1-3 Pertemuan Kedua – Tauhid Mufadhdhal – Mengurai Tanda Kebesaran Allah

Mengurai Tanda KEBESARAN ALLAH

(Judul Asli:
تَوْحِيْدُ الْمُفَضَّلِ
TAUḤĪD-UL-MUFADHDHAL
Imlā’ al-Imām Abī ‘Abdillāh ash-Shādiq, ‘alā al-Mufadhdhal ibn ‘Umar al-Ju‘fiy)

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

(Diketik oleh: Said (Rico Akbar)

Rangkaian Pos: Pertemuan Kedua - Tauhid Mufadhdhal - Mengurai Tanda Kebesaran Allah

KEEMPATBELAS.

 

Jerapah dan Bentuknya.

Pikirkanlah rupa jerapah, keragaman anggota-anggota tubuhnya dan kesamaannya dengan anggota tubuh binatang lain. Kepalanya seperti kepala kuda, lehernya seperti leher unta, kukunya Seperti kuku sapi dan kulitnya seperti kulit harimau.

Karena ketidaktahuannya kepada Allah SWT, ada manusia yang mengira bahwa itu terjadi akibat perkawinan silang dengan beberapa jantan. Mereka mengatakan bahwa hal itu disebabkan beberapa jenis binatang darat ketika hendak mengeluarkan spermanya, menjantani binatang ternak. Dan hasilnya adalah binatang ini yang merupakan gabungan dari berbagai jenis binatang lain. Ini merupakan kebodohan orang yang mengatakannya, dan sedikit pengetahuan terhadap Pencipta Yang Maha Suci. Tidaklah satu jenis binatang dapat menjantani jenis binatang lain dari kelas yang berbeda, seperti kuda tidak bisa menjantani unta, dan sebaliknya unta pun tidak dapat menjantani sapi. Satu jenis binatang hanya dapat menjantani binatang lain dalam satu kelas. Misalnya, kuda dapat menjantani keledai, maka anaknya menjadi baghal (keledai hasil kawin silang), serigala dapat menjantani anjing hutan, maka anaknya menjadi sim (anjing hutan hasil kawin silang). Namun binatang yang dilahirkan dari induk yang berbeda spesies, anggota-anggota tubuhnya tidak merupakan gabungan dari anggota-anggota tubuh kedua induknya, sebagaimana yang ada pada jerapah anggota-anggota tubuhnya merupakan gabungan dari anggota-anggota tubuh kuda, unta dan sapi. Anggota-anggota tubuh binatang hasil kawin silang merupakan campuran antara anggota-anggota tubuh induknya, seperti yang engkau lihat pada baghal. Engkau perhatikan kepala, daun telinga, bokong, ekor dan kukunya merupakan pertengahan antara anggota-anggota tubuh kuda dan keledai. Suaranya, misalnya, merupakan campuran antara ringkikan kuda dan ringkikan keledai. Ini merupakan bukti bahwa jerapah bukanlah dijantani oleh beberapa jenis binatang, sebagaimana dugaan orang-orang bodoh itu. Melainkan itu adalah suatu makhluk yang menakjubkan di antara makhluk-makhluk Allah lainnya sebagai bukti atas kekuasaan-Nya yang tidak ada sesuatu pun dapat mengunggulinya, dan agar diketahui bahwa Dia adalah Pencipta seluruh jenis binatang. Dia menggabungkan anggota-anggota tubuh pada satu jenis binatang yang dikehendaki-Nya, dan memisahkannya pada jenis binatang yang dikehendaki-Nya pula. Dia menambahkan anggota tubuh pada penciptaan yang dikehendaki-Nya dan mengurangi dari apa yang dikehendaki-Nya.

Adapun leher jerapah yang panjang dan manfaat yang ditimbulkannya adalah karena makanannya berada di ujung pohon-pohon yang tinggi. Ia memerlukan leher yang panjang agar dapat menggapai pucuk-pucuk pohon itu sehingga dapat mengambil buahnya.

 

Monyet dan Bentuknya, serta Perbedaannya dengan Manusia

Perhatikanlah rupa monyet dan kemiripannya dengan manusia dalam banyak anggota tubuhnya, seperti kepala, wajah, bahu, dan dada. Demikian pula isi perutnya dengan isi perut manusia. Selain itu, monyet diberi kelebihan dari binatang lainnya dengan memiliki pikiran dan kecerdasan agar dapat memahami isyarat dari pemeliharanya, dan meniru perbuatan manusia yang dilihatnya, sehingga monyet menyerupai manusia dalam bentuk dan tabiatnya. Hal itu menjadi pelajaran bagi manusia atas dirinya, sehingga ia menyadari bahwa wataknya sama dengan watak binatang, sebagaimana kemiripan dalam bentuknya. Andaikan tidak ada kelebihan yang dimiliki manusia berupa pikiran, akal dan kemampuan berbicara, maka ia sama saja dengan binatang. Selain itu, pada monyet ada hal yang membedakannya dengan manusia, seperti moncong, ekor dan bulu yang menutupi seluruh tubuhnya. Tetapi hal ini tidak menjadi halangan bagi monyet untuk menyamai manusia kalau saja ia diberi pikiran, akal dan kemampuan berbicara seperti manusia. Semata-mata hal yang membedakannya dari manusia – pada hakikatnya – adalah kekurangan akal, pikiran dan kemampuannya berbicara.

 

Tubuh Binatang Dipenuhi Bulu

Wahai Mufadhdhal, perhatikanlah karunia Allah pada binatang. Bagaimana tubuhnya ditutupi bulu untuk menjaganya dari hawa dingin, dan kuku serta kulit yang tebal untuk melindungi ujung bawah kakinya, karena binatang tidak memiliki tangan dan jari-jemari yang dapat memintal dan menenun. Maka dalam penciptaanya, dijadikan baginya pelindung tubuh yang dapat bertahan lama, yang tidak perlu diganti dan diperbaharui.

Adapun manusia, ia memiliki kecerdasan dan tangan untuk dapat bekerja, ia dapat memintal dan menenun serta membuat baju untuk dirinya, dan dapat menggantinya setiap saat. Hal itu memilik hikmah dalam tinjauan berbagai aspek. Di antaranya, ia dapat mengisi waktunya dengan kesibukan pembuatan pakaian dan apa-apa yang dihasilkan dari kemampuannya. Selain itu, ia dapat memakai dan menanggalkan pakaiannya kapan saja ia mau. Ia pun dapat membuat berbagai bentuk pakaian untuk dirinya yang memiliki keindahan sehingga ia dapat merasa senang dengan pakaiannya itu dan mengganti-gantinya. Demikian pula ia dapat membuat bermacam sepatu dan sandal yang dapat melindungi kedua kakinya. Di dalam hal itu pun terdapat sumber penghidupan bagi orang yang bekerja di bidang itu dan menjadikannya sebagai usaha dan mata pencaharian sehingga dapat menghidupi diri dan keluarganya.

Jadi, bulu berfungsi sebagai pakaian bagi binatang, sedangkan kuku berfungsi sebagai sepatu.

 

Bersembunyi Binatang Ketika Hendak Mati

Wahai Mufadhdhal, pikirkanlah mengenai penciptaan yang menakjubkan pada binatang. Binatang-binatang mengasingkan diri ketika hendak mati, sebagaimana manusia menguburkan orang yang sudah meninggal. Jika tidak, maka di manakah bangkai-bangkai binatang buas dan binatang liar? Tidak ditemukan sedikit pun. Tidaklah binatang-binatang itu sedikit jumlahnya sehingga habis dengan dibunuh. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa jumlah binatang lebih banyak daripada jumlah manusia.

Perhatikanlah yang engkau lihat di padang rumput dan gunung-gunung, kawanan rusa, banteng, keledai, binatang liar, kambing hutan, menjangan serta berbagai binatang buas seperti singa, anjing hutan, serigala, harimau dan sebagainya. Demikian pula kawanan burung seperti gagak, elang, bangau, pipit dan burung-burung lainnya. Semuanya tidak ditemukan bangkainya kecuali satu dua yang dibunuh pemburu atau yang diterkam binatang buas. Jadi, binatang-binatang itu mengasingkan diri ketika merasakan hendak mati di tempat-tempat yang tersembunyi, lalu mati di tempat itu. Jika tidak demikian, maka padang rumput akan dipenuhi dengan bangkai-bangkai binatang sehingga menyebabkan polusi udara karena baunya dan menimbulkan berbagai penyakit.

Perhatikanlah hal ini dengan apa yang sampai kepada manusia. Mereka melakukan tamtsīl (17) pertama yang dipermisalkan kepada mereka, bagaimana hal itu dijadikan pelajaran dan pengingat terhadap binatang dan sebagainya. Sehingga manusia selamat dari keburukan yang mungkin menimpa mereka berupa penyakit dan kerusakan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *