainnya. Kemudian, hal itu terjadi secara timbal balik. Kalau ada penglihatan, tetapi tidak ada warna, maka penglihatan tidak ada artinya. Dan kalau ada pendengaran, tetapi tidak ada suara, maka pendengaran tidak memiliki fungsi apa pun.

 

KEDUA PULUH.

Penentuan Pancaindera: Sebagiannya Berkaitan dengan Sebagian yang Lain.

Perhatikanlah, bagaimana ditentukan sebagiannya berkaitan dengan sebagian yang lain. Maka dijadikan bagi tiap indera ada objek yang diinderai, dan tiap objek ada indera yang menangkapnya. Bersamaan dengan itu, dijadikan benda-benda yang menjadi perantara antara indera dan objek. Indera tidak akan berfungsi kecuali dengan perantaraannya, seperti cahaya dan udara. Karena, kalau tidak ada cahaya yang menampakkan warna pada penglihatan, maka penglihatan tidak akan dapat menangkap warna. Kalau tidak ada udara yang menghantarkan suara pada pendengaran, maka pendengaran tidak dapat menangkap suara. Maka apakah hal itu luput dari orang yang menggunakan nalar dan pikirannya, bahwa hal seperti yang aku jelaskan ini berupa tersedianya indera dan objek di mana sebagiannya berkaitan dengan sebagian yang lain, dan tersedianya benda-benda lain yang memfungsikan indera, tidak terjadi selain dengan pengaturan dan ketentuan dari yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui.

 

KEDUA PULUH SATU.

Orang yang tidak Memiliki Penglihatan, Pendengaran dan Akal, serta Pelajaran dalam hal itu.

Pikirkan, wahai Mufadhdhal, tentang orang yang tidak memiliki penglihatan dan cacat yang dideritannya. Ia tidak mengetahui letak kedua kakinya dan tidak dapat melihat apa yang ada di hadapannya. Ia tidak dapat membedakan antara warna-warna dan antara pemandangan baik dan pemandangan jelek. Ia tidak dapat melihat lubang yang menyebabkannya terperosok ke dalamnya, tidak pula melihat musuh yang akan menebasnya dengan pedang. Ia pun tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan seperti menulis, berdagang dan menggambar. Sehingga kalau saja otaknya tidak berfungsi, maka ia akan seperti batu yang dilemparkan.

Demikian pula orang yang tidak memiliki pendengaran, mendapat cacat dalam banyak hal. Ia tidak memperoleh nikmatnya pembicaraan dan perbincangan, dan kehilangan kelezatan suara dan lagu-lagu yang sendu dan yang merdu. Orang-orang harus mengeluarkan banyak energi dalam berbicara dengannya hingga mereka menjadi bosan. Ia tidak mendengar perkataan dan pembicaraan orang lain. Sehingga ia seperti orang yang tidak hadir padahal hadir, seperti mayit padahal hidup.

Adapun orang yang tidak memiliki akal, maka ia mendekati posisi binatang. Bahkan ia tidak mengetahui hal yang diketahui binatang. Tidakkah engkau lihat, bagaimana anggota-anggota tubuh, akal dan bawaan lainnya, yang diciptakan untuk keperluan manusia dan yang kalau kehilangan salah satunya dapat menyebabkan banyak kekurangan, disempurnakan penciptaannya sehingga tidak ada yang hilang sedikit pun. Mengapa terjadi demikian? Tidak lain selain diciptakan dengan pengetahuan dan perhitungan.

(Al-Mufadhdhal berkata:) Maka aku bertanya: “Mengapa ada sebagian orang yang kehilangan sebagian anggota tubuhnya, sehingga memperoleh seperti apa yang dijelaskan oleh tuanku?”.

Beliau a.s. menjawab: “Hal itu adalah untuk mendidik dan memberikan pelajaran bagi orang yang mengalaminya dan bagi orang lain melalui dirinya, sebagaimana raja mengajari masyarakat untuk mengambil teladan dan pelajaran. Ia tidak mencela mereka, bahkan memuji ide mereka dan membenarkan pemikiran mereka. Kemudian, bagi orang yang ditimpa bencana diberikan pahala setelah kematiannya–jika ia bersyukur dan berserah diri. Mereka tidak meremehkan apa yang menimpa mereka, hingga apabila mereka diminta untuk memilih setelah kematiannya, niscaya mereka memilih untuk mendapat cobaan agar bertambah pahalanya.

 

KEDUA PULUH DUA.

Anggota-anggota Tubuh yang Tunggal dan yang Berpasangan, serta Hikmahnya.

Pikirkan, wahai Mufadhdhal, mengenai anggota-anggota tubuh yang diciptakan secara tunggal dan berpasangan, serta pemikiran, perhitungan dan perencanaan yang baik di dalamnya.

Kepala termasuk di antara anggota tubuh yang tunggal. Tidak ada kebaikan bagi manusia yang memiliki kepala lebih dari satu. Tidakkah engkau perhatikan, bahwa kalau ditambahkan satu kepala pada kepala manusia, niscaya hal itu akan memberatkannya tanpa ada keperluan terhadapnya. Karena, alat-alat indera yang diperlukan berkumpul pada satu kepala. Kemudian, manusia akan terbagi ke dalam dua bagian kalau ia memiliki dua kepala. Jika yang satu berbicara, yang lainnya diam, tidak berfungsi dan tidak diperlukan. Jika semuanya berbicara dengan satu perkataan, maka pendengar tidak tahu mana yang harus didengarkan.

Tangan diciptakan berpasangan. Tidak ada kebaikan bagi manusia yang hanya memiliki satu tangan, karena hal itu akan membatasi pekerjaannya. Tidakkah engkau lihat bahwa kalau tukang kayu dan tukang bangunan lumpuh salah satu tangannya, ia tidak akan mampu membuat bangunan. Kalaupun ia dapat melakukannya, maka pekerjaan itu tidak akan sempurna dan tidak akan memperoleh jika dua tangannya bekerja bersama-sama melakukan pekerjaan itu.

Catatan:


  1. 11). Yakni, tampaklah kesalahan dugaan ini. Dan yang menjadi sebab bagi pendapat mereka adalah bahwa Allah s.w.t. menjalankan sunnah-Nya, yaitu menciptakan segala sesuatu, berdasarkan sebab-sebabnya. Maka mereka berpendapat bahwa sebab-sebab itu terpisah dalam hal tersebut. Dengan kata lain, bahwa sunnah Allah berlaku dalam beberapa hukum. Sehingga beberapa hal tampak disandarkan pula kepada selain-Nya. Kemudian, – diketahui – setelah dipikirkan dan direnungkan bahwa semua itu bersandar pada kekuasaan (qudrah) dan pengaturan-Nya. Benda-benda ini hanya merupakan perantara dan syarat terhadap hal itu. Dari sini mereka kebingungan terhadap Pencipta s.w.t. (Dari Ta‘līqāt-ul-Biḥār). 
  2. 12). Di dalam ungkapan Imām a.s. di sini terdapat bukti-bukti yang jelas mengenai adanya peredaran darah – yang dikemukakan seorang ilmuwan Inggris William Harvey (1578-1756 M.) Bahkan Imām telah merinci – sebagaimana yang kita lihat di sini – peredaran darah melalui pembuluh nadi dan pembuluh vena, dan pusatnya adalah jantung. Jadi, dapat kita katakan bahwa Imām merupakan orang pertama yang mengungkapkan adanya peredaran darah. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *